Karbala
Inilah peristiwa memilukan yang meninggalkan fitnah sangat panjang hingga zaman ini. Tak sedikit fitnah syubhat yang menyebar kuat di tengah-tengah ummat. Inilah peristiwa yang berujung terbunuh Al-Husain secara zalim sebagai syahid di Karbala. Dari peristiwa tersebut muncul 2 bid'ah yang paling buruk. Dan bagi ahlussunnah wal jama’ah, kedua-duanya harus kita tinggalkan sejauh-jauhnya.
Bid’ah pertama adalah meratap-ratap, menampar-nampar pipi & melukai diri sendiri. Inilah bid'ah tathbir dari Mukhtar bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqafi. Seperti apakah tathbir itu? Menyiksa diri, melukai diri sendiri. Meratap-ratap dan menyiksa diri sendiri seraya melaknati para sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in merupakan bid'ah besar Karbala yang terus dikerjakan oleh Rafidhah hingga masa kini. Sesiapa yang mengaku ahlussunnah wal jama'ah, maka ia harus menjauhi dan mengingkari bid'ah penyiksaan diri ini sejauh-jauhnya,
Bid'ah Karbala yang kedua adalah merayakan, bergembira dengan tragedi dan melakukan penyambutan khusus. Ini bid'ahnya Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Bid'ah merayakan dan bergembira atas tragedi Karbala merupakan bid'ah yang sangat buruk dari Nashibah, yakni pembenci keluarga Nabi (ahlul bayt Nabi) yang kita wajib mencintai. Dan ahlussunnah menjauhi keduanya --Rafidhah dan Nashibah-- sekaligus meyakini keduanya tercela.
'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
لِيُحِبُّنِيْ رِجَالٌ يُدْخِلُهُمُ اللهُ بِحُبِّيْ النَّارَ وَيُبْغِضُنِيْ رِجَالٌ يُدْخِلُهُمُ اللهُ بِبُغْضِيْ النَّار
"Sungguh akan ada orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke neraka karena kecintaan mereka kepadaku. Dan sungguh akan ada orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka karena kebencian mereka kepadaku."
Kembali ke soal dua bid'ah yang sangat buruk dari peristiwa Karbala. Kedua jenis bid'ah itu sama-sama dimunculkan oleh orang dari suku Tsaqif. Ini mengingatkan kita kepada sebuah hadis. Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
سَيَكُوْنُ فِي ثَقِيْفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيْرٌ
"Akan ada di suku Tsaqif seorang pendusta dan perusak." (HR. Muslim).
Para ulama mengatakan bahwa pendusta itu adalah Mukhtar bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqafi. Sedangkan perusak adalah Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Ahlussunnah wal jama'ah meyakini keburukan kedua-duanya, menjauhi dua bid'ah tersebut dan meyakini syahidnya Al-Husain di Karbala. Meyakini Al-Husain radhiyallahu 'anhuma syahid di Karbala bukan lalu meratapi dan menyiksa diri. Bukan ahlussunnah wal jama'ah yang mengingkari syahidnya Al-Husain radhiyallahu 'anhuma. Bukankah ia pemuka pemuda ahli surga?
Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنّة
“Al-Hasan dan Al-Husain penghulu pemuda ahli surga.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan lainnya).
Sangat tidak mungkin cucu Nabi ini wafat dalam keadaan durhaka, sedangkan ia pasti menjadi pemuka pemuda ahli surga. Jika seorang ahlussunah wal jama'ah merasa sedih dan pilu saat membaca sirah tentang Karbala, itu sangat wajar. Tapi ia menjauhi meratap dan menyika diri. Bukankah ahlussunnah wal jama'ah mencintai ahlul bayt Nabi?
Tentang Karbala, Ibnu Taimiyah berkata di dalam Majmu' Fatawa:
وأما من قتل الحسين أو أعان على قتله أو رضي بذلك فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين
"Sedangkan siapa yang membunuh Al-Husain, atau berperan dalam membunuhnya, atau merestui pembunuhan Husain, maka semoga dia dilaknat oleh Allah (Ta'ala), malaikat dan seluruh manusia."
Inilah sikap ahlussunnah wal jama'ah. Ibnu Hajar Al-Asqalani pernah mengkritik sikap Ibnu Taimiyah terhadap ahlul bayt yang dinilai kurang respek terhadap ahlul-bayt. Tetapi bahkan pada sosok pribadi yang dinilai sebagian ulama ahlussunnah wal jama'ah lainnya kurang respek, kita tetap melihat ketegasan sikap atas Karbala. Ahlussunnah waj jama'ah menegakkan sikap terhadap syahidnya Al-Husain sebagaimana sikap Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat. Ia memberi teguran keras kepada 'Ubaidullah bin Ziyad yang menghinakan cucu Nabi terkasih ini, mengingatkan kepadanya bahwa wajah ia pukul-pukulkan pedang kepadanya itu adalah wajah yang sering dicium oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Dan siapakah yang mengingkari keutamaan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu sebagai salah satu sosok penting ahlussunnah wal jama'ah?
Tapi mengapa ahlussunnah wal jama'ah berpuasa Asyura, termasuk sehari sebelum dan sesudahnya? Ini sama sekali tak berkait dengan Karbala. Sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam tentang puasa Asyura berikut sehari sebelum dan sesudahnya telah terucapkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi.
Demi Allah, aku tulis ini untuk menunjukkan kepada kalian tentang peristiwa yang para ulama ahlussunnah tidak mengingkari kesedihan atas wafatnya Al-Husain radhiyallahu ‘anhuma yang telah dinistakan oleh 'Ubaidullah bin Ziyad. Tengoklah sikap Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu tatkala melihat Ubadillah bin Ziyad menusuk-nusukkan pedangnya ke mata, bibir dan hidung Al-Husain. Perhatikan juga sikap jelas Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu juga berada di sana dan memberi teguran kepada ‘Ubaidullah bin Ziyad. Apakah yang dapat kalian katakan tentang para sahabat Nabi yang mulia ini? Demi Allah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu adalah ahlussunnah. Tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang bodoh.
Siapa yang mengingkari keutamaan Al-Husain radhiyallahu ‘anhu, hanya dua kemungkinannya: ia bodoh tentang agama ini atau ia seorang nashibi (pembenci ahlul bayt). Dan siapa yang karena kecintaannya kepada Al-Husain membenci para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, maka dua pula kemungkinannya: ia bodoh tentang agama ini atau ia seorang rafidhi.
Janganlah melampaui batas. Alangkah banyak orang yang dulunya berada di jalan yang benar, tetapi ia terlempar jauh dari kebenaran disebabkan sikapnya yang melampaui batas dan meninggikan diri. Bahkan setan pun, bukankah awalnya hamba Allah Ta'ala yang sangat taat? Tetapi kesombongan telah menjauhkannya dari kebenaran. Dan sungguh, ini merupakan pelajaran besar.
Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting
Post a Comment