Jauhi Negativity Bias untuk Hidup yang Lebih Berkualitas

Oleh : Jamil Azzaini

Pernahkah Anda merasa sudah berbuat banyak kebaikan kepada seseorang namun yang diingat oleh orang tersebut justeru keburukan yang Anda lakukan? Padahal boleh jadi, keburukan yang Anda lakukan hanya 3 kali sementara Anda sudah berbuat kebaikan lebih dari 10 kali. Kondisi ini disebut dengan Negativity bias.

Negativity bias adalah fenomena dimana seseorang lebih mengingat pengalaman buruk dibandingkan pengalaman baik. Negativity bias ini biasanya muncul karena seseorang merasa terancam, mengalami ketakutan dan kehilangan sesuatu. Perasaaan ini membuat seseorang menjadi over thinking, cemas, takut, insecure dan bahkan over protective (Anjas Permata, 2020). Negativity bias yang dipelihara akan merusak hidup seseorang.

Seorang ahli bernama Muller Kizler melakukan penelitian tentang negativity bias ini. Sang peneliti menemukan bahwa ketika seseorang sedang berada pada kondisi negativity bias maka rasa kepercayaan diri dan rasa keberhargaan dirinya menjadi terancam. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa merusak hidup orang tersebut.

Bagaimana agar negativity bias ini tidak merusak hidup kita? Tergantung situasinya. Kita sebagai pelaku atau sebagai korban. Apabila kita sebagai pelaku atau dengan kata lain kita pernah berbuat negatif kepada seseorang maka bersegeralah berbuat kebaikan sedikitnya lima kebaikan kepada orang tersebut (Afzan, 2020). Ya, 1 keburukan segera diiringi dengan 5 kebaikan agar negativity bias tidak berdampak negatif . Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan, negativity bias akan semakin melemah dan menghilang.

Bagaimana apabila kita menjadi “korban” atau kita yang merasa terkena negativity bias? Tips berikut semoga bisa membantu Anda.

Pertama, sadari bahwa kita sedang dalam kondisi negativity bias. Kita perlu mengenali beberapa tanda bahwa kita sedang mengalami negativity bias, diantaranya muncul emosi marah, jengkel, cemburu, merasa terancam, takut atau kita kehilangan sesuatu.

Kedua, ambil hikmah dan pelajaran dari kejadian tersebut serta lihatlah sisi positipnya. Setiap kejadian negatif pasti ada sisi positif dan pembelajaran yang bisa kita petik, temukan dan jadikan “bahan bakar” untuk kita terus bergerak maju.

Ketiga, bersyukur atas berbagai kebaikan yang telah diberikan orang tersebut kepada kita.  Ingat pula berbagai pengalaman indah yang pernah kita rasakan bersama orang tersebut. Menyadari bahwa orang tersebut manusia biasa yang juga berpeluang untuk keliru seperti halnya kita.

Saat negativity bias bisa kita kendalikan, hidup kita akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan rasa syukur yang berlimpah. Dengan meningkatnya rasa bahagia dan rasa syukur ini kehidupan kita semakin indah dijalani, kehidupan kita semakin berkualitas dan layak kita rayakan setiap waktu. Cobalah.

Jamil Azzaini, Penulis Buku dan Motivator

Sumber : www.jamilazzaini.com

Powered by Blogger.
close