Menjadi Karyawan Allah SWT
Kemarin, saat perjalanan menuju rumah salah satu tokoh nasional untuk bersilaturahmi, di dalam mobil saya membaca sedikit sejarah sosok Malik bin Dinar. Lelaki ini ternyata pernah mencari perhatian (cari muka) kepada para pengurus salah satu masjid besar dimana ia tinggal. Satu tahun lebih ia melakukan berbagai aktifitas dengan tujuan diangkat menjadi salah satu pengurus di masjid tersebut.
Setelah satu tahun lebih, harapannya tiada kunjung tiba. Ia pun tersadar bahwa niatnya keliru. Ia pun memutuskan bertaubat, memohon ampun kepada Allah swt karena beribadah bukan karena-Nya tetapi karena ingin mendapat jabatan tertentu. Ia meluruskan niatanya, apapun yang ia lakukan hanya untuk Allah swt semata. Ia memutuskan untuk menjadi “karyawan” Allah swt.
Menariknya, saat ia pasrah dan memutuskan menjadi “karyawan” Allah swt justeru keesokan harinya datang tawaran agar ia menduduki jabatan yang sudah setahun lebih ia idam-idamkan. Malik bin Dinar menangis, ia merenungi keajaiban yang terjadi. Dengan tegas ia pun menolak jabatan yang ditawarkan kepadanya.
Usai membaca cuplikan sejarah Malik bin Dinar, saya teringat dengan sahabat saya Rezha Rendy, Founder Pola Pertolongan Allah (PPA). Mas Rendy lah yang memperkenalkan istilah “karyawan” Allah swt kepada saya. Makna menjadi karyawan Allah swt adalah bahwa apapun yang kita lakukan hanya untuk-Nya, mengikuti aturan-Nya, meninggalkan larangan-Nya. Tugas utama kita adalah “mencari muka” atau mencari perhatian di hadapan Allah swt.
Saat kita memutuskan menjadi “karyawan” Allah swt maka semua kebutuhan kita akan dipenuhi, pengembangan diri kita akan ditopang, berbagai kesulitan hidup kita akan dipermudah, berbagi solusi dan ide datang silih berganti, tiada henti.
Saya sedang berlatih mempraktekkannya, masih magang menjadi karyawan Allah swt. Meski saya masih magang, saya pun sudah merasakan mendapatkan banyak keajaiban. Beberapa diantaranya, saya ceritakan dalam tulisan ini.
Pertama, bisnis yang menguntungkan. Bisnis bukan hanya sekadar urusan profit, cash flow, penguatan brand, pengembangan dan keberlanjutan tetapi juga tentang surga dan neraka. Bisnis bukan soal professional semata tetapi juga berkaitan dengan spiritual. Mindset saya adalah “saya adalah makhluk spiritual yang sedang melakukan perjalanan profesional” Dengang kata lain, saya adalah karyawan Allah swt (makhluk spiritual) yang membersembahkan proses, cara dan hasil terbaik untuk-Nya (profesional).
Saat pandemic covid-19, banyak bisnis yang merugi bahkan bangkrut. Alhamdulillah, bisnis yang kami jalani dengan konsep saya menjadi karyawan Allah swt, tetap survive bahkan beberapa diantaranya mendapatkan profit (keutungan) yang lumayan. Bukan hanya pelanggan lama yang masih menggunakan jasa kami, perusahaan baru pun banyak yang mencicipi jasa yang kami tawarkan. Sungguh indah dan nikmat menjadi karyawan Allah swt, meski saya masih magang (berlatih)
Kedua, dihadirkan banyak orang hebat. Saat kami “mentok” dengan ide, gagasan, cara dan bingung menemukan solusi, tanpa kami duga, Allah swt mengirimkan orang-orang hebat dan pilihan untuk membantu kami. Berbagai solusi, kemudahan dan keajaiban datang bertubi-tubi. Saya terkadang menangis sendiri atas berbagai hal yang datang tidak terduga. Sungguh indah dan nikmat menjadi karyawan Allah swt, meski saya masih magang (berlatih)
Ketiga, dihadirkan ketenangan. Tentu yang juga sangat nikmat adalah dihadirkannya ketenangan dan kebahagiaan dalam menjalankan peran sebagai pebisnis, inspirator, pengkader orang, kepala rumah tangga, dan peran-peran lainnya. Gelisah, was-was, khawatir, emosi negatif dan penyakit hati lainnya memang terkadang masih muncul tetapi sudah tidak sesering dulu. Ya maklum, saya khan masih magang menjadi karyawan Allah swt.
Semoga saya lulus dalam proses magang ini, dan kelak saya benar-benar bisa diangkat oleh Allah swt, menjadi karyawan-Nya. Sungguh saya rindu dengan moment pengangkatan itu. Bisakah? Wallahu’alam.
Jamil Azzaini, Penulis Buku dan Motivator SuksesMulia
Sumber : www.jamilazzaini.com
Post a Comment