Mungkinkah, Remaja Tanpa Krisis?


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Apakah mungkin anak kita memasuki masa remaja tanpa mengalami krisis? Justru begitu yang seharusnya. Remaja itu idealis, puncak berhimpunnya kekuatan. Bukan masa krisis. ⁣
Tapi menurut psikologi kan justru sebaliknya? Remaja bahkan disebut masa badai dan tekanan (storm and stress)??! Nah, mari kita tengok. Riset-riset di awal maupun yang kemudian menunjukkan bahwa di saat itu remaja yang mengalami krisis maksimal hanya 20%. Artinya, mayoritas tidak mengalami krisis. Ini yang perlu kita perhatikan. ⁣
Lalu apa yang mempengaruhi remaja mengalami krisis atau tidak? Ada tiga isu utama. Pertama, soal cinta dan hubungan (love and relationship). Konsekuensinya, pendidikan semenjak awal harus mengarahkan anak agar memiliki identitas gender yang jelas dan kuat. Kedua, tentang pekerjaan dan masa depan. Anak dididik untuk menghargai upaya, pekerjaan, kesungguhan dan kejujuran kerja. Ketiga, mengenai nilai-nilai yang diyakini dan ia hidup dengannya. Maka kita harus menanamkan nilai sehingga melahirkan idealisme. Bukan sekedar memberi pengetahuan tentang nilai. ⁣
Isu ketiga, yakni nilai-nilai yang ia yakini dan hidup dengannya, harus menjadi perhatian utama kita. Ini pula yang seharusnya memandu anak agar tidak mengalami krisis berkait dengan dua isu sebelumnya. Artinya, orangtua perlu berusaha memahami dan bersungguh-sungguh menanamkan keyakinan. Bukan sekedar pengetahuan mengenai keyakinan. ⁣
Obrolan tentang ini, in sya Allah akan saya tayangkan jam 19:15 di akun facebook saya ini. Bisa juga dilihat melalui Youtube. Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting
Powered by Blogger.
close