Pilihan Respon


Oleh : Jamil Azzaini

Kali ini, saya ingin berbagi kisah yang saya dapatkan dari seorang teman, semoga menginspirasi Anda. Pada suatu hari ada seorang anak yang terus berkeluh kesah ke ayahnya. Dia curhat ke ayahnya, “ayah, hidupku sangat menderita dan Aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dari penderitaan ini. Aku lelah terus-menerus berjuang. Masalah satu selesai, muncul lagi permasalahan yang lain.”

Mendengar curhatan sang anak, Ayahnya yang seorang Chef (jago masak) membawa ia ke dapur. Apa yang akan dilakukan ayahnya di dapur? Ternyata sang ayah mengisi 3 panci dengan air dan menempatkan semuanya di atas kompor apa yang menyala. Ketika air diketiga panci tersebut hampir matang, dia memasukkan kentang di panci pertama, telur di panci kedua, dan biji kopi di panci ketiga.

Sang ayah mengajak si anak duduk dan menunggu hingga matang tanpa mengatakan sepatah kata pun. Anaknya menguap dan tidak sabar menunggu sambil menebak-nebak sesungguhnya apa maksud ayahnya.

Setelah beberapa menit menunggu, kompor pun dimatikan. Kemudian yang dilakukan sang ayah adalah menempatkan kentang dan telur di sebuah mangkuk. Sedangkan air kopi dituangkan ke secangkir gelas. Sambil duduk, sang ayah pun bertanya, “Anakku, apa yang kamu lihat?”

Anaknya menjawab, “Kentang, telur,dan kopi ayah”

“Lihat lebih dekat nak, dan sentuh kentang itu.” kata ayahnya. Anaknya pun melakukan yang diminta ayahnya dan mengatakan bahwa kentangnya sangat empuk, begitu empuknya hingga hampir seperti bubur saat disentuh.

Selanjutnya, sang ayah meminta anaknya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulit telurnya, dia mengamati telur tersebut. Dan yang terakhir, ayahnya meminta sang anak untuk mencium kopinya, Aroma dari kopi tersebut sangat wangi hingga tanpa sadar membuat ia tersenyum.

“Ayah, apa maksud semua ini?” tanya sang anak. Kemudian ayahnya berusaha menjelaskan: “apabila kita anggap kentang, telur, dan biji kopi sama-sama menghadapi kesulitan yang sama, yakni air mendidih. Tapi semuanya memiliki reaksi yang berbeda satu sama lainnya. Si kentang yang sebelumnya keras dan kuat, namun di dalam air yang mendidih ia tidak kuat sehingga menjadi empuk dan lemah.

Sedangkan telur, sebelumnya ia rapuh. Cangkangnya tipis dan mudah pecah. Tetapi cangkang tersebut mampu melindungi bagian dalamnya yang cair dalam menghadapi air mendidih sehingga ia justru mengeras dan menguat setelahnya.

Sedangkan, biji kopi itu unik. Setelah menghadapi panasnya air mendidih mereka malah mengubah air tersebut menjadi sesuatu yang baru. Sebelumnya tidak beraroma dan berasa, menjadi memiliki aroma yang sangat wangi khas kopi.

“Pertanyaannya sekarang, yang manakah dirimu nak?” Sang ayah bertanya kepada anaknya. Saat kesulitan datang dan mengetuk hidupmu, bagaimana respon yang dirimu tampilkan? Apakah kamu kentang, telur, ataukah biji kopi?.

Nah, sadarkah Anda bahwa apa yang selama ini terjadi dalam hidup kita sangat bergantung pada bagaimana respon yang kita berikan terhadap kejadian tersebut. Termasuk respon dalam menghadapi tantangan. Bahkan bukan hanya tantangan yang dihadapi langsung oleh diri kita, namun juga anggota tim kita. Apabila tantangan-tantangan ini tidak direspon dengan tepat dapat menjadi stressor untuk diri kita. Sehingga apabila stressor terus menumpuk dapat mengakibatkan burn-out, stres dan depresi.

Saya ingin membagikan tips yang dapat membantu Anda memberikan respon yang sesuai terhadap tantangan yang datang silih berganti.

Pertama, Sadar Diri. Secara berkala perhatikan kondisi yang sedang terjadi pada diri Anda. Baik itu kondisi fisik maupun mental. Jangan sampai kelelahan Anda berujung pada burn-out, stres atau depresi.  Karena apabila kita mengalami hal tersebut, cost yang harus dibayarkan bukan hanya waktu, tenaga, atau material. Tapi juga hubungan Anda terhadap keluarga dan orang-orang sekitar Anda bisa rusak.

Bukan berarti Anda harus menghindari tantangan demi menjaga diri. Namun Anda mampu memetakan kapasitas Anda dengan tantangan yang datang, mana yang mampu Anda handle dan mana yang memerlukan bantuan orang lain. Anda pun perlu menyapa emosi Anda, merangkulnya saat emosi negatif bergejolak dalam hidup Anda. Jeda sejenak, lakukan self talk positif. Fisik pun perlu dijaga dengan baik, olahraga perlu masuk dalam jadwal keseharian Anda. Olah raga telah terbukti menyehatkan fisik dan juga menurunkan bahkan bisa menghilangkan stres.

Kedua, Be Authentic. Setiap manusia itu unik dan khas, jadilah versi terbaik diri kita sendiri, tanpa harus iri dengan versi orang lain. Begitupun dalam hal kepemimpinan, Ada banyak tipe kepemimpinan dan cara untuk memimpin. Anda tidak perlu merasa resah harus sesuai dengan satu tipe saja atau sesuai panutan Anda saja. Anda tidak perlu mencoba menjadi sesorang yang Anda sendiri ragu untuk dapat menjalaninya.

Kembangkan cara Anda sendiri dalam memimpin dengan mencoba berbagai pendekatan di berbagai situasi. Menjadi seorang Leader yang Authentic sangat penting. Menurut penelitian Biplab Datta tahun 2015, karyawan justru lebih menghargai leader mereka yang Authentic. Seorang leader yang Authentic akan mencerminkan dirinya sebagai seorang manusia yang sejati.

Dan perlu diingat, kita adalah makhluk sosial yang saling tergantung dengan orang lain, Jadi, Tidak mengapa jika ternyata kita mencari bantuan ketika menghadapi sesuatu yang menantang. Tidak mengapa untuk mau mengakui kelebihan orang lain. Tidak mengapa berhenti sejenak disaat pikiran kita sedang penuh. Tidak mengapa gaya kepemimpinan kita berbeda dengan banyak orang. Kita bisa mencari gaya yang “gue banget” dan terbukti meningkatkan kinerja tim.

Ketiga, Apresiasi setiap pencapian. Terkadang ekspektasi yang terlalu tinggi yang justru mengganggu pikiran kita. Dan saat usaha kita ternyata belum mampu mencapainya, ini yang akhirnya menjadi beban yang kita ciptakan sendiri. Biasakan mensyukuri setiap kemajuan atau perkembangan yang dicapai. Ibarat ada 10 anak tangga, sadarilah bahwa kita perlu naik setahap demi setahap, tidak bisa langsung pada anak tangga yang kesepuluh.

Target kita memang perlu sampai ke anak tangga ke sepuluh, namun kita perlu memberikan apresiasi diri disertai rasa syukur apabila kita berhasil mencapai anak tangga-anak tangga berikutnya. Sepakat?

Jamil Azzaini, Penulis Buku dan Motivator
Sumber : www.jamilazzaini.com

Powered by Blogger.
close