Berbuat Baik Kepada Kedua Orangtua⁣

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi.

Allah ‘Azza wa Jalla beri keistimewaan kepada orangtua. Padanya melekat kemuliaan sebagai orangtua terhadap anaknya, bahkan sekalipun beliau berdua sangat besar kedurhakaannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka kepada kedua orangtua, Allah Ta’ala wajibkan untuk berbicara dengan perkataan yang memuliakan (qaulan karima) dan tidak boleh menyakiti perasaannya meskipun hanya dengan berkata “uff” atau “ah” yang menunjukkan kejengkelan atau rasa tidak suka.⁣
Perbuatan buruk itu bertingkat-tingkat. Tetapi bahkan sampai pada tingkatan ketika orangtua melakukan dosa yang paling buruk, yakni memaksakan anaknya mempersekutukan Allah ‘Azza wa Jalla —yang ini merupakan dosa tak terampuni— tetap saja kita diperintahkan untuk bergaul dengan keduanya selama di dunia ini dengan sangat baik. Adapun terhadap perintah yang bertentangan dengan syari’at, kita tidak mentaatinya.⁣
Jadi, sangat berbeda antara birrul walidain dengan taat kepada orangtua. Bentuk birrul walidain bisa saja berupa ketaatan, sejauh ketaatan itu tidak dalam urusan yang diharamkan oleh agama ini. Tetapi bahkan ketika kita tidak boleh mentaati perintah kedua orangtua pun, Allah Ta’ala tetap wajibkan untuk berbuat baik dan memperlakukan kedua orangtua dengan sebaik-baik pergaulan. Apalagi jika hanya berurusan dengan perkara-perkara mubah atau makruh yang tidak ada dosa di dalamnya. Ini bukan meremehkan perkara makruh, tetapi untuk membandingkan derajat keharusan berbuat kebajikan kepada kedua orangtua (birrul walidain).⁣
Olahraga tinju bukan termasuk perbuatan dosa. Tetap nenek-nenek ingin latihan tinju, setahu saya sangat tidak lumrah. Terlebih jika sebelumnya tidak pernah bertinju. Maka pagi ini saya termangu membayangkan ketika melihat Nancy Vanderstraeten, seorang nenek usia 74 tahun –sebagian sumber menyebut 75 tahun—sedang menikmati tinju. Nenek asli Belgia yang semenjak usia 32 tahun sudah menetap di Antalya Turki ini menghabiskan waktu 1,5 jam selama 3 hari sepekan untuk latihan tinju.⁣
"Tinju adalah minat saya. Saya sangat menyukainya. Saya tidak pernah ketinggalan waktu pelatihan. Saya bangun dengan bahagia di pagi hari, saya bersemangat untuk datang ke aula. Saya ingin berlatih setiap hari," kata Nancy Vanderstraeten. Menurut Naciye –panggilan akrabnya— latihan tinju ia lakukan untuk menyembuhkan penyakit Parkinson yang ia alami.⁣
Saya tidak berbicara mengenai pilihan Naciye. Tetapi saya hanya ingin mengambil pelajaran tentang birrul walidain yang salah satu bagian pentingnya adalah berbicara dengan qaulan karima. Khusus mengenai yang terakhir ini, in sya Allah besok malam kita akan membahasnya dalam Kajian Bulanan FKM.

Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi., Penulis Buku
Powered by Blogger.
close