Perbanyak Analogi Yang Bisa Mengubah Hidup

Oleh : Jamil Azzaini

Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda meski mereka hidup bersama. Bahkan membaca buku atau mendengarkan inspirasi yang sama, pemaknaannya bisa juga berbeda. Ada beberapa kejadian yang bagi saya biasa, namun bagi orang lain kejadian itu luar biasa. Sebaliknya, ada juga yang menurut saya luar biasa, namun bagi orang lain biasa. Dan banyak pula yang pemaknaannya sama.

Saya punya banyak pengalaman kecil namun berdampak besar dalam hidup saya. Obrolan sederhana yang menggunakan analogi, atas izin Allah swt, menjadi jalan pembuka perubahan hidup saya.

Saya pernah sangat sibuk memberikan inspirasi (seminar/training) keliling Indonesia dan ke beberapa negara. Saya sangat bangga dan menikmati kesibukan itu, apalagi saat saya berkunjung ke beberapa negara yang saya impikan, semangat dan energi saya membuncah. Saya selalu ingin keluar rumah berkeliling ke berbagai penjuru untuk berbagi ilmu. Saya hampir tidak punya banyak waktu untuk keluarga.

Saat sedang menikmati kesibukan itu, nasehat berupa analogi dari guru kehidupan saya datang kepada saya :”Jamil, jangan pernah menjadi lilin, dimana ia mampu menerangi sekitarnya, namun dirinya musnah terbakar. Jangan sampai kamu memberikan inspirasi kemana-mana, namun keluargamu berantakan karena kamu tidak pernah menginspirasi mereka.” Jleb, sejak saat itu saya membatasi diri dan secara bergiliran saya mengajak keluarga saat saya memberikan inspirasi ke berbagai tempat. Kesenangan bisa dapatkan, kedekatan dengan keluarga juga juga saya rasakan.

Saya pernah merasakan popularitas saya melesat sangat cepat, saya muncul di berbagai media, baik elektronik maupun media masa, mendapatkan banyak standing applause dari ribuan peserta seminar di banyak tempat. Ada perasaan bahagia yang luar biasa, terkadang ketagihan dengan tepuk tangan yang membahana. Saat itulah Allah swt, “mengirimkan” nasehat kepada saya melalui sahabat saya, ia mengatakan: “Jangan terlalu bahagia dengan tepuk tangan, bukankah nyamuk mati karena tepuk tangan?”

Sejak mendapat nasehat “menepuk nyamuk” itu, saya tidak terlalu peduli kepada tepuk tangan dan penghargaan. Saya fokus kepada dampak dan manfaat yang bisa dirasakan oleh orang-orang yang mendengarkan inspirasi dari saya. Kesenangan saya berubah, dari semula tepuk tangan menjadi dampak yang bisa diperoleh peserta. Fokus saya lebih ke peserta, bukan lagi kepada saya sebagai pembicara. Dan ternyata itu lebih nikmat dan mengasyikkan.

Hari ini saya berbagi dua analogi, yaitu lilin dan tepuk nyamuk. Adakah analogi yang juga menjadi jalan mengubah hidup Anda? Bila ada, sharing dong.

Jamil Azzaini, Penulis buku dan motivator

Powered by Blogger.
close