Mengapa Wanita itu Mau Menikah Dengan Saya?
Oleh : Jamil Azzaini
Ada seorang wanita yang sangat cantik, cerdas, lembut dan sangat supel dalam pergaulan. Ada seorang lelaki yang jatuh cinta dengannya dan ingin mengenalnya lebih dekat. Setelah keduanya saling berkenalan, sang wanita sering menyapa sang lelaki sehari minimal 5 kali melalui smartphone yang ia punya. Bahkan sang wanita terkadang menyapanya saat orang masih terlelap tidur. Karena interaksi yang sangat intensif, lelaki itu pun semakin jatuh cinta. Dan gayung pun bersambut, wanita itu jatuh cinta juga kepada lelaki yang memiliki banyak rumah dengan perobatan lengkap ini.
Lelaki yang hidupnya sudah mapan itu semakin tergila-gila dengan wanita idamannya, apalagi apapun yang ia minta, selalu dipenuhi oleh sang wanita. Saat sang lelaki meminta untuk sedikit menurunkan berat badannya, wanita itu pun melakukan diet, dan akhirnya berat badannya sesuai harapan sang Lelaki. Tentu, perjaka ting-ting itu yang kaya raya ini, semakin klepek-klepek dengan sang wanita.
Karena mereka berdua sudah dilanda asmara, akhirnya mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan di waktu yang disepakati. Akad pernikahan dengan protokol kesehatan yang ketat pun terjadi. Meski yang hadir di pernikahan terbatas, mereka berdua benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
Di malam pertama, di kamar pengantin, sang lelaki mengajukan pertanyaan sederhana kepada istrinya “duhai adinda, bolehkah saya tahu, apa alasan terbesarmu mau menikah denganku?” Sanga wanita nan rupawan itu menjawab merdu “Aku menikahimu karena ingin mendapatkan salah satu rumah milikmu dengan perabotan lengkap di dalamnya.”
Mendengar jawaban itu, sang lelaki tentu sangat kecewa. Dia berkata dalam hati “oh, ternyata dia menikahiku bukan karena jatuh cinta kepadaku, tetapi berharap dengan fasilitas yang saya punya.” Meski kecewa, karena lelaki itu sudah sangat mengasihi dan juga sangat sayang, ia tidak menceraikannya. Kepada wanita itu, ia berikan rumah terindah yang ia punya lengkap peserta perabotan dan pembantunya. Namun, sang lelaki tidak pernah mau lagi melihat sang istri. Ia pun tidak mau bila sang istri ingin berjumpa melihat wajahnya.
Begitulah ibarat seseorang yang rajin beribadah, rajin sholat bahkan tahajud, dan juga rajin puasa namun niat beribadahnya karena ingin mendapat surga, bukan karena Cinta yang tulus kepada Allah SWT (meski tentu Allah SWT tidak bisa dibandingkan dengan siapapun dan apapun). Boleh jadi kelak, surga didapatkan oleh sang ahli ibadah, namun ia tidak pernah ditengok oleh Allah SWT, tidak juga bisa melihat wajah Sang Maha Kekasih. Bukankah niatnya untuk mendapatkan surga sudah ia dapatkan?
Karena pentingnya niat yang tulus hanya karena berharap cinta dan rahmatnya Allah SWT, seorang sufi ternama Rabi’ah Al Adawiyah pernah berkata : “Ya Allah, kalau aku menyembah-Mu karena menghindar dari neraka-Mu, campakkan saja aku ke neraka. Kalau aku menyembah-Mu karena berharap surga, tutup pintu-Mu rapat-rapat, tapi kalau aku menyembah karena mengharap Cinta dan rahmat-Mu, jangan pisahkan aku dari rahmat-Mu,”
Duduklah sejenak dan renungkan, selama ini, apa niat terdalam dalam hati kita saat beribadah dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Benarkah karena berharap cinta dan rahmat dari Allah SWT? Wallahu ’alam bishawab.
Jamil Azzaini, Penulis dan Trainer Sukses Mulia
Sumber : www.jamilazzaini.com
Post a Comment