Obat Penyakit Bodoh
Oleh : Ustadz Asih Subagya
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata bodoh adalah tidak memiliki pengetahuan (pendidikan, pengalaman). Namun dalam kehidupan yang sesungguhnya, yang dinamakan orang bodoh bukan berarti orang yang tidak berpendidikan.
Akan tetapi, orang yang bergelar doktor pun bisa menjadi orang bodoh. Karena, pada dasarnya kebodohan tidak berkaitan jenjang pendidikan ataupun dengan ijazah. Kebodohan erat kaitannya attitude (perilaku) dan akhlak seseorang.
Berkenaan dengan orang bodoh ini, Allah ta’ala berfirman dalam Surat al A’raf ayat 199 :
خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkenaan dengan ayat ini menjelaskan bahwa, ”Sebagian ulama mengatakan bahwa manusia itu ada dua macam: Pertama, orang yang baik; terimalah kebajikan yang diberikannya kepadamu, janganlah kamu membebaninya dengan sesuatu yang di luar kemampuannya, jangan pula sesuatu yang menyempitkan dirinya”.
Adapun terhadap orang yang kedua, yaitu orang yang buruk, maka perintahkanlah dia untuk berbuat yang makruf. Jika ia tetap tenggelam di dalam kesesatannya serta membangkang —tidak mau menuruti nasihatmu— serta terus-menerus di dalam kebodohannya, maka berpalinglah kamu darinya. Mudah-mudahan berpalingmu darinya dapat menolak tipu muslihatnya terhadap dirimu.”
Sedangkan Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir saat menjelaskan tentang berpaling dari orang bodoh :وَأَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِينَ (serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh) adalah,”Jika kamu telah menegakkan hujjah atas mereka dengan menyuruh mereka berbuat ma’ruf lalu mereka tidak mengerjakannya, maka berpalinglah dari mereka dan janganlah kamu mendebat dan membodoh-bodohkan mereka sebagai balasan atas perdebatan dan pembodohan mereka kepadamu, karena mereka memang merupakan orang-orang yang bodoh”.
Dengan melihat hal di atas maka orang bodoh sesungguhnya adalah seseorang yang tidak mau berbuat ma’ruf (kebajikan). Sehingga bisa dikatakan mereka yang gemar berbuat hal yang munkar (kejelekan). Maka sangat wajar bila mereka gemar mengganggu orang lain dengan ucapannya yang menghina, mengejek, dan memfitnah, bahkan memancing-mancing permusuhan.
Orang-orang bodoh semacam ini tidak perlu ditanggapi atau dipedulikan. Jangan biarkan mereka mengisi ruang kehidupan dan pikiran kita. Jika kitaikut meresponnya, maka kita terjerumus dalam kebodohan yang sama.
Cara menghadapi orang bodoh
Dalam tafsir As-Sa’di dijelaskan tentang bagaimana bersikap dan menghadapi orang bodoh ini. Jangan membebani mereka dengan apa yang tidak sesuai dengan tabiat mereka, akan tetapi berterima kasihlah kepada setiap orang atas apa yang dia dapatkan darinya dalam bentuk perbuatan dan ucapan yang baik, memaklumi kelalaian dan memaafkan kekurangan mereka.
Tidak menyombongkan diri kepada yang lebih kecil karena kecilnya, atau kepada orang bodoh karena kebodohannya, atau kepada orang miskin karena kemiskinannya, akan tetapi dia bergaul dengan semuanya dengan lemah lembut dan perlakuan yang sesuai dengan kondisi, dengan dada yang lapang. ”dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf yakni mengerjakan semua ucapan yang dan perbuatan yang baik dan akhlak yang sempurna baik kepada orang yang dekat maupun kepada orang yang jauh.
Jadikanlah sesuatu yang kamu berikan kepada manusia dalam bentuk pengajaran ilmu atau dorongan kepada kebaikan, berupa silaturahmi, berbuat baik kepada kedua orang tua, mendamaikan perselisihan diantara dua manusia, memberi nasihat yang berguna, memberi pendapat yang benar, tolong menolong dalam kebaiak, dan takwa, melarang yang buruk, atau memberi petunjuk kepada kemaslahatan agama dan dunia. karena gangguan dari orang bodoh adalah suatu keniscayaan, maka Allah memerintahkan agar menyikapinya dengan berpaling darinya dan tidak membalas kebodohannya.
Barangsiapa menyakitimu dengan ucapan atau perbuatannya, maka janganlah kamu menyakitinya. barangsiapa yang tidak memberimu, maka kamu jangan tidak memberinya. Barangsiapa yang memutuskanmu, maka kamu jangan memutuskannya. Dan barangsiapa yang menzhalimimu, maka bersikap adillah kepadanya.
Hal yang terjadi adalah seringkali orang bodoh ini, jika dihadapkan terhadap suatu permasalahan, malah merasa yang paling atau lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai yang sok tahu. Padahal bisa jadi hanya tahu kulit-kulitnya saja. Sehingga jika ditanya lebih jauh, jawabannya berputar-putar menunjukkan kedangkalan ilmunya.
Terkait dengan orang bodoh semacam ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, mempunyai resep sederhana, dalam sebuah hadits beliau bersabda:
ألا سألوا إذْ لَم يعلَموا فإنَّما شفاءُ العيِّ السُّؤالُ
“Tidakkah mereka bertanya jika tidak mengetahui (hukumnya), sesungguhnya tiada lain obat penyakit bodoh adalah bertanya.”
[HR. Abu Dawud dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu dan Syaikh al-Albani rahimahullah menshahihkan sanadnya dalam Shahih Abu Dawud 336].
Semoga kita terhidar dari penyakit bodoh ini. Sebab siapapun kita, sangat memiliki potensi untuk masuk perangkap kebodohan ini. Wallahu a’lam
Ust Asih Subagyo, Pengurus DPP Hidayatullah
Post a Comment