Belajar Leadership dari Muhammad Al Fatih

Oleh : Jamil Azzaini

Tanggal 17 Januari 2021, saya menginjakkan kaki di Turki, dari bandara kami langsung menuju kawasan Topkapi Palace yang bersebelahan dengan Masjid Hagia Sophia.

Sesampai di tempat itu, pikiran saya menerawang ke tahun 1453 saat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun mampu menaklukkan Konstantinopel. Tempat yang pernah disebutkan Rasulullah 825 tahun sebelumnya.

Rasulullah mengabarkan bahwa Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad)

Kunci kemenangan Al Fatih adalah melakukan hal berbeda dan tampak mustahil bagi kebanyakan orang. Apa itu? Saat itu, Al Fatih beserta ribuan tentaranya menarik kapal-kapal mereka melalui perbukitan Galata (tidak lewat laut) agar bisa masuk ke Selat Golden Horn.

Tujuh puluh kapal diseberangkan melalui bukit hanya dalam satu malam. Kejadian ini diabadikan Sastrawan Yoilmaz Oztuna: “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini, Al Fatih telah menukar darat menjadi lautan dan melayarkan kapalnya di puncak gunung. Bahkan usahanya ini mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh Alexander The Great.”

Selain berani melakukan hal yang berbeda. Al Fatih juga menyuntikkan semangat keimanan dan value yang mendasar bagi pasukannya (timnya). Sehari sebelumnya  ia memerintahkan semua tentaranya untuk berpuasa pada siang hari dan shalat tahajud pada malam harinya untuk meminta kemenangan kepada Allah. Tiada kemenangan tanpa izin-Nya.

Begitu ia menaklukkan Konstantinopel dan memasuki Hagia Sophia ia bersujud menghadap kiblat kemudian mengambil segenggam tanah dan kemudian ia taburkan di atas kepalanya. Ia tidak ingin gelar “pemimpin terbaik” merusak iman dan hatinya. Kita semua berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel yang sekarang telah berubah menjadi Istambul, ia menjadi pemimimpin di tempat itu. Ia melindungi seluruh rakyat baik yang beragam Islam maupun yang beragama selain Islam. Masyarakatnya jauh lebih sejahtera dibandingkan saat Konstantinopel dalam naungan Kerajaan Byzantium.

Begitulah pemimpin terbaik: menanamkan keimanan dan value, berani berpikir beda, rendah hati dan mengayomi seluruh yang dipimpinnya.

Bursa – Turki, 18 Januari 2021

Sumber : www.jamilazzaini.com

Powered by Blogger.
close