Memahami Jalan Menuntut Ilmu


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
 
Penting sekali bagi kita untuk memahami jalan menuntut ilmu agar berpenat-penatnya kita belajar tidak justru semakin menjauhkan dari petunjuk yang benar. ⁣
‘Ali bin Abi Thalib radhiyaLlahu ‘anhu berkata: ⁣
النَّاسُ ثَلاَثَةٌ فَعَالِمٌ رَبَّانِيٌّ وَمُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ وَهَمَجٌ رَعَاعٌ أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ يَمِيلُونَ مَعَ كُلِّ رِيحٍ لَمْ يَسْتَضِيئُوا بِنُورِ الْعِلْمِ وَلَمْ يَلْجَؤُوا إِلَى رُكْنٍ وَثِيقٍ⁣
“Manusia ada tiga (golongan): ‘alim rabbani, penuntut ilmu yang berada di atas jalan keselamatan, dan orang awam yang mengikuti setiap orang yang berteriak (seruan); mereka condong sesuai arah angin bergerak, tidak menerangi diri dengan cahaya ilmu, dan tidak berpegangan dengan pegangan yang kuat.” ⁣
Kita –tepatnya saya—bukanlah termasuk ‘alim Rabbani, meskipun sangat mengingini untuk suatu saat termasuk di dalamnya. Maka pilihan kita saat ini hanya satu, yakni menjadi muta’allim ‘alaa sabili najah (مُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ) dengan berharap semoga suatu saat Allah Ta’ala jadikan kita ‘alim Rabbani. Di antara kriteria mendasar agar dapat menempuh jalan ini ialah dengan memperhatikan kepada siapa kita berguru. ⁣
Di antara orang yang tidak boleh kita ikuti, tidak pula mengambil ilmu darinya, adalah orang yang mengaku bisa melihat jin, berkomunikasi secara langsung dengannya dan bahkan menjadikan jin-jin itu sebagai pelayannya. Ini sebagaimana prinsip yang disampaikan oleh Imam Syafi’i rahimahuLlah Ta’ala, ‘alim besar yang sebagian muslimin negeri ini mengaku bermadzhab kepadanya: ⁣
مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يَرَى الْجِنَّ أَبْطَلْنَا شَهَادَتَهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ نَبِيًّا⁣
"Barangsiapa yang mengaku bisa melihat jin, maka kami batalkan syahadatnya, kecuali dia seorang Nabi.” ⁣
Perkataan Imam Syafi’i yang dinukil ulama besar Syafi’iyah yang sangat berpengaruh, yakni Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari ini memberi pelajaran sangat serius kepada kita agar tidak gegabah mempercayai ucapan seseorang yang mengaku sering berdialog langsung dengan jin, melihat yang ghaib dan sejenisnya. Begitu pula sama sekali tidak berharga ucapan yang menyebut-nyebut nama kitab, tetapi tidak mengambil pelajaran di dalamnya. Beberapa kali saya mendengar orang menyebut Ihya ‘Ulumuddin, tetapi ucapan itu tidak ada di kitab yang sangat berharga ini. Bahkan ada disertasi yang menisbahkan kepada perkataan Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin, tetapi yang bersangkutan tidak pernah membaca Ihya ‘Ulumuddin secara utuh. ⁣
Bayangkan! Disertasi, Nda…. Disertasi! ⁣
Begitu pula seseorang yang mengaku memiliki kelebihan, sering unjuk kebolehan dengan menampakkan “kemampuan ghaib” yang “menembus batas kewajaran” dengan mengatasnamakan karamah, maka amat sangat perlu kita ragukan. Sesungguhnya sebaik-baik orang adalah yang paling istiqamah dalam memegangi dan menjalankan agama ini. Dan sesungguhnya waliyuLlah bukanlah orang yang senang mempertontonkan karamah, sebab setinggi-tinggi karamah adalah istiqamah, sedangkan istiqamah perlu terus-menerus diperjuangkan. ⁣
Suatu ketika Yunus bin Abdil A'la berkata kepada Imam Syafi’i rahimahuLlah Ta’ala, “Sesungguhnya Al-Laits pernah mengatakan, jika kalian melihat seorang berjalan di atas air, maka jangan kalian tertipu dengannya hingga terbukti berpegang teguhnya dia kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.” ⁣
Imam Syafi’i kemudian berkata: ⁣
قَصَّرَ اللَّيْثُ رَحِمَهُ اللَّهُ بَلْ إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ وَيَطِيرُ فِي الْهَوَاءِ فَلَا تَغْتَرُّوا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوا أَمْرَهُ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ⁣
“Masih kurang Al-Laits. Bahkan apabila kalian menyaksikan seseorang dapat berjalan di atas air, atau terbang di udara sekalipun, maka janganlah kalian tertipu, sebelum kalian mengukur amalannya dengan Al-Qur'an dan Sunnah.” ⁣
Dari Abu ‘Amr—ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah—Sufyan bin ‘Abdillah radhiyaLlahu ‘anhu, ia berkata, “Aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda: ⁣
قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ⁣
Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim). ⁣
 
 Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting dan Keluarga

Powered by Blogger.
close