Tanggapi Kelalaian “Kompas” Pasang Foto, Anies: Media Berperan Besar Bentuk Opini
Dikutip dari laman hidayatullah.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan angkat suara terkait pemasangan fotonya oleh Harian Kompas. Rupanya, kata Anies berdasarkan pengakuan pemimpin Kompas, kejadian itu adalah kelalaian.
Anies pun mengingatkan bahwa media massa memiliki tanggung jawab besar dalam penggiringan opini.
“Media memang memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi, opini, dan perasaan pembacanya. Karena memiliki kekuatan besar inilah maka media harus memiliki tanggung jawab yang besar pula,” ujar Anies dalam keterangan tertulisnya diterima hidayatullah.com pada Jumat (09/09/2022).
Sebagaimana diketahui, harian cetak itu pada edisi Kamis (08/09/2022) memasang foto Anies Baswedan saat mendatangi gedung Komisi Anti Korupsi (KPK) di Jakarta. Pemasangan foto Anies itu dianggap banyak pihak tidak relevan dengan topik yang diberitakan dalam berita itu.
Berikut pernyataan lengkap Anies Baswedan dikutip ulang hidayatullah.com:
“Kemarin, sehari sesudah memenuhi undangan KPK untuk memberikan keterangan terkait Formula-E, saya menerima banyak pesan memberitahukan ttg berita yg dimuat di Harian Kompas.
Judul beritanya besar: Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa. Isinya mayoritas ttg pembebasan bersyarat 23 narapidana tipikor. Terdapat pula kolom berisi daftar napi tipikor yg dibebaskan.
Yang aneh: yg terpampang adalah foto Gubernur DKI. Tidak ada hubungan dgn topik yg ditulis di dalam artikel. Di bagian akhir artikel terdapat tiga paragraf kecil ttg kedatangan Gubernur DKI ke KPK, yg juga tidak ada hubungan dgn topik beritanya.
Media memang memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi, opini dan perasaan pembacanya. Karena memiliki kekuatan besar inilah maka media harus memiliki tanggung jawab yg besar pula.
Media sebagai pilar demokrasi bukannya tidak boleh berpihak. Sebaliknya, ia justru harus berpihak, pada kebenaran, keadilan, dan objektivitas. Tanggung jawab media memang berat, karena risiko dampak salah langkahnya pun besar.
Kemarin, beberapa pemimpin Kompas menjelaskan pada saya, bahwa penempatan foto itu adalah kelalaian, tak ada niat framing buruk. Memang disayangkan kesalahan mendasar seperti itu terjadi di media seperti Kompas yg pastinya memiliki mekanisme pengawasan berlapis.
Hari ini, Kompas memasang berita baru yg menjelaskan secara lebih objektif terkait kedatangan saya ke KPK. Kompas hari ini memberi contoh kepada Kompas kemarin ttg bagaimana sebuah berita seharusnya ditulis.
Dahulu, Kompas sebenarnya hendak diberi nama Bentara Rakyat. Namun Bung Karno memberi usul nama Kompas, karena kompas adalah penunjuk arah dan jalan.
Kita berharap, filosofi nama Kompas ini terus dijaga. Apabila sebuah kompas berfungsi baik, maka kita lancar dan selamat mengarungi perjalanan. Apabila jarumnya terpengaruh oleh magnet (polar), maka ia tak lagi dapat menjadi penunjuk arah.
Saya memilih mempercayai penjelasan pemimpin di Kompas dan, walau banyak yg menyarankan, saya memilih tidak membawa masalah ini kepada Dewan Pers. Namun, saya memilih tetap menyampaikan catatan ini pada publik agar bisa menjadi pengingat bagi kita semua dalam bernegara dan berdemokrasi”.*
Rep: Muhammad Abdus Syakur, Editor: Muhammad Abdus Syakur
Post a Comment