Inilah 5 Hal Disebut Mati Syahid
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim, S.Psi.
Adakah kenikmatan yang melebihi masuk jannah tanpa hisab? Tak ada derita, tak ada airmata. Tidak ada pula peluh membanjir karena beratnya hisab di Yaumil Qiyamah. Sungguh, seringan-ringannya hisab itu sangat berat. Lebih-lebih bagi mereka yang berat hisabnya dan menerima catatan amalnya dengan tangan kiri atau lebih buruk daripada itu.
Di antara jalan untuk meraih kemuliaan itu ialah mati syahid; karena berjihad di jalan Allah ‘Azza wa Jalla dan semata-mata karena mengharap ridha Allah Ta’ala; serta mati karena pandemi —semisal Covid yang sekarang ini semakin menjadi— dalam keadaan bersih tauhidnya, teguh imannya, ridha kepada takdir, melakukan usaha dengan benar dan tidak berkhianat kepada kaum muslimin, tidak pula mengambil apa yang bukan menjadi haknya.
Di hari-hari ini ketika kematian saling berkejar-kejaran, semakin perlu rasanya kita mengambil sikap hati-hati dari mengambil yang bukan menjadi hak kita. Kemuliaan yang sangat tinggi bisa hilang hanya karena harta yang tak seberapa; harta yang bahkan tak cukup untuk membeli sepiring makanan istimewa. Bukankah ini yang terjadi pada diri seorang laki-laki yang mati dalam Perang Khaibar. Ia berperang bersama Rasulullah ﷺ dan kemudian gugur saat sedang berjihad. Tetapi Rasulullah ﷺ memerintahkan para sahabat radhiyaLlahu ‘anhum menshalatinya. Padahal orang yang mati syahid tidak perlu dishalati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
صَلُّوْا عَلَى صَاحِبِكُمْ. فَتَغَيَّرَتْ وُجُوْهُ النَّاسِ لِذَلِكَ فَقَالَ: إِنَّ صَاحِبَكُمْ غَلَّ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَفَتَشْنَا مَتَاعَهُ فَوَجَدْنَا خَرْزًا مِنْ خَرْزِ الْيَهُوْدِ لاَ يُسَاوِى دِرْهَمَيْنِ
“Shalatilah sahabat kalian.”
Maka berubahlah raut muka para sahabat mendengar ucapan beliau, lalu beliau bersabda:
“Sesungguhnya teman kalian telah melakukan kecurangan dalam jihad fii sabiliLlah.”
Kemudian kami memeriksa bekalnya dan kami temukan kain sulaman milik Yahudi yang harganya tidak sampai dua dirham. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan An-Nasa’i).
Tidak sampai dua dirham. Sedikit sekali. Tetapi ini telah cukup untuk menggugurkan kebaikan yang amat sangat besar. Ia masih dishalati. Artinya, ia masih diakui keislamannya. Tetapi ia tidak memperoleh kemuliaan mati syahid.
Maka di hari-hari ketika berita kematian seperti petir yang menyambar-nyambar, semakin perlu kita berhati-hati agar tidak tergelincir pada perbuatan yang merusak nasib kita di akhirat. Salah satu dari 5 golongan orang yang mati syahid adalah seseorang yang mati karena tha’un (wabah). Tetapi sebagaimana orang yang berjihad di jalan Allah pun dapat kehilangan kemuliaan itu, maka demikian pula yang mati karena Covid.
Mengenai 5 golongan syuhada (orang-orang yang mati syahid), Rasulullah ﷺ bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Syuhada itu ada lima, yakni orang yang mati karena ath-tha’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari & Muslim).
Di antara perbuatan sangat buruk yang hari-hari ini mudah sekali orang melakukannya adalah berdusta dengan kebohongan yang sangat besar. Tidak sedikit yang menjadi pendusta tanpa sadar karena lisan dan jemarinya bergerak terlalu cepat menyebarkan apa saja yang ia dengar ataupun baca. Bahkan tak sedikit yang menyebar berita sebelum ia sendiri membacanya. Padahal menceritakan apa saja yang ia dengar sebelum memastikan kebenaran isi informasinya sudah termasuk perbuatan dusta.
Rasulullah ﷺ bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang (terhitung) berdusta apabila ia menceritakan segala hal yang ia dengar.” (HR. Muslim).
Kadang, saya merasa sangat sedih membaca tulisan yang disebar di group WA justru bukan oleh berita kematian, tetapi oleh broadcast yang disebar begitu massif, sementara yang menyebarkan tidak mengetahui kebenarannya. Ia hanya share. Sedih, karena begitu mengerikan akibat dari terlalu cepatnya jari share tulisan mengenai Covid-19 ini, sedangkan ia tidak memiliki ilmunya. Inginnya berbagi, tetapi ia telah terjatuh ke dalam golongan pendusta atau bahkan pembohong besar (kadzdzab).
Semoga Allah Ta’ala berikan sebaik-baik perlindungan, kesehatan, keselamatan dan kekuatan kepada kita, keluarga kita, saudara-saudara kita dan sahabat-sahabat kita beserta keluarganya. Semoga pula Allah ‘Azza wa Jalla selamatkan kita dari fitnah akhirat akibat gegabah dan jahilnya kita dalam urusan wabah ini beserta urusan yang menyertainya. Semoga Allah Ta’ala segera angkat wabah ini dari negeri kita dan mencurahkan barakah kepada kita semua. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan.
Post a Comment