Qiyas Fasid Dunia Parenting


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi.

Sebagian mazhab menolak qiyas untuk mengambil kesimpulan hukum. Sebagian lainnya menerima dengan persyaratan yang ketat. Harus memiliki kualifikasi yang matang untuk melakukan istinbath al-ahkam. Tidak bisa serampangan. Tidak diterima istinbath jika ada dalil shahih yang sudah sangat terang, jelas dan kuat (kalau ini bukan bahasa fiqh, ya….). Begitu pula tidak diterima qiyas fasid (analogi yang rusak).⁣

Dulu merasa aneh ketika memperoleh penjelasan mengenai _qiyas fasid_ dan contohnya. Tetapi rupanya yang lebih konyol dari contoh-contoh _qiyas fasid_ pun hari ini banyak kita jumpai dalam berbagai training, tidak terkecuali training maupun ceramah parenting. Mau nangis pilu rasanya mendengarkan seorang emak pegiat parenting Islami bersemangat menggambarkan musibah yang terjadi jika anak diajari tidak sesuai bakat dengan didahului cerita mengenai sekolah para binatang ketika burung dikasih remedi untuk belajar menyelam dan belut diajari terbang.⁣

Oh, Mama…. Dimanakah kiranya sekolah seperti itu berada? Tak ada Mama. Tak ada. Hewan itu sudah dikaruniai instink yang tidak membuatnya salah, sebagaimana singa tidak akan menjadi herbivora karena diasuh oleh kambing _(ini contoh qiyas fasid yang juga sangat memilukan)_ dan kehilangan kemampuan mengaum. Di sisi lain, dua contoh ini sebenarnya saling membantah, meskipun sebenarnya sama-sama qiyas fasid. Qiyas yang rusak. Jika benar pendidikan harus sesuai bakat, sehingga belajar ilmu-ilmu fardhu ain pun harus menunggu bakat, maka seharusnya tidak sampai pada kesimpulan singa tidak mampu menjadi singa disebabkan diasuh oleh kambing.⁣

Maka beruntunglah yang mengenali bahwa itu semua termasuk qiyas fasid. Jika sebuah pendapat ditegakkan dengan qiyas fasid, sedangkan qiyas fasid merupakan serapuh-rapuh hujjah, maka segala yang ditegakkan tidak patut diikuti.⁣

Beruntunglah anak saya bukan termasuk golongan hewan melata yang masuk di sekolah para binatang (yang saya tidak tahu dimana alamat sekolahnya).

Semoga para pegiat parenting Islam tidak malu, tidak pula ragu, mendasarkan ilmu parentingnya kepada agama. Tanpa Islam, kita tidak bisa mengembangkan parenting Islami.

Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi., Penulis Buku Positive Parenting

Powered by Blogger.
close