Beginilah Syarat Menjadi Pastor, Bagaimana dengan Pendidikan Dai?


Untuk menjadi pastor, butuh waktu Panjang, sebagai Imam Projo Jakarta (biasanya) kira-kira 10 tahun dari lulus SMA
, bagaimana pendidikan untuk dai?

Oleh: Dr. Adian Husaini

LAMAN www.katolikku.com (15/11/2021), menampilkan berita berjudul: “Orang Katolik Perlu Tahu! Biaya Pendidikan Calon Imam Itu Mahal.”  Dijelaskan, bahwa belum lama seorang frater, mahasiswa calon imam Katolik di sebuah Sekolah Tinggi Filsafat Katolik, gelisah karena belum tahu bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membayar uang kuliahnya.

Melalui tim redaksi ini ia berbagi cerita, berharap mendapatkan informasi beasiswa guna mengatasi beban biaya kuliah tersebut. “Kak, saya bingung. Saya merasa terpanggil menjadi imam, namun kondisi ekonomi keluarga tidak cukup mendukung. Orang tak mampu membiayai kuliah saya di STF. Selama ini saya bergantung pada uluran tangan kaum kerabat, sahabat dan donator.”

“Biaya kuliah per semester Rp 6,5 juta. Orang tua saya baru bisa membayar Rp 2 juta. Mereka sedang mengusahakan sisanya. Tapi, saya kurang yakin mereka bisa mendapatkan dalam waktu dekat, karena mereka adalah petani sederhana,” keluhnya. (https://www.katolikku.com/news/pr-1611640735/orang-katolik-perlu-tahu-biaya-pendidikan-calon-imam-itu-mahal).

Laman www.asumsi.co menulis, bahwa menjadi pastor perlu pendidikan yang panjang. “Proses seorang siswa (lulusan) Seminari hingga ditahbiskan menjadi Pastor, itu rata-rata kurang lebih dari lulus SMA, 8 sampai 10 tahun pendidikan. Tergantung kongregasi atau ordo apa yang ia pilih. Saya sebagai Imam Projo Jakarta (biasanya) kira-kira 10 tahun dari lulus SMA,” ungkap Andreas Subekti.

Pendidikan awal menjadi seorang Pastor dimulai dengan memulai pendidikan di institusi pendidikan dasar bagi para calon Pastor bernama Seminari. Seminari sendiri berasal dari kata “Seminarium”, bahasa Latin yang terbentuk dari kata dasar “semen”, yaitu benih. Jadi, Seminari adalah tempat menanamkan benih-benih kebaikan bagi para calon Pastor.

Pendidikan Seminari biasa ditempuh dalam waktu 4 tahun, dimulai ketika seorang pria memasuki usia setara kelas 3 SMP dan lulus pada 3 SMA. Lulus dari Seminari, barulah siswa tersebut dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi untuk menjadi seorang Frater, seorang calon Pastor.

Jenjang pendidikan ini mewajibkan seseorang untuk menempuh studi Filsafat dan Teologia. Lulus dari jenjang pendidikan menengah ini, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjadi Pastor. Pastor sendiri adalah seorang “bapak” yang bertugas sebagai Imam dalam suatu gereja Katolik. Kata “Pastor” sendiri berasal dari bahas Latin dengan arti “gembala”. Jadi, seorang Pastor diharap dapat menggiring jemaatnya, sebagai domba-domba, mengenal Tuhan. (https://asumsi.co/post/1866/pembuktian-keimanan-siswa-sekolah-kepastoran).

Jadi, begitu panjang pendidikan untuk menjadi pastor. Setelah menjadi pastor juga tidak ringan; perlu pengorbanan yang berat. Sebuah laman menulis: “Menjadi Pastor/Romo Katolik merupakan keputusan serius. Jika Anda merasakan panggilan Tuhan dan percaya bahwa hidup selibat serta berdevosi kepada Tuhan memang sesuai untuk Anda, keputusan serius ini mungkin memang harus Anda ambil. Hidup sebagai Romo Katolik merupakan panggilan untuk melayani Tuhan dan juga orang-orang yang membutuhkan di sekitar Anda.”

Ditulis juga: “Berbeda dengan kita yang memiliki tujuan pribadi, keinginan pribadi, dan kepentingan pribadi meskipun kita hidup berdampingan dengan orang lain. Inilah yang menjadi jawaban mengapa Pastor atau Suster tidak diperbolehkan menikah dan mereka diharuskan untuk hidup selibat seumur hidup.”  (https://id.wikihow.com/Menjadi-Pastor-Katolik).

Jadi, menjadi pastor harus siap untuk tidak menikah (selibat). Menjadi pastor berarti telah menyerahkan diri dan hartanya kepada gereja. Berapa gaji seorang pastor? Disebutkan: “Seorang Romo atau Pastor tidak digaji. Pada dasarnya menjadi Imam itu merupakan pelayanan murni yang bersifat spiritual, tidak mengharapkan imbalan.”

*****

Jadi, begitulah pendidikan untuk menjadi pastor. Dalam beberapa kesempatan mengisi kuliah di Kampus Islam, saya menceritakan proses pendidikan menjadi pastor itu untuk mengajak para pelajar atau santri lulusan SMA agar bersemangat menjalani kuliah dakwah untuk menjadi dai.

Disamping proses kuliah yang panjang, menjadi pastor Katolik juga  tidak ringan. Terutama syarat untuk tidak menikah selamanya (selibat). Pastor itu juga manusia biasa. Ada buku berjudul: Pastor Juga Manusia, karya John Wolor (Jakarta: Prestasi Pustaka Kasih, 2008). Menjadi pastor juga tidak digaji.

Sekedar perbandingan, untuk menjadi dai ada banyak model pendidikan. Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia memiliki program kaderisasi dai selama setahun yang disebut ADI (Akademi Dakwah Indonesia). Ada juga pendidikan dai tingkat S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir, yang rata-rata berlangsung empat tahun.

Dalam beberapa kesempatan saya tanya kepada para mahasiswa calon dai itu: “Mahukah kalian menjadi dai dengan syarat TIDAK MENIKAH selamanya?” Dengan mantap mereka menjawab: “TIDAAAK!”. (Padang, 3 September 2022).*

Penulis adalah pendiri Attaqwa College (ATCO), Depok. www.adianhusaini.id

Rep & Editor : Admin Hidcom, Insan Kamil
Sumber : www.hidayatullah.com

Powered by Blogger.
close