Salah satu kunci masuk surganya Allah ta''ala adalah melalui cinta. Sebuah diksi yang mudah diucapkan, sering kita jumpai, namun kepapkali disalahpahami hingga akhirnya salah mengaplikasikannya. Bahkan tidak jarang kita salsikan banyak yang tertipu, menipu dan ditipu atas nama cinta.
Berkenaan dengan cinta ini dalam perspektif Islam, sesungguhnya sesuatu yang agung. Ia merupakan limpahan kasih sayang Allah SWT kepada seluruh makhluknya. Sehingga darinha, Allah ta'ala menciptakan manusia dan isinya dengan segala kesempurnaan.
Dalam pengertian lain, Islam mendefinisikan cinta sebagai dasar persaudaraan antarmanusia dan perasaan yang melandasi hubungannya dengan makhluk lain seperti pada hewan dan tumbuhan.
Dalam konteks ini, maka Imam Muslim meriwayatkan sebuh hadits, Rasulullah SAW,"Demi Dzat yang jiwaku dalam genggamannya. Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan (sempurna) beriman sampai kalian saling mencintai,” (HR Muslim).
Shingga Imam Asy-Syafi'i r.a, terkait dengan itu mengingatkan bahwa jangan sampai kita mencintai siapapun, jika mereka tidak mencintai Allah ta'ala. Sebab Allah ta'ala sang pemilik dan pemberi limpahan cinta dan kasih sayang saja ditinggalkan, apalagi makhluknya. Sebuah logika yang sederhana tetapi dalam maknanya.
Mahabbatullah (mencintai Allah), Mahabattururrasulullah (mencintai Rasulullah) merupakan pangkal dari Cinta yang sesungguhnya. Demikian halnya dengan mencintai ulama dan sesama muslim serta sesama umat manusia, akan menjadi indah dan mulia jika mereka memiliki pangkal cinta itu.
Jika tidak demikian, maka sesungguhnya itu pseudo cinta, seolah-olah cinta, alias cinta palsu. Dan akibatnya, bisa jadi cinta palsu itulah yang memperbudak diri kita sendiri.
Wallahu a'lam
Asih Subagya, Pengurus DPP Hidayatullah
Post a Comment