Teridentifikasi di 15 Sirup Obat RI, Kenapa Bisa Ada Cemaran Etilen Glikol?
Dikutip dari detik.com, Penyebab 206 kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia masih belum bisa dipastikan hingga kini. Namun Kementerian Kesehatan RI mengimbau warga RI untuk menyetop penggunaan segala jenis obat berbentuk cair atau sirup. Pasalnya, ada dugaan obat cair tersebut mengandung komponen pelarut yang menjadi biang kasus gangguan ginjal akut.
Menyusul itu, Wakil Menteri Kesehatan RI dr Dante Saksono Harbuwono menyebut pihaknya telah mengidentifikasi dari 18 obat yang sudah diuji, 15 di antaranya mengandung etilen glikol, yakni bahan yang disebut-sebut memicu gangguan ginjal.
"Kita sudah mengidentifikasi 15 dari 18 obat yang diuji sirup masih mengandung etilen glikol," ujarnya saat ditemui di Hospital Expo PERSI, Jakarta, Rabu (19/10/2022).
Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) RI menetapkan aturan, semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa tidak diperbolehkan menggunakan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
Namun, EG dan DEG dapat ditemukan sebagai cemaran pada gliserin atau propilen glikol sebagai zat pelarut tambahan. BPOM pun sudah menetapkan batas maksimal EG dan DEG pada kedua bahan tambahan tersebut sesuai standar internasional.
Dalam kesempatan lainnya, pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan untuk membuat suatu formula obat, tidak hanya zat aktifnya saja yang terkandung, melainkan juga senyawa tambahan lain. Parasetamol tidak larut dalam sirup, sehingga memerlukan bahan tambahan lain seperti propilen glikol atau etilen glikol/dietilen glikol untuk menambah kelarutan.
Sebelum Indonesia melaporkan ratusan kasus gangguan ginjal misterius, Gambia mencatat lebih dari 60 kematian anak dengan cedera ginjal, diduga akibat konsumsi obat batuk sirup. Namun Prof Zullies menduga, bukan parasetamol pada obat tersebut yang memicu cedera ginjal, melainkan etilen glikol dan dietilen glikol yang kadarnya mungkin melebihi batas.
"Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu bisa menyebabkan gagal ginjal akut. WHO juga menyatakan zat-zat itu beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal. Efek racunnya dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian," terang Prof Zullies dalam keterangan tertulis diterima detikcom, Kamis (13/10).
"Efek berbahaya itu dapat terjadi jika kadarnya berlebihan. Di Indonesia, penggunaan dietilen glikol maupun etilen glikol sebagai zat tambahan sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mestinya tidak ada masalah keamanan. Adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu diinvestigasi lebih lanjut," pungkasnya.
Post a Comment