Bukan Bannett Urusan Terpenting Kita
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi.
Ada pertanyaan, bagaimana nasib muslimin di Tanah Palestina serta Masjidil Aqsha jika yang berkuasa di atas tanah jajahan lebih kejam dibandingkan sebelumnya? Selama para pejuang tetap menjaga akhlaknya dalam berperang, meneguhkan imannya, bertawakkal hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak goyah dalam berjuang, itu artinya kemenangan semakin dekat. Sangat dekat.
Tetapi ini juga berarti guncangan semakin hebat. Ibarat membersihkan beras dari kotorannya, yang kotor hati, niat dan imannya akan semakin menjauh dari perjuangan, menyelisihi perjuangan orang-orang yang menjaga dan membela Baitul Maqdis, termasuk tidak sedikit yang merendahkan sekaligus memusuhi para pejuang tersebut. Yang menyelisihi maupun menghinakan perjuangan tersebut bukanlah dari pihak penjajah karena kedudukan mereka sudah sangat jelas, melainkan dari kalangan muslimin. Dan itu semua tidak akan menggoyahkan para pejuang maupun pendukungnya, kecuali mereka yang terimpa al-awa’ (cobaan).
Cara-cara yang dipergunakan penjajah akan semakin menjijikkan, semakin beringas, kian kejam dan kasar hingga sampai pada tingkatan dimana para pejuang yang dalam setiap peperangan saja senantiasa menjaga akhlaknya serta berhati-hati agar tidak melampaui batas, telah halal bagi mereka untuk mengejar tiap-tiap jiwa dari penjajah hingga mereka lari ketakutan bersembunyi. Ketika itu, Allah ‘Azza wa Jalla menolong mereka dengan menunjukkan kepada setiap muslimin dimana kiranya para penjajah itu bersembunyi. Tidak ada tempat, kecuali tiap-tiap jiwa dari penjajah akan berada pada puncak ketakutan karena batu, pepohonan, serta apa pun yang menjadi tempat persembunyian mereka akan berbicara kepada muslimin untuk datang membunuh mereka. Seluruhnya, semuanya, taka da satu pun yang akan membiarkan penjajah bersembunyi dalam keadaan penuh ketakutan, kecuali pohon gharqad.
Dari Abu Hurairah radhiyaLlahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
“Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, tetapi batu dan pohon itu berkata, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ada orang Yahudi di belakangku. Kemarilah dan bunuh dia.’ Kecuali (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR. Muslim).
Apa yang disabdakan oleh Nabi ﷺ ini pasti terjadi. Pasti. Wajah-wajah beringas dan kejam itu pasti akan berubah menjadi wajah-wajah yang penuh ketakutan. Kapan terjadinya? Kita tidak pernah tahu secara pasti, kecuali satu hal, yakni waktunya akan semakin mendekat. Boleh jadi di masa-masa yang tidak terlalu lama, hanya hitungan purnama yang tidak menunggu kita tua; boleh jadi lebih lama lagi.
Masa yang dijanjikan itu pasti akan datang. Tidak peduli kita turut serta dalam gelombang perjuangan membela kebenaran ataukah justru termasuk yang menyelisihi atau bahkan tergolong orang-orang yang menghinakan perjuangan para pembela Baitul Maqdis dan sekitar Baitul Maqdis. Karena itulah, kita yang hari ini perlu sungguh-sungguh khawatir, adakah kita termasuk orang-orang yang memperoleh kebaikan ataukah justru termasuk yang terkena al-awa’ (cobaan) karena menyelisihi atau bahkan menghinakan perjuangan muslimin di sana.
Post a Comment