Bermimpilah Wahai Ibu
Dulu, Ibunda Imam Syafi'i mengajak putranya merantau ke Mekah, mengirimnya ke Kuttab untuk belajar membaca dan menulis serta menghafal Al-Qur'an, lalu belajar di majelisnya Imam Malik. Sang Bunda saat itu tidak mengira jika anak ini akan menjadi ulama hebat di masanya, imam mazhab Fiqih terbesar, dan ilmunya laksana matahari yang menyinari seluruh penjuru dunia.
Dulu, Ibunda Imam Ahmad biasa membangunkan putra kecilnya sebelum Fajar, menuntunnya menuju masjid untuk shalat Subuh, kemudian menghadiri majelis gurunya. Sang Bunda saat itu tidak tahu kalau putranya ini kelak menjadi Imam Ahlus Sunnah dan namanya terkenal seantero penjuru negeri.
Dulu, ibunda Imam Bukhari mendidik anaknya sejak kecil untuk mencintai ilmu dan ulama. Beliau mengantarkan Bukhari kecil ke Mekah. Di kota suci itu, beliau rela meninggalkannya untuk mencari ilmu. Sang Bunda saat itu tidak mengira anaknya akan menjadi Amirul Mukminin dalam ilmu Hadits dan kitab Shahih-nya menjadi kitab tershahih setelah Al-Qur’an.
Dulu, Ibunda Imam Sufyan Tsauri memotivasi anaknya untuk mencari ilmu, “Nak fokuslah mencari ilmu, aku akan mencukupi kebutuhan dengan hasil pintalanku.” Sang Bunda saat itu tidak mengira bahwa putranya ini akan menjadi imam dalam ilmu Hadits dan ahli ibadah yang zuhud di kemudian hari.
Dulu, Ibu mereka dan ibu-ibu ulama yang lain juga tidak tahu kalau anak-anak mereka kelak akan menjadi imam dan ulama besar di masanya, dan ilmunya menjadi panduan muslimin sepanjang zaman.
Apa rahasianya? Karena para ibu hebat nan tangguh ini telah berupaya keras dan membayar mahal untuk buah hati mereka, kemudian Allah balas jerih payah mereka.
Semoga para ibu (mukminah) bisa melahirkan generasi robbani di akhir zaman ini.
Post a Comment