Racun Kebahagiaan
Oleh : Jamil Azzaini
Hidup bahagia adalah harapan setiap orang yang sehat mentalnya. Namun, saya banyak menjumpai orang yang tidak bahagia padahal secara financial berlebih, karir di atas rata-rata, ibadah ritual rajin, menjadi tokoh di komunitasnya atau kelompoknya. Saya pun pernah merasakan kondisi seperti itu, saya mengalami silent cry. Hati terdalam menangis, meski bibir tersenyum.
Saya terus mencari cara bagaimana agar saya bisa menemukan kebahagiaan yang hakiki. Menemukan cinta kepada Allah swt, menikmati hidup, produktif, tenang, memberi manfaat kepada sekitarnya, dengan kata lain hidup yang semakin SuksesMulia dalam pelukan cinta-Nya. Saya mempelajari banyak buku, saya mendatangi banyak guru, saya mendengar banyak video bermutu, saya ikut banyak pelatihan, salah satunya pelatihan Silent Mindful Listening.
Training Silent Mindful Listening dipandu oleh mas Ahmad Faiz Zainuddin, Founder SEFT dan diselenggarakan oleh Kampoong Hening. Lelaki yang hobinya keliling dunia untuk belajar ini menyampaikan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para guru besar yang memang ahli di bidangnya. Hasil belajarnya di negara barat maupun timur, diramu oleh beliau menjadi sesuatu yang memenuhi kaidah ilmiah, ilahiah dan mudah dijalankan.
Salah satu yang disampaikan mas Faiz adalah penelitian tentang sumber utama ketidakbahagiaan atau racun kebahagiaan yang sering meracuni kehidupan seseorang. Apabila racun ini ada maka bahagia akan menjauh dari orang tersebut, hidupnya menjadi kemrungsung, mudah lelah, stress, depresi bahkan bisa berujung bunuh diri.
Menurut Anda, apa kira-kira sumber utama ketidakbahagiaan atau racun kebahagiaan? Ternyata jawabnya adalah ketika kita ingin menjadi orang yang perfeksionis. Ingin terlihat sempurna dalam semua hal, merasa selalu kurang dalam semua hal yang dilakukan. Menetapkan standar pribadi yang terlalu tinggi dan evaluasi diri yang terlalu kritis.
Orang-orang perfeksionis juga sangat khawatir dengan penilaian rendah orang lain. Ia ingin terlihat sempurna dimata banyak orang. Dengan kata lain, kebahagiaan hidupnya sering diserahkan kepada “mulut” orang lain.
Orang-orang perfeksionis juga selalu merasa kurang dalam hampir semua aspek kehidupan, termasuk dalam urusan ibadah sekalipun. Padahal ada nasehat orang bijak “ibadah sedikit yang disyukuri itu jauh lebih baik dibandingkan ibadah banyak tetapi selalu merasa ada yang kurang.” Ibadah yang seharusnya membawa ketenangan justeru memunculkan kegelisahan berkepanjangan. Mas Faiz berpesan “jangan sampai kebahagiaan usai ibadah justeru kalah dengan kebahagiaan usai kita melakukan aktifitas dunia.”
Syukurilah kita masih bisa bersujud. Syukuri kita masih bisa berdoa. Syukuri kita masih diberi waktu untuk bisa mengingatnya. Syukuri kita bisa mendoakan orang lain, Syukuri kita masih diberi kesempatan untuk beribadah kepada-Nya. Syukuri kita masih bisa mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan kalimat zikir lainnya. Syukuri semua yang sudah kita miliki. Syukuri bahwa Allah swt itu Maha Pengampun
Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. (Al Quran Azzumar : 53)
Selain rasa syukur, apa vaksin dari virus perfeksionis ini? Vaksin lainnya adalah hidup yang RILEKS, nikmati. Apabila menurut kita sudah melakukan yang terbaik namun ternyata ada kesalahan atau kekurangan, ya perbaiki, enjoy saja, tidak perlu takut salah, salah itu manusiawi. Salah itu menunjukkan bahwa kita adalah manusia, bukan malaikat.
Bagi yang sudah berkeluarga, rileks-lah saat menjalin hubungan dengan pasangan, rileks-lah saat mendidik anak, tidak perlu menuntut kesempurnaan dari mereka. Rileks-lah, sebab mereka baik-baik saja selama kita juga baik-baik saja dan hati kita dipenuhi cinta dan rasa syukur atas kehadiran mereka.
Begitu pula saat kita bekerja, berbisnis dan berinterakasi dengan orang lain. Saat ada yang tidak sempurna, rileks. Setelah itu, perbaiki apa yang kurang, lakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya, lakukan yang terbaik dengan cara rileks.
Jauhi perfeksionis, hadirkan rasa syukur dan suntikkan suasana rileks, maka kebahagiaan akan datang mengalir tanpa diundang. Percayalah. Mari kita coba mulai saat ini.
Jamil Azzaini, Penulis Buku dan Motivator Sukses Mulia
Sumber : www.jamilazzaini.com
Post a Comment