Kematian Koh Steven Diangkat Media Internasional, Al Jazeera: Ia Telah Mengislamkan 63 Ribu Orang


Dikutip dari Hidayatullah.com—Kematian pendiri Mualaf Center Indonesia (MCI) Steven Indra Wibowo atau Koh Steven mendapat perhatian luas, bahkan media internasional terbesar di Timur Tengah. Meninggalnya aktivis dakwah ini telah mengundang Al Jazeera turut memberitakannya.

“Seorang pemuda yang masuk Islam dan telah mengislamkan 63.000 orang … penceramah Koh Steven telah meninggal dunia di umur 41 tahun,” demikian keterangan di akun instagram Al Jazeera, Senin (16/10/2022).

Unggahan tersebut juga disertai dengan video berita pendiri Muala Centre Indonesia (MCI), Dompet Madani, dan Vertizone TV ini. Pria yang akrab dipanggil Koh Steven meninggal dunia RSI Wonokromo, Surabaya setelah shalat Isya pada Jumat 14 Oktober 2022.

Sosok yang aktif membantu dan mendampingi para mualaf itu meninggal dunia tanpa disertai gejala atau sakit apapun, seperti yang dijelaskan Agung Heru Setiawan, pengurus MCI.  Ia masuk rumah sakit tidak lama acara Hijrah Fest, dimana ia ikut memberi dukungan, ditolak salah satu ormas Islam.

Koh Steven berasal dari keluarga keturunan Tionghoa di Yogyakarta dan masuk Islam pada tahun 2000 ketika ia berusia 19 tahun. Dia kemudian mengubah namanya menjadi Indra Wibowo ash-Shiddiqi.

Berita Koh Steven Indra Wibowo di laman IG Al Jazeera bahasa Arab

Setelah masuk Islam, dia secara aktif berdakwah, membantu para mualaf dan melakukan banyak kegiatan sosial. Ketika pandemi Covid melanda Indonesia, Koh Steven bersama MCI membagikan ratusan ribu alat kesehatan seperti masker dan PPE kepada petugas yang bekerja menangani Covid-19 dan masyarakat umum.

Almarhum bahkan menjual rumahnya seharga Rp 5,5 miliar, tujuh mobil dan tiga moge miliknya untuk bisa membantu penanganan Covid-19.  Video berita di akun Al Jazeera terkait Koh Steven Indra Wibowo dilihat lebih dari 103.644 orang, dan mengundang lebih dari 650 komentar.

“Semoga Allah merahmatinya, mengampuninya, dan memberinya surga tertinggi bersama para nabi, sahabat, syuhada, dan orang-orang shaleh. Dia mendedikasikan hidupnya untuk melayani Islam dan Muslim. Semoga Allah membalas kebaikannya,” tulis pemilik akun @swmh_smy.

“Semoga Allah merahmatinya, mengampuninya, menghuninya di tamannya yang luas, dan mengilhami keluarga dan kerabatnya dalam kesabaran, dan kepada Tuhan kita akan Kembali,” tulis @ayoub_chamsi10.

Masa Lalu

Steven Indra Wibowo lahir di Jakarta pada 14 Juli 1981. Menurut Skripsi Agun Akbar Tabrani berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowi dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia (MCI)” disebutkan, Steven Indra Wibowo merupakan Sekretaris I Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) dan juga pendiri Mualaf Center Indonesia (MCI).

Koh Steven dikenal doyan belajar. Ia menyelesaikan SD hanya 5 tahun, SMP hanya 2 tahun, dan SMA hanya 2 tahun di usia 14 tahun. Sebelum memutuskan memeluk Islam, Steven Indra Wibowo sempat kuliah di Leiden University Belanda hingga S2.

“Saya memilih di situ, karena itu kampus Katolik tertua dan terlengkap perpustakaanya, “ katanya dalam Kanal Youtube Vertizone.

Ia pernah menjadi seorang imam di gereja Katolik di Paroki Jakarta Utara yang tugasnya memberikan konseling, memimpin misa dan mengajar filsafat.  Ayahnya, salah seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel.

Di kalangan para aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia. Hidayah Allah SWT menghampiri Steven Indra Wibowo pada tahun 2000.

Dua kalimat syahadat diikrarkan di sebuah pesantren di Serang, Banten. Ia memutuskan masuk Islam setelah sekian lama mempelajari agama Tauhid ini.

Perjalanan hidup selanjutnya tidaklah mudah. Usai memeluk Islam ia diusir dari rumah dan  sempat menjadi gembel, menjadi tukang kuli panggul, kernet truck pasir, pembantu pembawa belanja di pasar, bekerja mencuci piring, Office Boy, dan sales.

Perlahan, kehidupan Koh Steven makin baik. Dia pernah menjadi kepala departemen di salah satu perusahaan riset internasional yang ada di Indonesia. Pernah pula bekerja di sebuah perusahaan riset global yang memiliki cabang di lebih 100 negara dengan kantor 400 lebih dan menjabat sebagai salah satu Kepala Deparmen di situ.

Tak lama Tak lama, dia lalu menjadi aktivis dakwah. Bersama empat temanya, dia mendirikan Mualaf Indonesia, lalu berganti menjadi Mualaf Center Indonesia (MCI), pendiri Dompet Madani, dan Vertizone TV. Dia aktif sebagai pengurus di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

“Saya mendirikan MCI karena banyak orang sudah mualaf takut bertanya, tidak bisa baca Al-Quran, “ kata pria yang pernah mendapatkan biasiswa S3 di King Abdullah University.

Awalnya MCI bergerak di dunia maya, akhirnya kini semakin rutin bertemu dalam berbagai kegiatan, seperti pengajian sampai kegiatan bersih-bersih sampah di Car Free Day (CFD).  Selain untuk membantu orang yang mau masuk memeluk agama Islam, MCI berupaya mengenalkan Islam kepada mereka yang belum pernah tahu Islam.

Sejak mendirikan MCI, ia mengaku banyak darah dan air mata tumpah, untuk menyelamatkan muala memperhatankan akidahnya.

Kegigihan dalam berdakwah menjadikan Koran Republika menjadi Tokoh Perubahan 2020. Semoga Allah menempatkannya di Surga.*

Rep: Insan Kamil

Powered by Blogger.
close