Jangan Jadi Pendendam

Oleh : O. Solihin

Sobat, ngasih maaf dan meminta maaf seharusnya menjadi budaya yang baik di antara kita. Apa sih susahnya ngasih maaf, dan apa sih sulitnya minta maaf? Rasa-rasanya, itu hal yang kecil tapi dibesar-besarkan deh. Suer, Allah saja Maha Pengampun kepada hambaNya, masa’ sih kita kejam dan nggak mau sedikit pun ngasih maaf kepada teman kita. Dan, apakah kita udah ngerasa benar dan sempurna banget di hadapan manusia lain sehingga nggak perlu minta maaf? Rasulullah saw. saja mengajarkan bagaimana menghormati sahabat-sahabatnya. Tentu saja, jika beliau mau menghormati dan lemah-lembut kepada sahabatnya, maka sudah bisa dipastikan bahwa beliau pun mau dan biasa meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya.

Gondok sama orang boleh aja. Tapi bukan berarti harus terus-terusan dipelihara. Selain capek ati, juga kita jadi keras hati. Salah-salah malah jadi pendendam. Memang sakit banget kalo dihina sama seseorang. Kita bisa kecewa jika dikhianati, kita bisa muak jika dibohongi. Tapi, bukan berarti kita terus memendam perasaan itu apalagi berniat tak akan pernah memaafkannya sampe delapan turunan (bosen nih tujuh turunan mulu!).

Sobat, di dunia ini memang penuh lika-liku kehidupan. Ada suka ada duka, ada kecewa ada bahagia, ada pengkhianatan ada pembelaan, ada kebohongan ada kejujuran. Kita pernah merasakannya, atau bahkan memberikan ketidaksukaan kepada orang lain. Kecewa boleh, sakit hati boleh, tapi jika hal itu dipelihara dalam kurun waktu yang lama, bahkan diabadikan dalam ruang batin kita, tentunya akan menyiksa kita. Selain itu, kita akan terus selamanya mendendam kepada orang yang telah melukai perasaan kita. Dampak lainnya kita bisa saja jadi orang yang traumatis, frustasi dan mungkin saja minder karena telah dihinakan oleh orang lain. Akibatnya, yang menjadi masalah bukan benar-salah, melainkan apa untungnya dan apa ruginya buat kita.

Jika benar-salah bukan lagi pertimbangan, tapi yang jadi pertimbangan adalah untung-rugi apa jadinya dunia ini. Padahal, bisa jadi memang dia salah kepada kita. Tapi, apakah dia akan selamanya salah? Nggak juga kan? Sama seperti kita, apa ketika kita berbuat benar, kemudian selamanya akan benar? Nggak ada jaminan kan? Kita juga nggak mau kan dianggap salah terus, padahal kita udah berusaha untuk menjadi lebih baik? Nah, cobalah dipikir ulang soal ini.

Nggak usah merasa turun derajat kalo kita memaafkan teman yang udah berbuat salah sama kita. Tak perlu merasa rugi hanya dengan memberi maaf kepada teman yang telah melukai perasaan kita. Memang, ada yang bilang bahwa waktu bisa menyembuhkan luka, tapi kita tak akan pernah lupa pada sakitnya. Pernyataan itu boleh-boleh aja sih, tapi apa iya kita akan begitu tega kalo ada orang yang mau minta maaf sama kita terus kita cuekkin dengan alasan nggak ada untung?

Sobat, Rasulullah saw. pernah menyampaikan sabdanya: “Shadaqah tidak mengurangi sebagian dari harta, dan Allah tidak menambah kepada seorang hamba karena maaf melainkan kemuliaan, dan seseorang tidak bertawadhu’ karena Allah, melainkan Allah meninggikannya.” (dalam catatan Ibnu Qudamah di kitab Minhajul Qashidin, hlm. 233)

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimimu.” (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Baghawy)

Subhanallah, Rasulullah saw. telah mengajarkan kita untuk lemah-lembut, bahkan kepada orang yang telah menzhalimi kita. Kita ngasih maaf kepada orang yang udah ngelukain hati kita. Hebat. Padahal, banyak di antara kita yang masih gengsi karena ego kita yang gede banget. Ngerasa hal itu amat hina jika dilakukan. Tapi Rasulullah saw., yang lebih mulia dari kita, mengajarkan kita untuk gampang ngasih maaf, bahkan kepada orang yang telah menzhalimi kita. Bagaimana, sobat?

Jadi, mulai sekarang berlapang dadalah. Akui bahwa setiap manusia pasti punya kesalahan. Permintaan maaf itu sebagai bukti bahwa ia pernah berbuat salah ingin menebusnya. Karena definisi dari maaf sendiri adalah pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dsb) karena suatu kesalahan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, cetakan ke-3, 2003, hlm. 693). Mau kan kita mengampuni mereka yang telah berbuat salah kepada kita?

Nah, kita juga bisa jadi pernah (atau bahkan sering?) berbuat salah, dan orang lain juga pernah berbuat salah dan menyakitkan kepada kita. Itu sebabnya, kita harus mengakui kenyataan ini dan berusaha untuk bersikap bijak. Tak ada manusia yang terus berbuat salah dan tak ada manusia yang selamanya berbuat baik. Dengan demikian, yang lebih oke adalah mereka yang saling memaafkan dengan sesamanya. Jangan jadi pendendam.

Salam,
O. Solihin
Ingin berbincang dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin

Powered by Blogger.
close