Kikis Virus Pelit dari Rumah Kita

Oleh : Zakya Nur Azizah

“Ummi, Mas Firman nggak mau bagi makanannya buat adek, Mas Firman pelit!”

Mungkin di antara kita banyak yang sering mendengar kalimat ini keluar dari bibir anak-anak kita. Mereka saling berebut sesuatu, namun juga enggan berbagi apa yang dimilikinya pada yang lain.

Tapi jangan salah. Ingat, masa kanak-kanak adalah masa meniru. Apa yang dilakukan orang-orang terdekatnya, terutama orang tua tentu akan banyak berpengaruh pada sikap dan kebiasaannya sehari-hari. Sebagai contoh, jika orang tua selalu rajin memberi infak saat ada petugas dari takmir masjid yang datang untuk menyodorkan proposal pembangunan masjid, sang anak tentu akan mengambil pelajaran bahwa memberi itu memang baik dan menyenangkan. Akan tetapi jika orang tua mengomel sendiri tiap kali ada proposal pembangunan masjid, tidak mau memberi saat ada kaum dhuafa butuh bantuan, anak sudah pasti akan terlatih untuk bersikap bakhil. Bahkan ada orang tua yang ketika membawakan bekal makanan untuk anaknya ke sekolah malah menyisipkan pesan ke anaknya, ”Jangan dibagi-bagi sama temanmu lho, nanti habis, kamu nggak kebagian,” Jadi, sebenarnya pelit atau tidaknya anak tergantung dari kebiasaan orang tuanya.

Mengikis sikap pelit bisa dilakukan dengan menularkan kepedulian dengan cara yang sederhana seperti berbagi kue dan meminjamkan mainan pada teman, melatih anak turut peduli pada sesama dan sebagainya. Kita juga dapat memberi pelajaran yang berharga pada anak-anak bahwa bila kita tidak cinta sedekah, maka kita akan memiliki sifat bakhil atau kikir yang merupakan sifat setan. Kikir tidak membuat seseorang menjadi kaya, karena apa yang kita dapat dan miliki adalah pemberian dan milik Allah Ta’ala. Bukannya menanamkan sikap kikir pada anak dengan mengatakan.”Jangan dibagi sama temanmu, nanti habis, kamu nggak kebagian,” Selain menumbuhkan sikap pelit, pesan seperti ini justru berpotensi memunculkan sikap negatif lain, seperti egois, apatis, cuek, dan sebagainya.

Ajarkan pula anak untuk memberi tanpa pamrih. Bila ada orang yang meminta, berarti dia membutuhkan bantuan kita, sekecil apa pun kita bisa memberi. Selalu menanamkan keikhlasan pada setiap yang dilakukan oleh anak-anak kita. Bila kita tidak punya, sampaikan dengan santun dan sikap yang baik.

Saat kita ingin memberikan hadiah atau berbagi masakan untuk saudara atau tetangga, mintalah bantuan anak untuk memberikannya pada yang bersangkutan. Kebiasaan ini akan ia rekam, dan akhirnya ia akan menirunya.

Selain itu, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, cobalah jelaskan pada anak, manfaat senang memberi dan membantu orang lain. Berikan contoh kisah-kisah teladan dari orang-orang yang suka berbagi dengan sesamanya. Setelah memberi contoh dari kisah-kisah teladan, lalu berikan pancingan kepada mereka. Misalnya dengan berkata,“Ayo, siapa yang ingin jadi anak sholeh dan dermawan?” Anak-anak yang tadinya bersikap enggan dan ogah-ogahan pasti akan termotivasi, karena ia akan merasa dihargai dengan kalimat “sholeh dan dermawan” Anak mana yang tidak ingin dipuji?

Ustadz Yusuf Mansur pun mengajarkan konsep berbagi yang unik untuk mengikis sikap pelit murid-muridnya. Di sekolahnya, Ustadz Yusuf mengajarkan konsep sedekah dengan cara berbagi. Contoh, ada 4 anak dan masing-masing diberi makanan; ada yang dapat pisang, jeruk, apel, dan roti. Bila mereka pelit dengan memakan sendiri makanannya, maka mereka hanya merasakan satu jenis buah yang dipunyai saja. Tapi kalau masing-masing diminta membagi makanannya jadi empat dan kemudian saling berbagi, maka masing-masing bisa merasakan empat jenis makanan yang berbeda. Kepada anak-anaknya pun, Ustadz Yusuf mengajarkan hal yang sama. Insya-Allah dengan beberapa cara tersebut, sedikit-demi sedikit virus kikir akan terkikis dari dalam diri dan keluarga kita.[]

Powered by Blogger.
close