Harga Sebuah Rindu
Oleh : Rostika Hardianti, S.Psi.
Lirih suara hati berbisik tentang senja hari ini. Senja yang tak lagi sama, senja 23 tahun miliknya.
Selamat datang dan selamat melakukan perjalanan dalam titian jalan hidup ini. Menguntai benang kisah dalam rajutan perjuangan, pakaian ketabahan, dan tongkat kegigihan. Dunia ini tak menyajikan banyak kemenangan, pun kebahagiaan yang sempurna. Atau sebaliknya, dunia ini tidak sempurna dipenuhi kekalutan dan kepedihan dalam goresan perjalanannya. Tapi, bukankah saat kita pejamkan mata, ada rindu yang tak pernah mampu dibayar dengan harga? Rindu, satu kata yang sama dengan ragam makna yang kita punya.
Dibalik rindumu, mungkin ada jeda, jarak, kegelisahan, dan senyuman yang tak terlukis oleh goresan warna dan tinta. Malu-malu senyum tergurat diwajah, menyinari hari demi hari, menyimpan rindu dengan amat sangat terpuji. Tak harap menghindar, tapi ingatan selalu datang tiba-tiba, tanpa permisi.
Namun... Barangkali ada rindu yang sama. Rindu pada cinta. Rindu kita sebagai saudara dan hamba. Rindu pada Tuhan dan Rasul-Nya. Sejauh jarak membentang, seluas area semesta, agama kita menyatukan rindu ini dalam ikatan keimanan yang jujur. Menangisi kerinduan ini bukan berarti lemah, menemui kerinduan ini disepertiga malam bukanlah kepayahan.
Bertemu rindu ini adalah rindu yang dijumpai dengan perjuangan hakiki, perjuangan yang Rabb nilai dengan penilaian langit.
Dan kita... Disatukan atas satu rindu yang berharga. Satu rindu yang membuat hati ini ingin segera berjumpa. Satu rindu yang membuat perjalanan ini terasa kuat dalam ketabahan dan kesabaran, demi menjumpai yang dirindukannya.
Kak Rostika Hardianti, S.Psi., Penulis Novel, tinggal di Cirebon
Post a Comment