Anak Perlu Belajar Tantangan
Kerapkali yang menjadikan kita kehilangan idealisme dan daya juang bukanlah kesulitan, tetapi justru kemudahan-kemudahan dan kesenangan.
Begitu pula anak-anak kita.
Kepekaan anak terhadap orangtua, keluarga, saudara-saudara maupun orang lain juga hanya terasah apabila mereka menghadapi tantangan. Bukan ketika mereka serba dilayani; serba tersedia apa yang mereka mau. Belajar menahan, menunda atau bahkan menghapus keinginan dan menggantinya dengan yang lebih baik itu sangat penting bagi hidup mereka.
Apakah tidak boleh orangtua memberikan fasilitas kepada mereka? Bukan. Bukan demikian. Tetapi yang tidak boleh adalah merampas hak anak untuk belajar menghadapi kesulitan; belajar memecahkan sendiri masalahnya. Bukan mengambil alih masalah mereka sehingga mereka justru tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang paling sederhana sekalipun.
Anak perlu belajar menghadapi tantangan. Perlu belajar menyelesaikan masalah dan mengatasi kesulitan. Tugas kita memberi kesempatan kepada mereka dan peduli dengan kesulitan mereka. Tetapi bukan mengambil alih masalah mereka. Dan ini bukan berarti menyengsarakan mereka. Tujuannya bukan itu.
Kesulitan itu mematangkan manusia sehingga menjadi lebih baik. Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Ù…َÙ†ْ ÙŠُرِدْ اللَّÙ‡ُ بِÙ‡ِ Ø®َÙŠْرًا ÙŠُصِبْ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, maka Dia akan memberinya musibah (mengujinya).” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting
Post a Comment