Takut Gagal


Oleh : Jamil Azzaini

Siapa yang tidak pernah merasakan takut gagal? Saat ini, mungkin Anda sudah berada pada posisi yang stabil dan menyenangkan. Mari sejenak kita ingat-ingat pengalaman di masa lalu. Ketika mau lomba pidato, lomba basket, ketika hendak ulangan Matematika, menjelang ujian akhir, mau sidang skripsi, mau melamar kerja, mau memulai usaha… bisa jadi dahulu ada juga percik-percik rasa takut gagal yang pernah kita alami. Beruntungnya, kita bisa melewati itu semua dengan baik ya, sampai di titik ini.

Kegagalan merupakan bagian dari kehidupan, siapapun Anda. Sulit dibayangkan untuk meraih kesuksesan tanpa kegagalan, seperti yang kerap dibicarakan para pemimpin terkemuka yang sudah mereguk keberhasilan. Pasti ada jatuh bangun di sana, bahkan terjun bebas sampai minus. Tidak hanya di level pribadi, tetapi juga di level tim dan perusahaan. Terdapat masa-masa di mana tim Anda juga pernah tidak mencapai target, menjadi sorotan karena performa misalnya. Bahkan perusahaan sendiri juga belum lama melalui situasi krisis yakni pandemi, di mana pada awalnya kitapun tidak yakin apakah mampu bertahan atau tidak. Bisa jadi, saya gagal, tim saya gagal, perusahaan saya gagal. Gagal apa? Gagal bertahan di masa pandemi. Semoga saat ini, Anda, tim Anda, dan perusahaan sudah dalam keadaan kembali bangkit.

Maka kita semua menyadari betul, bahwa kegagalan tidak mungkin dihindari. Lantas, mengapa banyak orang yang masih merasakan takut akan kegagalan? Salah satu sumber menyebutkan hasil riset bahwa 2 dari 5 pekerja merasakan ketakutan akan kegagalan di tempat kerja. Anggota tim yang seperti ini dalam kesehariannya tidak berani berpendapat, ragu-ragu saat diberikan tugas atau tanggung jawab lebih, tidak mau mencoba. Dampaknya tentu saja sangat luas, mereka yang takut gagal akan berat untuk keluar dari zona nyaman, dan pada akhirnya mereka menjadi enggan untuk berinovasi dan bertransformasi. Sedangkan, kita merasakan sendiri tuntutan kerja masa kini, semua serba dinamis dan mengharuskan kita untuk adaptif setiap saat. Bagaimana dengan anggota tim Anda, termasuk yang 2 dari 5 pekerja yang takut gagal tadi?

Ketika sesuatu berjalan tidak semestinya, ada yang salah, maka respon otomatis orang lain di sekitarnya umumnya adalah menyalahkan. Anda boleh merenungkan, saat terjadi masalah, bagaimana respon Anda terhadap anggota tim? Apakah langsung menanyakan Ini salah siapa? Atau mencari tahu dulu sumber penyebabnya? Salah satu pemicu terbesar rasa takut gagal pada anggota tim adalah karena pemimpinnya sering menyalahkan. Pemimpin tipe ini kendali dirinya eksternal, apa-apa salah anak buah, sedikit-sedikit langsung menuding. Ia lupa bahwa dirinya juga memiliki tanggung jawab aksi dan peran dalam setiap tugas yang dikerjakan oleh anggota timnya.

Padahal, kegagalan membantu seseorang untuk bertumbuh. Kegagalan membuat seseorang dapat mundur sejenak dan mengevaluasi, apa yang tidak tepat yang saya lakukan kemarin. Di bagian mana kurangnya. Apa yang bisa saya perbuat untuk memperbaiki keadaan. Apa yang ke depannya, dalam project berikutnya, atau tugas berikutnya, bisa lebih baik? Pertanyaan-pertanyaan barusan tidak hanya perlu dipikirkan oleh Anda atau anggota tim Anda yang gagal, tetapi juga perlu Anda tanyakan langsung kepada mereka yang baru saja mengalami kegagalan. Anggota tim Anda akan merasa lebih diterima, dan lebih terbuka dengan masukan yang Anda berikan. Apalagi yang bisa saya lakukan untuk membantu anggota tim saya lebih berani menghadapi kegagalan?

Pertama, Bersikap transparan, termasuk ketika Anda melakukan kesalahan. Saya mengenal seorang kawan, dia pemimpin yang apa adanya. Saat ada keputusan yang ternyata berefek di luar harapan, ia tidak sungkan mendiskusikannya dengan timnya. Hal ini tidak menjadikan ia terlihat lemah, tetapi justru menandakan kekuatan untuk bangkit. Gagal itu tidak apa-apa, semua orang dapat mengalaminya. Yang terpenting adalah aksi Anda setelah itu, bukan kegagalannya.

Kedua, Bangun suasana bertumbuh di tim Anda, karena keberhasilan tidak akan dicapai dalam satu malam. Bersabar, dan terus mencoba. Mungkin saja ada anggota tim yang tidak biasa, tidak nyaman, bahkan menolak ketika Anda mengajak untuk menghadapi tantangan-tantangan baru. Tunjukkan bahwa Anda juga senang belajar, bersedia mengikuti pelatihan atau pengembangan yang disediakan perusahaan pada hal-hal yang belum Anda kuasai. Jika pengetahuan, sikap, dan keterampilan kita meningkat, maka kita lebih percaya diri menghadapi kemungkinan apapun.

Ketiga, berikan dukungan kepada anggota tim yang melakukan kesalahan atau apabila terjadi masalah. Dukungan berbeda dengan membenarkan tindakannya. Dukungan yang dimaksud contohnya memberikan motivasi bahwa kalau tidak dijalankan kita juga tidak akan tahu hasilnya seperti apa, kita tidak bisa belajar dari pengalaman. Dan arahkan mereka untuk fokus pada solusi agar kapasitas mereka juga meningkat untuk mengatasi masalah.

Sebagai penutup, izinkan saya mengutip sebuah kalimat menarik “Kegagalan tidaklah mencerminkan seseorang, melainkan merupakan hasil dari situasi.” Anda bisa saja memperoleh informasi yang salah, mengarahkan pada keputusan yang tidak pas, memiliki dukungan yang minim, dan banyak hal lainnya yang terjadi dalam perjalanan, sekuat apapun Anda berusaha. Namun saat Anda mampu mengambil pembelajaran dalam setiap kegagalan, itulah makna keberhasilan yang sesungguhnya.

Jamil Azzaini, Motivator dan Penulis Buku
Sumber : www.jamilazzaini.com

 

 

Powered by Blogger.
close