Teks Pembunuh
Oleh : Dahlan Iskan
AWALNYA Si Cewek sering mendorong cowoknya untuk bunuh diri saja. Tidak berguna.
Akhirnya Si Cowok benar-benar berada di tempat ketinggian. Lalu kirim WA kepada Si Cewek: selamat tinggal.
Si Cewek tahu di mana lokasi di ketinggian tersebut. Itu karena tiba-tiba Si Cowok mengatur HP-nya dalam posisi on. Termasuk mengaktifkan GPS-nya.
“Jangan lakukan. Stop. Dengarkan aku. Jangan lakukan. Please. Tunggu aku. Please. Saya menuju ke sana,” tulis Si Cewek.
Dua-duanya mahasiswa Boston Collage, Amerika Serikat. Yang kampusnya di belahan Barat kota terkenal itu. Si Cowok mengambil jurusan kimia. Si Cewek di jurusan akuntansi.
Si Cowok, bernama Alexander Urtula. Si Cewek bernama Inyoung You -Anda tahu, itu nama cewek Korea.
Rabu lalu Pengadilan di Boston Selatan menjatuhkan vonis bagi Si Cewek: dia dianggap bersalah. Dia telah membunuh Alexander lewat teks-teks WA-nya.
Membunuh lewat teks WA?
Begitulah. Teks WA dianggap sama dengan pisau atau pistol. Hanya kadarnya yang berbeda.
Sudah dua kali ini pengadilan di Amerika menghukum pengirim teks WA sebagai pembunuh.
Dua-duanya wanita. Korban pembunuhan itu, dua-duanya adalah pacar mereka. Yang pertama terjadi di tahun 2014. Juga di sekitar Boston. Tepatnya di Bristol County, satu jam dari Boston –ke arah selatan.
Alexander lahir di New York. Inyoung lahir di Korea Selatan.
Hari itu, 20 Mei 2019, adalah hari wisuda Alexander di Boston Collage.
Sejak pagi Inyoung mencarinya. Lewat HP. Tidak direspons. Bahkan HP Alexander dalam posisi off.
Yang membuat Inyoung kian jengkel kelihatannya adalah ini: tidak diketahui Alexander lagi di mana, lagi dengan siapa, lagi ngapain. Posisi GPS di HP-nya juga di-off-kan.
Inyoung terus saja mengirim teks. Seperti tiada henti. Yang terus dipersoalkan adalah lagi di mana. Dengan siapa.
Alexander berumur 21 tahun saat itu.
Inyoung berumur 22 tahun –dengan status baru saja drop out dari Boston Collage.
Sekitar jam 07.00, HP Alexander on. Tiga jam lagi ia akan diwisuda. Ia menjawab WA Inyoung. Tapi posisi GPS-nya tetap off. Di balasannya itu Alexander mengatakan ia lagi tidak dengan siapa-siapa. “Saya cinta Inyoung. Dan hanya Inyoung,” tulisnya. “Tadi malam dengan kamu itu sangat mengesankan. Saya cinta Inyoung,” tambahnya.
Inyoung kelihatannya tidak termakan balasan yang manis itu. Inyoung terus mempersoalkan lagi di mana Alexander. Juga lagi dengan siapa.
Yang ditanya tidak menjawab. Inyoung terus mengejarnya, lewat teksnya. “Kamu lagi di kamar siapa?” tanya Inyoung. Sambil terus mengirim teks caci maki. Inyoung juga terus mendamprat Alexander. Inyoung juga mengatakan lebih baik Alexander bunuh diri saja. Tidak berguna.
Alexander memang pernah menyatakan lebih baik bunuh diri daripada ditinggal Inyoung. Itulah yang terus disinggung Inyoung setiap kali mereka bertengkar.
Rupanya Alexander sumpek membaca bombardemen Inyoung lewat WA itu. Tiba-tiba ia sudah berada di tempat yang tinggi itu. Kali ini GPS-nya di-on-kan. Inyoung pun tahu di mana lokasi itu: di sebuah tempat parkir bertingkat. Di dekat Colombus Evenue. Di pusat kota Boston. Kira-kira 20 menit di sebelah timur kampus Boston Collage di Chesnut Hill Reservation.
Inyoung panik. Dia langsung memesan Uber. Juga terus mengirim teks kepada Alexander. Teksnya pakai huruf besar semua. Tidak ada yang direspons.
Dia pun menghubungi keluarga Alexander. Juga mengirim denah di mana lokasi itu. Saudara Alexander pun bergegas ke gedung parkir tersebut.
“Tunggu. Aku dalam perjalanan. Tunggu. Please. Please. Please. Jangan lakukan itu. Biacaralah dengan aku,” begitu kurang lebih bunyi teksnya. Teks aslinya bukan saja pakai huruf besar semua, juga banyak yang salah ketik. Kelihatan sekali Inyoung lagi panik.
Akhirnya ada balasan dari Alexander. Pendek saja: ia hanya cinta Inyoung. Sampai napas terakhirnya. Ia sudah siap meninggalkan siapa saja.
