Ketika Anak Merindu di Pesantren


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Ada yang bilang, jangan pernah tanyakan kepada anak yang baru mondok dia betah atau tidak; sudah betah atau belum, “Bagaimana, kamu sudah betah di pondok?” Kok nggak boleh? Karena katanya, ini bikin benteng pertahanan anak untuk menguat-nguatkan diri berada di pondok jadi jebol. Runtuh. ⁣
Ada yang bilang, pertanyaan itu menjadikan anak menangis karena rindunya kepada orangtua dan rumah meluap-luap. Tetapi bukankah seharusnya anak memang rindu? Memasukkan anak ke pondok bukan untuk mematikan perasaan mereka kepada kedua orangtua, saudara maupun anggota keluarga lainnya. Bukan. Bukan pula untuk mematikan kepekaan mereka. ⁣
Larangan tadi sepintas baik, sekilas benar. Tetapi yang perlu kita lakukan sebenarnya berusaha memahami dan membantu anak menyelesaikan masalahnya. Kita juga perlu berusaha menerima perasaan, lalu membantu anak agar dapat menjadikan rasa kagennya tadi sebagai bagian dari pengorbanan dalam berjuang meraih kemuliaan ilmu. ⁣
Mengalihkan pembicaraan agar tidak menyentuh wilayah rindu bukanlah menjadikan masalahnya pupus dengan sendirinya. Justru ketika anak mengungkapkan perasaan, kita dapat membantu anak untuk mengenali apa saja hal bermanfaat yang telah ia lakukan, dan perbaikan apa saja yang dapat ia lakukan. Anak juga senang ketika merasa dirinya diterima dan didengarkan.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku -buku Parenting
Powered by Blogger.
close