Bukti Keberadaan Allah Bisa Dibuktikan


Kebenaran agama Islam dan keberadaan Allah bisa dibuktikan secara ilmiah dan rasional, inilah nikmat iman dan Islam

BANYAK muslim ditanya mengapa Tuhan yang disembah Allah, bukan Tuhan yang lain seperti agama lain, mereka bingung menjawabnya. Jawaban pamungkas yang sering disampaikan ya karena yakin Allah adalah Tuhan seperti termuat dalam Al-Quran, tanpa bisa menjelaskan secara rasionalitas.

Padahal iman pada Allah adalah rukun iman yang paling pertama. Artinya iman paling mendasar dan kunci yang yang akan menghantarkan keselamatan dunia akhirat.

Karenanya, dalam perkara iman pada Allah, seharusnya bisa dijawab secara rasionalitas, bukan dogma dan taqlid. Ketika iman pada Allah dipenuhi keraguan, akhirnya tak jarang ditemui dalam perjalanan kehidupan Muslim begitu mudah melepaskan keislamananya hanya perkara remeh dunia.

Akibatanya, banyak pasangan wanita/pria menikah berbeda agama, banyak orang beragama, terus mengejar jabatan dan tahta, dan sebagainya. Termasuk pengaruh lemahnya kaum Muslim berpegang teguh pada syariat Allah dalam kehidupannya.

Kenapa terjadi? Karena mereka menganggap iman dan syariat perkara tak penting dalam kehidupan. Perkara keadaan menghadap Allah setelah kematian itu bukan prioritas, yang tak perlu dipikirkan secara serius dan mendalam.

Adakah Sang Pencipta?

Tak ada cara lain pembuktian keberadaan Sang Pencipta, selain dengan pengamatan secara mendalam baik terkait diri sendiri, alam dan kehidupan. Diri manusia sendiri mulai dari rahim hingga lahir ke dunia, dari ujung kaki hingga kepala penuh dengan keajaiban dalam proses penciptaannya, dan bisa mudah dibuktikan.

Sama halnya dengan kompleksitas proses metabolisme tubuh manusia yang terkait satu sama lain pada komponen tubuhnya dalam perkembangan kehidupannya.  Juga keanekaragaman hayati dari jenis hewan dan tumbuhan saja di bumi yang mampu diidentifikasi para ilmuwan menyentuh digit triliunan spesies.

Secuil pengungkapan ini saja dapat menggiring pada satu pemikiran bahwa semua ini tak mungkin terjadi tanpa kendali Sang Pencipta. Semua ini menunjukkan tanda-tanda adanya Sang Pencipta yang Maha Pengatur atas segala sesuatunya dalam kehidupan ini.

Sungguh tidak masuk akal manusia yang berpikir secara cemerlang dan mendalam menafikkan keberadaan Sang pencipta. Karena hal yang sederhana saja seperti sebuah tulisan pasti ada sang penulis, apatah lagi gambaran kompleksitas kehidupan di alam semesta beserta isinya, sungguh menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta.

Siapa Sang Pencipta?

Kejernihan pikiran dan ilmu yang dimiliki manusia, sesungguhnya bisa menjelaskan alam dan kehidupan. Setiap manusia tumbuh berkembang sampai pada batas waktu yang tak mampu dilampauinya lagi yaitu ajal.

Datangnya ajal, menunjukkan terbatasnya manusia karena kematian merenggutnya. Pun sama jika mengamati hewan, tumbuhan bahkan alam semesta tempat manusia bernaung semuanya akan berakhir dengan datangnya ajal.

Hancurnya alam semesta menurut para ilmuwan adalah kepastian datangnya. Prediksi ilmuwan penyebabnya dapat berupa habisnya energi matahari yang berdampak pada punahnya kehidupan.

Hilangnya gaya gravitasi yang akan menyebabkan tabrakan dahsyat benda-benda langit super raksasa, atau penyebab lainnya.

Manusia keadaannya lemah karena tak ada manusia dalam kehidupannya tak pernah merasakan sakit secara fisik. Manusia juga kadang dihinggapi lupa bahkan terhadap persitiwa yang baru beberapa jam dilaluinya.

Sekompleks apapun penciptaan manusia  sudah dirancang Tuhan, Sang Pencipta. Al-Khaliq (Sang Pencipta) tak mungkin secara rasionalitas memiliki karakteristik seperti makhluk.

Sang Pencipta pasti berbeda dengan makhluk yang diciptakanNya. Dia tak berawal dan berakhir seperti makhluk dan tak mungkin terbatas kehidupannya.

Kerane itu, jika ada yang mengatakan, Tuhan beranak atau Tuhan mati di tiang salib untuk menebus dosa anak adam, secara akal sangat tidak bisa diterima. Karena sifat Tuhan, mengharusnya tidak mungkin terbatas hidupnya.

Sesuatu yang terbatas, pasti makhluk, bukan Tuhan. Apalagi dewa-dewa berupa patung buatan tangan manusia, yang tak pernah hidup, tak layak diberikan sifat-sifat Tuhan.

Karena itu, dalam Islam, Tuhan sesembahan agama selain Islam adalah batil karena hakikatnya mereka mempertuhankan makhluk yang sama dengan dirinya.  Jelaslah hanya Islam yang menyembah Tuhan yang haq yaitu Allah SWT yang bersifat azali dan wajibul wujud.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sendiri:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Iklas ayat 1-4).

Sebagai penutup, kebenaran agama ini tak akan pernah bisa terbantahkan secara rasionalitas. Sehingga nikmat iman dan Islam sesungguhnya adalah harta yang paling berharga yang patut bagi setiap Muslim berpegang teguh padanya hingga ajal menjemput.

Hal ini dengan harapan agar kita bias berjumpa dengan Allah, Sang Pencipta dalam keadaan yang mendapat rahmat dan ridhaNya. Wallahu a’lam bish-shawabi.*/Desti Ritdamaya

Rep dan Sumber  : Admin hidayatullah.com

Powered by Blogger.
close