Kurikulum Berbasis Tauhid di Lembaga Pendidikan Hidayatullah


Lembaga Pendidikan Integral Hidayatullah
di Indonesia telah menggaungkan Kurikulum Berbasis Tauhid (KBT) sejak awal berkembangnya Ormas Hidayatullah ini mendirikan lembaga pendidikan. Saat ini, Ormas yang bermarkas di Kampus Hidayatullah Pusat Balikpapan Kalimantan Timur ini sudah memiliki bermacam lembaga pendidikan, mulai dari tingkat Play Group, TK, D/MI, MTs/SMP, MA/SMA/SMK, pesantren, hingga perguruan tinggi yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. 

Baca Juga : Gelombang Inden SDIT Hidayatullah Bebas Biaya Pendaftaran dan Diskon Hingga 2 Juta

Tentu mencetuskan KBT ini tidak sederhana, ada banyak hal yang harus diperhitungkan, mulai dari seluruh stakeholder yang dimiliki. Mulai dari yayasan penyelenggara, sekolah, kepala sekolah, guru, murid/santri, orang tua, masyarakat sekitar sekolah/pesantren, hingga ke dinas terkait seperti Kemendikbud hingga Kemenag. 

Kurikulum Berbasis Tauhid ini memang disandingkan dengan kurikulum yang diselenggarakan oleh Kemendikbud/Kemenag sesuai dengan dimana unit pendidikan di Hidayatullah bernaung. Jadi seluruh aspek pembelajaran yang diselenggarakan di Sekolah Hidayatullah ini bermuara ke tauhid. Ini tentu pekerjaan yang tidak ringan, karena seluruh guru harus 'melek' dengan tauhid yang akan diterapkan di seluruh aspek pembelajaran di lembaga pendidikan ini. 


Ada sebuah cerita yang sering didengarkan oleh para pandulu di Hidayatullah Yogyakarta. Begini ceritanya, yaitu proses terjadinya hujan.

"Proses terjadinya hujan dalam pelajaran IPA yang beredar dalam buku-buku, modul-modul yang diterbitkan oleh para pakar adalah karena adanya panasnya matahari yang menyinari lautan lalu menghasilkan uap air yang naik ke awan di atmosfer. Awan tersebut kemudian akan membentuk uap air. Angin juga akan membawa uap air sehingga menyebabkan terjadinya penyebaran uap tersebut." Begitu rata-rata yang yang disampaikan oleh guru-guru kita terdahulu. 

Masalahnya di mana? Apakah ada yang salah dalam penjelasan proses hujan di atas? Itu kan penjelasan para pakar?

Nah, pertanyaan yang bagus.

Penjelasan guru-guru kita di atas tidak ada yang salah, secara ilmiah memang itulah yang terjadi dan peserta didik kita harus tahu peristiwa tersebut. Namun, ada ruh yang hilang dalam proses terjadinya hujan ini. Apa itu? Di mana peran Allah SWT yang mengutus malaikat untuk mengatur hujan jika guru-guru tidak pernah menyampaikan kepada para peserta didik mereka? 

Tentu untuk menyelipkan bahwa ada peran serta Sang Khaliq dalam proses terjadinya hujan dalam mata pelajaran yang disampaikan ke murid ini butuh ilmu dan metode yang bagus dari para guru.

Ini juga yang ingin dieksplorasi oleh Sekolah Hidayatullah Yogyakarta, seluruh aspek pembelajaran yang diselenggarakan harus terintegrasi dengan keislaman. Misalnya unsur tauhid ini harus hadir di mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, PPKn, IPS, Sejarah, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran lainnya bahkan juga muatan lokal di setiap daerah. 

Sekali lagi, bukan pekerjaan yang mudah untuk menerapkan KBT ini, butuh dukungan dari seluruh unsur pendidikan yang ada, butuh keilmuan yang memadai, dan tentu juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Semoga upaya men-tauhid-kan kurikulum ini menjadi jalan untuk membangun peradaban islam di Indonesia ini.

Wallahu a'lam bishawab

Foto Murid TK Yaa Bunayya Yogyakarta by Hetty Ningsih
#TMT 
Powered by Blogger.
close