Beginilah Islam Memerintahkan Umatnya Memuliakan Orang Tua


UNTUK
menambah motivasi kita dalam berbakti dan memuliakan orang tua, kita perlu meresapi tuntunan Islam tentang kedudukan orang tua dan bagaimana memperlakukan mereka. Khususnya ketika kedua orang tua kita mencapai usia lanjut. 

Pertama, sudah menjadi sunnatullah bahwa orang-orang berusia lanjut akan kembali kepada kondisi awal penciptaannya. Usia lanjut adalah periode di mana manusia akan mengalami kemunduran fisik dan mental secara drastis setelah melewati puncaknya, yaitu umur dewasa. Al-Qur’an menggambarkan bahwa orang yang8 dipanjangkan umurnya akan dikembalikan kepada kejadiannya yang semula.

وَمَنۡ نُّعَمِّرۡهُ نُـنَكِّسۡهُ فِى الۡخَـلۡقِ‌ؕ اَفَلَا يَعۡقِلُوۡنَ

“Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?” (QS: Yasin [36]: 68)

Apa yang seharusnya dilakukan seorang Muslim terhadap orang-orang yang mengalami penurunan dalam semua urusan dan akan kembali mencapai keadaan awal penciptaannya? Ternyata Islam telah mengaturnya sedemikian indah.

Rasulullah ﷺ bersabda;

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil  di antara kami, dan tidak memuliakan orang-orang yang tua di antara kami. (HR: Bukhari dalam Adabul Mufrat) 

Kedua, berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling dicintai Allah SWT. Ibnu Mas’ud RA pernah bertanya kepada Nabi ﷺ, “Amal apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Lalu ia bertanya lagi, “Setelah itu apa?” Beliau menjawab, “Birrul walidain (berbuat baik pada orang tua).” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Bahkan, sebagaimana disinggung dalam tulisan sebelumnya, memuliakan kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya akan menjadi sebab masuknya kita ke dalam surga.

Ketiga, birrul walidain menjadi sebab seseorang akan disayang anak-anaknya dan mendapat bakti mereka. Balasan bagi seseorang sesuai dengan jenis amalnya.

Siapa yang berbakti kepada orang tua, maka anak-anaknya kelak akan berbakti kepadanya sebaga balasan atas baktinya tersebut.

هَلۡ جَزَآءُ الْاِحۡسَانِ اِلَّا الۡاِحۡسَانُ‌ۚ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (QS: Ar-Rahman (55|: 60).

Rasulullah ﷺ bersabda,

بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ اَبْنَاؤُكُمْ وَ عِفُّوْا تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ. الطبرانى باسناد حسن

“Berbaktilah kepada kedua orang tuamu, maka anak-anakmu akan berbakti kepadamu. Jagalah kehormatan dirimu maka istri-istrimu pun akan menjaga kehormatan dirinya. (HR: Thabrani)

“Berbuat baiklah kepada orang tuamnu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu.” (Riwayat At-Thabrani, Al-Halkim, dan Abul Qasim dalam Fawaid-nya).

Langkah-langkah berbakti pada orang tua

Kita wajib menjadikan para orang tua, terutama yang sudah lanjut usia, sebagai ladang berbuat baik dan meraih surga Allah SWT. Lalu bagaimana kita dapat meraih sukses dan bahagia dunia-akhirat pada saat kedua orang tua masih ada di pangkuan kita? Berikut kiatnya:

1. Bersyukur kepada Allah SWT dan kedua orang tua.

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS: Luqman [31]: 14)

2. Merendahkan diri, menyayangi, dan mendoakan kedua orang tua.

Allah SWT berfirman:

وَاخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحۡمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِىۡ صَغِيۡرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil.” (QS: Al-Israa [17]: 24).

Adapun nendoakan kedua orang tua juga perbuatan yang amat mulia karena ini tradisi para Nabi. Nabi Ibrahim  AS dalam doanya menguapkan:

رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِىۡ وَلـِوَالِدَىَّ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ يَوۡمَ يَقُوۡمُ الۡحِسَابُ

“Ya Allah Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku, dan sekalian orang orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS: lbrahim |141 41)

3. Berwasiat untuk kedua orang tua

كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ خَيْرًا ۖ ۨالْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِۚ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ۗ

“Diwajibkan atas kumu, apabila (tanda tanda) kematian telah menghampiri salah seorang di antara kamu dan ia meninggalkan harta, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf (lni adalah) kewajiban atas orang-orang0 yang bertakwa.” (QS: Al-Baqarah [2]: 180).

4. Mencari keridhaannya

Nabi ﷺ bersabda;

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ – أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِم

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ashr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda, “Keridhaan Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR: Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Begitu luar biasa Islam menempatkan kedudukan orang tua dan mengatur cara-cara berbakti kepadanya. Namun, Islam juga memberikan batasan dalam berbakti kepada orang tua.Pertama, tidak mentaatinya dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat Allah SWT. Terlebih jika keduanya memaksa untuk mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain.

Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya:

وَاِنۡ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنۡ تُشۡرِكَ بِىۡ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهٖ عِلۡمٌ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti mereka.” (QS: Luqman [31]: 15).

Kedua, tetap menjaga hubungan baik, memuliakan, menyayangi, dan berbuat baik kepada kedua orang tua, meskipun keduanya kafir ataupun musyrik, selama keduanya tidak menunjukkan permusuhan dan penentangan kepada Allah SWT dan Rasulullah ﷺ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak bapak, atau anak anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS: Al-Mujaadilah [58): 22)

Ketiga, tidak mendoakan orang tua yang musyrik

Allah SWT berfirman:

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS: At-Taubah [9]:113).

مَا کَانَ لِلنَّبِیِّ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ یَّسۡتَغۡفِرُوۡا لِلۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اُولِیۡ قُرۡبٰی مِنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَیَّنَ لَہُمۡ اَنَّہُمۡ اَصۡحٰبُ الۡجَحِیۡمِ

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya) sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS: At-Taubah 19): 113).*

Rep: Ahmad
Sumber : www.hidayatull    ah.com

Powered by Blogger.
close