Kisah Tukang Sisir Rambut Anak Firaun Pertahankan Keimanannya
Ada satu kisah tentang besarnya ketaatan seorang muslim dalam mempertahankan keimanannya. Kisah ini datang dari tukang sisir rambut yang dipekerjakan Firaun untuk anaknya.
Ibnu Abbas RA meriwayatkan kisah tersebut dari Rasulullah SAW yang diterjemahkan oleh Ad-Dien Abdul Kadir dalam buku 55 Kisah dari Hadits. Rasulullah SAW mendengar kisah ini dari Malaikat Jibril saat beliau melakukan perjalanan malam Isra Mi'raj.
Di tengah perjalanan Isra atau perjalanan yang menembus ruang saat Rasulullah bisa menempuh jarak Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina dalam waktu singkat, Rasulullah SAW mencium bau yang sangat wangi. Kemudian beliau bertanya kepada Malaikat Jibril.
"Wahai Jibril, wangi apakah ini?"
Jibril pun menjawab, "Ini adalah wangi Mashitah, penyisir rambut putri Firaun dan anak-anaknya,"
Rasulullah SAW pun kembali bertanya, "Kenapa bisa sebegitu wanginya?"
Jibril menjawab, "Ketika dia (Mashitah) sedang menyisir rambut anak perempuan Firaun, tiba-tiba sikatnya terjatuh dari tangannya lalu dia menyebut Bismillah atau dengan menyebut nama Allah,"
Jibril menambahkan, saat Mashitah mengucapkan lafaz basmalah tersebut, ternyata putri dari Firaun mendengarnya. Kemudian ia mengajukan protes pada Mashitah, sebab menurutnya, ayahnya-lah satu-satunya Tuhan yang harus disembah.
"Dengan nama Bapakku (Firaun)!"
Mashitah pun menjawab, "Tidak, Tuhanku dan Tuhanmu begitu juga Tuhan Bapakmu ialah Allah,"
Anak Firaun pun kembali membalasnya, "Jadi, kamu mempunyai Tuhan selain dari Bapakku?"
Mashitah dengan yakin membenarkan perkataan putri dari Firaun tersebut. Mendengar itu, sang anak pun mengancam Mashitah untuk mengadukannya pada Firaun. Hingga akhirnya, Mashitah diminta untuk menghadap langsung pada Firaun.
Firaun pun bertanya untuk memastikan, "Wahai Fulanah, benarkah Engkau mempunyai Tuhan selain aku?"
Mashitah pun menegaskan bahwa Tuhannya dan Tuhan dari Firaun hanyalah Allah SWT semata. Mendengar itu, Firaun memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan sebuah periuk besar.
Periuk tersebut terbuat dari tembaga yang berisikan air mendidih. Setelah periuk disiapkan, Firaun kemudian menyuruh bawahannya untuk mencemplungkan Mashitah beserta anak-anaknya ke dalam periuk yang mendidih tersebut.
Belum sempat dilemparkan, Mashitah kemudian berkata, "Aku ada satu permintaan,"
Firaun menjawab, "Apa permintaanmu?"
Mashitah mengatakan bahwa ia mau tulang tubuhnya nanti yang sudah hancur akibat didihan air panas dan tulang-tulang anaknya untuk dikebumikan bersama dalam satu kafan. Firaun pun menyetujui permintaan tersebut.
Satu per satu, anak-anak Mashitah pun mulai dilemparkan ke dalam periuk mendidih tersebut. Hingga tiba anaknya yang masih dalam usia menyusui dan membuat Mashitah tampak keberatan.
Namun, atas izin Allah SWT, bayi yang masih dalam usia menyusui tersebut tiba-tiba dapat berbicara. Ia pun berkata pada ibunya, "Wahai Ibuku, masukkanlah aku ke dalam periuk yang mendidih itu karena sesungguhnya siksaan di dunia ini jauh lebih ringan dibandingkan siksaan di neraka," (HR Ahmad).
Di tengah perjalanan Isra atau perjalanan yang menembus ruang saat Rasulullah bisa menempuh jarak Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina dalam waktu singkat, Rasulullah SAW mencium bau yang sangat wangi. Kemudian beliau bertanya kepada Malaikat Jibril.
"Wahai Jibril, wangi apakah ini?"
Jibril pun menjawab, "Ini adalah wangi Mashitah, penyisir rambut putri Firaun dan anak-anaknya,"
Rasulullah SAW pun kembali bertanya, "Kenapa bisa sebegitu wanginya?"
Jibril menjawab, "Ketika dia (Mashitah) sedang menyisir rambut anak perempuan Firaun, tiba-tiba sikatnya terjatuh dari tangannya lalu dia menyebut Bismillah atau dengan menyebut nama Allah,"
Jibril menambahkan, saat Mashitah mengucapkan lafaz basmalah tersebut, ternyata putri dari Firaun mendengarnya. Kemudian ia mengajukan protes pada Mashitah, sebab menurutnya, ayahnya-lah satu-satunya Tuhan yang harus disembah.
"Dengan nama Bapakku (Firaun)!"
Mashitah pun menjawab, "Tidak, Tuhanku dan Tuhanmu begitu juga Tuhan Bapakmu ialah Allah,"
Anak Firaun pun kembali membalasnya, "Jadi, kamu mempunyai Tuhan selain dari Bapakku?"
Mashitah dengan yakin membenarkan perkataan putri dari Firaun tersebut. Mendengar itu, sang anak pun mengancam Mashitah untuk mengadukannya pada Firaun. Hingga akhirnya, Mashitah diminta untuk menghadap langsung pada Firaun.
Firaun pun bertanya untuk memastikan, "Wahai Fulanah, benarkah Engkau mempunyai Tuhan selain aku?"
Mashitah pun menegaskan bahwa Tuhannya dan Tuhan dari Firaun hanyalah Allah SWT semata. Mendengar itu, Firaun memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan sebuah periuk besar.
Periuk tersebut terbuat dari tembaga yang berisikan air mendidih. Setelah periuk disiapkan, Firaun kemudian menyuruh bawahannya untuk mencemplungkan Mashitah beserta anak-anaknya ke dalam periuk yang mendidih tersebut.
Belum sempat dilemparkan, Mashitah kemudian berkata, "Aku ada satu permintaan,"
Firaun menjawab, "Apa permintaanmu?"
Mashitah mengatakan bahwa ia mau tulang tubuhnya nanti yang sudah hancur akibat didihan air panas dan tulang-tulang anaknya untuk dikebumikan bersama dalam satu kafan. Firaun pun menyetujui permintaan tersebut.
Satu per satu, anak-anak Mashitah pun mulai dilemparkan ke dalam periuk mendidih tersebut. Hingga tiba anaknya yang masih dalam usia menyusui dan membuat Mashitah tampak keberatan.
Namun, atas izin Allah SWT, bayi yang masih dalam usia menyusui tersebut tiba-tiba dapat berbicara. Ia pun berkata pada ibunya, "Wahai Ibuku, masukkanlah aku ke dalam periuk yang mendidih itu karena sesungguhnya siksaan di dunia ini jauh lebih ringan dibandingkan siksaan di neraka," (HR Ahmad).
Post a Comment