Inyoung terus meneleponnya. Tidak diangkat. Tapi HP Alexander tetap on. Demikian juga posisi GPS-nya. Inyoung terus mengirim teks senada.
Uber pun sampai di gedung parkir itu. Inyoung turun dari mobil. Dia melihat Alexander yang lagi dalam posisi di pinggir lantai. Alexander pun melihat kedatangan Inyoung. Lalu terjun dari ketinggian itu.
Tewas: 08.55. Dua jam sebelum jadwal wisuda.
Alexander dinyatakan tewas akibat bunuh diri.
Inyoung pun pulang ke Korea Selatan.
Belum selesai.
Polisi menemukan komunikasi WA antara Alexander dan Inyoung. Jumlahnya luar biasa banyak. Dalam dua bulan terakhir saja Inyoung kirim teks ke Alexander sebanyak 47.000 kali. Alexander mengirim hampir sebanyak itu pula. Total teks mereka berdua sampai 75.000. Hanya dalam dua bulan.
Dari situlah polisi menyimpulkan Alexander bukan bunuh diri, melainkan dibunuh oleh Inyoung. Lewat WA-WA-nya.
Inyoung pun dinyatakan sebagai terdakwa. Mendengar itu Inyoung kembali ke Amerika. Menyerahkan diri. Secara sukarela.
Pengadilan memintanya menyerahkan paspor. Artinya: Inyoung tidak bisa lagi meninggalkan Amerika.
Inyoung tidak mempermasalahkannya. Toh dia sendiri yang menyerahkan diri. Tapi dia keberatan kalau dilarang bepergian di dalam Amerika. Pengadilan memutuskan Inyoung tetap dilarang bepergian –kecuali sesekali dengan tujuan tertentu di Amerika yang sangat pasti.
Jaksa bersikeras bahwa Alexander tidak mungkin mati kalau tidak ada WA-WA dari Inyoung.
Bukankah Inyoung juga mengirim WA untuk mencegahnya? Iya. Tapi itu sudah di detik-detik akhir. Sudah telat.
Sebelum dibawa ke pengadilan Inyoung sempat menyewa konsultan public relation di Boston. Konsultan itulah yang menyarankan agar Inyoung membocorkan sejumlah WA ke media. Harian terkemuka Boston Globe memuat WA-WA itu –saya membacanya dari situ. Isinya memang menguntungkan Inyoung. Sedang ribuan WA lainnya tidak disiarkan.
Inyoung sendiri akhirnya dinyatakan bersalah. Rabu lalu. Maka tidak perlu ada sidang pengadilan. Hakim langsung memutuskan nilai hukumannya: 18 bulan penjara dalam masa percobaan 10 tahun.
Artinya: Inyoung tidak perlu masuk penjara asal selama 10 tahun tidak melanggar ketentuan hakim. Salah satu ketentuan itu: Inyoung harus berobat ke ahli jiwa. Satunya lagi: tidak mengambil keuntungan dari kasus ini. Misalnya dengan menerbitkan buku, membuat film atau wawancara media.
Kalau dalam 10 tahun Inyoung melanggar, dia langsung dimasukkan penjara selama 18 bulan.
Inyoung lebih beruntung dari peristiwa tahun 2014. Michelle Diana Carter, yang mengirim WA ke pacarnya untuk bunuh diri saja dijatuhi hukuman 15 bulan. Masuk penjara beneran.
Waktu itu Diana berumur 17 tahun. Pacarnya, Conrad Henri Roy III, berumur 18 tahun.
Mereka bertemu pertama di Florida ketika sama-sama diajak keluarga liburan ke Miami. Lalu mereka hidup terpisah –pacaran jarak jauh. Lewat HP. Bertengkar pun lewat HP.
Roy sering mengancam Diana untuk bunuh diri. Suatu hari Diana jengkel: “bunuh diri saja”.
Tahun 2014 itu, 13 Juli, Roy lebih sungguh-sungguh dalam mengancam bunuh diri. Roy memarkir mobilnya di K-Mart di kotanya, Fairhaven, kota kecil di selatan Boston.
Kali itu ia membawa gas beracun. Ia menyampaikan ke Diana akan membawa gas beracun itu ke dalam mobil. Lalu membukanya di dalam mobil. Ia pun akan mati.
Roy masuk mobil beneran. Membawa gas beracun itu. Sambil terus chatting dengan Diana.
Sesaat kemudian Roy keluar mobil lagi. “Kenapa keluar lagi?” ujar Diana dalam WA-nya. “Masuk saja kembali ke mobil. Untuk bunuh diri,” tambah Diana di WA-nya.
Roy benar-benar masuk mobil. Tidak keluar lagi.
Diana akhirnya menjalani hukuman selama 12 bukan. Dia mendapat korting 3 bulan –karena berkelakuan baik. Diana juga terus aktif di kegiatan sosial selama di penjara.
WA, HP dan sinyal kini –dalam dua kasus itu–dikategorikan sebagai alat pembunuh. (Dahlan Iskan)
Sumber : www.jamilazzaini.com
Post a Comment