Tantangan Mendidik di Era Digital
Teknologi yang semakin maju dan perkembangan dunia digital yang semakin pesat ternyata memberikan tantangan baru bagi para orang tua. Membesarkan anak di era digital ini terbilang berat. Sebagai orang tua, selain harus bisa mengikuti perkembangan teknologi, kita juga perlu memiliki siasat baru dalam mengasuh anak. Sebagai orang tua, kita perlu mengetahui tantangan besar yang harus kita hadapi saat membesarkan anak di era digital yang semakin mengglobal ini.
Anak-anak dan remaja di era digital
ini punya kecenderungan lebih terbuka dalam berbagi informasi pribadi di dunia
maya. Mereka banyak memiliki teman baru dan di antaranya mudah percaya dengan
orang yang baru dikenalnya lewat jejaring sosial. Maka tak heran bila ada di
antaranya yang menjadi korban penipuan, pelecehan dan berbagai kejahatan lain
yang dilakukan oleh teman “maya”nya. Melalui media sosial mereka juga acapkali
mengekspresikan diri dengan mengunggah foto atau video kegiatan mereka.
Selagi itu sesuatu yang positif
tentu tak mengapa. Lalu bagaimana bila foto atau video yang diunggah tidak
patut? Bagaimana pula jika kicauan atau komentar putra-putri kita di media
sosial dipenuhi oleh cacian dan makian? Atau mungkin anak kita yang menjadi
korban hujatan, bullying atau korban penipuan yang bersembunyi di balik
identitas palsu dengan tampilan foto cantik dan tampan palsu pula?
Belum
lagi beredarnya game dan
konten-konten negatif bermuatan pornografi dan kekerasan yang kerap beredar di
jejaring sosial. Apalagi jika anak-anak sudah memegang gadget sendiri. Oleh karena itu diperlukan
pengawasan orangtua terhadap aktivitas berinternet anak. Orangtua di era
digital juga harus waspada dan berperan aktif. Jangan sampai kita terlambat tahu
jika anak kita kecanduan game online , menyimpan video dewasa yang tidak
layak mereka konsumsi atau dampak buruk dari penyalahgunaan media digital
lainnya.
Di era digital ini orangtua dituntut
untuk sadar teknologi dan melek media. Jangan asal
membelikan gadget untuk anak tanpa memberikan edukasi yang cukup
mengenai manfaat dan dampak buruknya. Tahu saat yang tepat pada usia berapa
anak membutuhkan gadget. Karena sangat tidak bijak menghadirkan gadget
sebagai “pengasuh” bagi balita kita.
Ingatkan putra-putri kita bahwa
teknologi dibuat untuk memudahkan manusia, tetapi agamalah yang akan
menyelamatkan manusia. Oleh karena itu arahkan mereka agar tetap menjaga etika
dan berlaku santun sesuai tuntunan agama ketika berinteraksi melalui media
sosial. Tidak mengunduh foto atau video pribadi atau orang lain yang melanggar
norma kesusilaan dan agama serta tidak menulis status atau kicauan rasis atau
hujatan karena bisa saja terjerat kasus hukum.
Selain mengingatkan dan menasehati,
orangtua juga dapat membatasi aktivitas berinternet anak di rumah dengan
menyimpan password dan memblokir konten yang berisi pornografi. Tetapi yang
paling penting adalah membentengi putra-putri kita dengan nilai-nilai agama
sebagai bekal atau tameng dalam menghadapi godaan dan kejahatan yang mengintai
ketika mereka berselancar mengakses internet.
Hal inilah yang utama harus
dilakukan orangtua, karena kita tidak bisa mendampingi atau memantau anak terus
menerus. Dengan demikian di manapun anak mengakses internet diharapkan mereka
sudah memiliki pengetahuan bagaimana berinternet dengan sehat dan aman. Begitu
pula ketika menggunakan akun-akun digital yang dimiliki, mereka sudah tahu
rambu-rambu atau batasan-batasannya.
Dan yang terpenting adalah nasehat
yang kita sampaikan pada saat yang tepat dan menggunakan komunikasi dan teladan
yang baik. Jangan sampai anak justru meniru kita orangtuanya yang anteng bergadget
ria.
Untuk kita orangtua yang masih gaptek,
bukan berarti harus memiliki akun-akun digital dan ikut-ikutan bersosial media.
Tetapi harus peduli dan mau belajar atau mengenal apa itu teknologi beserta
manfaat dan dampaknya. Sehingga kita tetap dapat mengedukasi putra-putri kita
atau memberi panduan penggunaan media digital yang bertanggungjawab dan
produktif.||
Penulis: Muhammad Abdurrahman, Pemerhati dunia anak
Post a Comment