Menjadi Dewasa yang Bijaksana


Oleh : Rostika Hardianti

Teringat dinamika masa kecil, dimana menjadi orang dewasa adalah suatu keinginan, harapan, dan impian. Diiringi bayangan bagaimana menakjubkannya berperan menjadi orang dewasa. Bertemu dengan berbagai kebebasan hidup untuk melangkah, menentukan pilihan, juga bersuara. Sayangnya, realita tak mengatakan bahwa menjadi dewasa selalu indah tanpa cobaan. Ketika tercapai masa dewasa, Quarter Life Crisis menjadi hal baru untuk dipelajari, dimengerti, dan akhirnya menemukan arah dari pilihan masing2 diri. Terdengar desus, "Rasanya ingin kembali menjadi anak kecil, dimanja, disayang, tidak disalah-salahkan. Tidak perlu ribet mengurus ini dan itu. Enaknya jadi anak kecil." Lalu apa?? 

Menjadi orang dewasa, kita juga akan belajar menjadi manusia bijaksana. Mampu mengendalikan diri pada situasi-situasi krisis dan tak terduga. Meski faktanya, menjadi bijaksana tidak selalu dan tidak setiap kondisi. Ada bagian, dimana kita lebih mampu bijaksana ketika menyangkut hidup orang lain dibandingkan hidup kita sendiri. Tidak selalu menjadi bijaksana, bukan berarti menghentikan langkah-langkah kita untuk belajar memahami orang lain, memandang situasi dengan pandangan yang lebih luas, merendahkan hati, dan adil. 

Menjadi bijaksana, berarti mempertimbangkan perspektif alternatif, menyadari keterbatasan diri, dan sadar bahwa situasi akan terus berubah. Ada fleksibilitas dan cara pandang untuk memahami perubahan demi perubahan di waktu yang berbeda. 

Kita belajar bahwa orang yang bijaksana dapat optimis terhadap ketidakpastian dan setiap permasalahan serta hambatan pasti ada solusinya. Segala permasalahan akan selesai pada masanya. 

Setiap diri dapat melatih kebijaksanaan. Namun, ada situasi dan peran diluar diri kita. Selayaknya kita juga menyadari bahwa prioritas dan tujuan masing-masing individu berbeda, Pun perihal bagaimana setiap individu merespons setiap situasi dan kondisi. Menjadi bijaksana artinya kita juga berusaha merefleksikan diri, beradaptasi dengan situasi saat ini dan merencanakan situasi yang akan kita bentuk dimasa yang akan datang. 

Pada akhirnya, akan kita dapati bahwa dari orang lain kita akan belajar, dan kepada orang lain kita bisa saling memberi kebaikan.

Rostika Hardianti, S.Psi., Penulis Novel
Powered by Blogger.
close