Melejitkan Optimisme


Oleh : Jamil Azzaini

Saya yakin sebagian besar dari Anda pasti tahu bahwa orang yang optimis jauh lebih berhasil dalam hidupnya dibandingkan orang yang pesimis. Namun ternyata, banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya termasuk orang yang pesimis. Di dalam buku Learn Optimism, Martin Seligman yang mendapat julukan bapak Psikologi positif membedakan dengan tegas orang yang optimis dan pesimis.

Orang yang pesimis, sering kali menganggap bahwa kejadian negatif yang menimpa dirinya adalah permanen, tidak bisa diubah. Mereka sering menggunkan kata “selalu” dan tidak pernah. Kata yang terucap biasanya bernada; “saya selalu gagal membuka bisnis, atau saya tidak pernah dipromosikan oleh atasan saya.

Sementara orang yang optimis menganggap bahwa kejadian negatif itu bersifat sementara. Kalimat yang digunakan pun berbeda dengan orang-orang yang pesimis. Saat mencoba bisnis gagal, ia akan berkata: “kali ini saya gagal, untuk yang berikutnya saya berhasil sebab ada beberapa hal yang perlu saya perbaiki. Begitu pula saat tidak dipromosikan oleh pimpinannya, ia berkata: “ada beberapa hal yang perlu saya upgrade agar di waktu yang akan datang, saya layak dipromosikan.”

Selain itu, orang yang pesimis selalu menggeneralisir suatu kejadian apabila ada kejadian yang tidak sesuai harapannya. Kalimat yang muncul biasanya seperti ini: “semua orang di sini tidak senang atas kehadiran saya.”  Kata “semua”, itu menandakan bahwa ia menggeneralisir kejadian.

Bagaimana dengan orang yang optimis? Mereka biasanya berkata : Ada satu orang yang tidak suka atas kehadiran saya, selebihnya netral bahkan ada yang sangat antusias.

Bagaimana agar kita semakin optimis? Martin Seligman memberika formula ABCDE. Mari kita gunakan formula ABCDE sekaligus dengan aplikasi contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu kebiasaan baru, bekerja secara online di rumah.

Adversity adalah Sebuah situasi baru yang membutuhkan respon. Contohnya, Anda sedang memulai kebiasaan baru akibat pandemic Covid-19. Hampir semua aktifitas pekerjaan harus dilakukan secara online di rumah

Belief adalah penafsiran kita atas sebuah peristiwa yang terjadi. Boleh jadi dengan kebiasaan baru yang serba online Anda merasa tidak bisa, lebih cepat lelah dan sangat tersiksa.

Consequence adalah cara kita berperilaku, merespon atau merasakan. Karena Anda merasa tidak bisa bekerja secara online, lebih lelah dan sangat tersiksa saat bekerja online maka Anda selalu menghindar saat ada undangan rapat online, webinar online atau koordinasi online. Apabila Anda hadir pun dengan perasaan tertekan dan kurang antusias.

Disputation adalah Usaha kita mendebat atau membantah terhadap keyakinan awal yang kita miliki. Anda kemudian mulai merenungkan bahwa Anda beberapa kali melakukan kegiatan online. Anda bisa,  Anda mendapat banyak pencerahan dan pengalaman baru. Anda juga beberapa kali menikmati bahkan Anda merasa itu lebih efisien sebab bisa dikerjakan kapanpun dan dimanapun. Selain itu, Anda juga bisa tetap dekat dengan keluarga meski sedang bekerja.

Energization adalah hasil akhir setelah kita membantah keyakinan awal. Coba Anda rasakan energi yang muncul setelah Anda melakukan disputation. Anda lebih bersemangat, berenergi untuk melakukan sesuatu yang baru. Anda lebih optimis mengerjakannya. Setuju?

Cobalah formula ABCDE ini diterapkan untuk sesuatu yang Anda hadapi saat ini. Insya Allah, Anda lebih optimis dan tentu Anda berpeluang lebih sukses dibandingkan orang yang pesimis. Siap? Lets go.

Jamil Azzaini, Motivator dan Penulis Buku

Sumber : www.jamilazzaini.com

Powered by Blogger.
close