Childfree, Sebuah Sikap Menyimpang!


Oleh: M. Anwar Djaelani

DI sekitar paro akhir Agustus 2021, masyarakat (terutama seperti yang terbaca lewat percakapan di media sosial) ramai membincang tentang Childfree. Istilah yang disebut terakhir itu mengacu kepada pasangan suami-istri yang memiliki sikap untuk tidak punya anak dalam kehidupan perkawinan mereka.

Lihat, misalnya, judul berita ini: Apa Itu Childfree? Ramai Dibicarakan setelah Gita Savitri Bahas Pilihannya Tak Punya Anak (https://m.tribunnews.com 20 Agustus 2021).

Kita ikuti petikan berita itu. Bahwa, topik Childfree ramai dibicarakan setelah YouTuber Gita Savitri secara terbuka mengungkapkan pilihannya untuk tidak punya anak. Di Instagram Story-nya, dia menjawab pertanyaan dari warganet soal pilihan hidupnya untuk Childfree. “IMO (menurut pendapat saya) lebih gampang ga punya anak daripada punya anak,” kata Gita.

Siapa Penyuara

Meski sebenarnya Childfree sudah lama dipraktikkan dan dibicarakan banyak orang, pilihan hidup Gita perlu kita kritisi. Hal ini penting, sebab jika kita biarkan, dikhawatirkan akan mempengaruhi sikap-terutama-kalangan muda umat Islam. Hal ini terkait dengan posisi Gita. Siapa dia?

Gita Savitri Devi, nama lengkapnya. Dia punya banyak aktivitas sekaligus predikat. Wanita berjilbab ini antara lain dikenal sebagai konten kreator video YouTube, penulis blog, penulis buku, dan influencer di media sosial.

Gita Savitri lahir di Palembang, 27 Juli 1992. Gita menetap di Jerman sejak umur 18 tahun saat memulai kuliah di sana, pada jurusan Kimia Murni di Freie Universitat – Berlin.

Gita Savitri mulai serius sebagai konten kreator untuk channel YouTube miliknya sejak tahun 2016. Di antara kontennya, video blog (vlog), travel vlog, video tentang Jerman, video soal kecantikan, Question and Answer (Q&A), meng-cover lagu, dan lainnya.

Pada 2017, Gita Savitri merilis novel pertamanya, ”Rentang Kisah”. Di tahun yang sama, ia juga merilis lagunya sendiri yang berjudul “Seandainya”.

Gita menikah pada tahun 2018. Penyanyi yang pernah mengisi acara Muslim Travelers di salah sebuah stasiun televisi itu tak mau ambil pusing dengan pendapat orang lain yang berbeda pandangan dengannya, yang tidak ingin memiliki anak (https://www.tabloidbintang.com edisi 16 Agustus 2021).

Anak; Sang Dambaan

Untuk apa menikah? Agar mendapatkan “Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu” yaitu keturunan. Cermatilah ayat ini: “Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu” (QS Al-Baqarah [2]: 187).

Selanjutnya, dalam Islam, naluri orangtua untuk suka dan cinta kepada anak ditegaskan lewat ayat ini: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS Ali ‘Imraan [3]: 14).

Terkait penegasan di ayat itu, soal fitrah para orangtua, maka sungguh mengherankan jika ada orang berkeluarga tapi tak menghendaki hadirnya anak-anak sebagai buah kasih dan sayang mereka. Kita perlu mempertanyakan, karena sikap tak ingin punya anak bisa dibilang sebagai melawan sifat asli bawaan manusia pada umumnya.

Sungguh, para orangtua adalah pendamba anak-anak. Mereka cinta kepada anak-anak yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Di titik ini, terutama pasangan suami-istri yang baru berkeluarga, akan tak putus berdoa agar Allah berkenan mengaruniai mereka anak-anak (yang shalih). Doa yang sama juga akan terus dipanjatkan oleh pasangan suami-istri yang belum kunjung dikaruniai anak meski telah lama menikah.

Doa-Doa Itu

Lihatlah, Nabi Zakaria As berdoa memohon dikaruniai anak: “Ia (Nabi Zakaria As) berkata, ‘Yaa Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, yaa Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, yaa Tuhanku, seorang yang diridhai’.” (QS Maryam [19]: 4-6).

Perhatikanlah, Nabi Ibrahim As berdoa, memohon diberi anak yang shalih:  “Yaa Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih” (QS Ash-Shaaffaat [37]: 100).

Bahkan, mereka yang masih mencari jodoh, diberi petunjuk agar berdoa semoga diberi pasangan dan-kelak setelah menikah-diberi pula anak-anak yang bisa menjadi qurrota a’yun (penghibur di kala melihatnya). Berikut ini doa yang dimaksud: “Yaa Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Furqaan [25]: 74).

Terang dan Jelas

Dari kajian ringkas di atas, maka pilihan untuk Childfree (tidak punya anak) tak memiliki tempat dalam Islam. Kita, berkeluarga, terutama untuk menyiapkan lahirnya generasi penerus sebagai hamba Allah. Dengan berkeluarga kita punya amanah untuk melahirkan generasi pelanjut yang punya kapasitas sebagai “Khalifah di muka bumi”. []

Penulis buku “Keluarga Sakinah Perindu Jannah”

Sumber : www.hidayatullah.com

Powered by Blogger.
close