TGIPF Serahkan 124 Halaman Laporan, Ungkap Fakta Mengerikan Tragedi Kanjuruhan


Dikutip dari Hidayatullah.com–Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD telah menyelesaikankan laporan hasil penyelidikan terkait Tragedi Kanjuruhan. Laporan itu diserahkan kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Jumat (14/10/2022) siang.

Mahfud mengatakan laporan akhir tim lintas sektor yang diserahkan ke Jokowi itu memiliki total 124 halaman. Dalam laporan itu, katanya, mengungkap fakta-fakta mengerikan yang telah dirangkum dari semua lini, termasuk puluhan rekaman video pengawas (CCTV).

“Kami sudah sampaikan kepada presiden semua yang kami temukan dan semua rekomendasi untuk semua stakeholders baik yang dari pemerintah, PUPR, Menpora, Menkes dan sebagainya. Sudah kami tulis satu persatu rekomendasinya di dalam 124 halaman laporan,” kata Mahfud di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jum’at, dilansir CNN Indonesia.

Mahfud mengatakan hasil laporan itu akan diolah oleh Jokowi untuk kebijakan olahraga nasional, dengan melibatkan pemangku kepentingan lain yang ada menurut peraturan perundang-undangan.

Ia membeberkan fakta yang ditemukan tim menunjukkan keadaan korban-korban yang meninggal dunia dalam proses yang mengerikan ketimbang yang beredar di media sosial. Sebab, pemerintah dapat melihat dan menganalisisnya melalui 32 CCTV yang dimiliki aparat keamanan.

“Jadi itu lebih mengerikan dari sekedar semprot mati, semprot mati, ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar yang satu tertinggal yang di luar balik lagi untuk nolong temannya terinjak-injak mati,” kata Mahfud.

“Ada juga yang memberi bantuan apa pernafasan itu karena apa satunya sudah tidak bisa bernafas membantu kena semprot juga mati gitu itu ada di situ,” kata Mahfud.

Mahfud mengatakan penyebab korban yang meninggal dan luka-luka dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata. Ia mengatakan tingkat berbahaya gas air mata itu kini sedang diperiksa oleh BRIN.

“Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mencoreng kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata,” kata dia.

Dalam Tragedi Kanjuruhan itu setidaknya ada 132 orang yang mayoritas suporter Arema FC atau Aremania tewas karena berdesak-desakan ingin keluar setelah penembakan gas air mata oleh polisi. Mahfud mengatakan TGIPF menyimpulkan gas air mata memanglah sebagai pemicu utama kepanikan berujung tragedi itu.

“Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan setelah terjadi desak-desakan setelah gas air mata yang disemprotkan,” kata Mahfud dalam jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jum’at.

“Adapun peringkat keterbahayaan racun dari gas itu sedang diperiksa oleh BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional],” tambahnya.

Meskipun demikian, dia menegaskan apapun hasil temuan BRIN itu tak akan mengurangi kesimpulan tim yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas sektor itu.

“Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mengurangi kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama karena gas air mata,” kata Mahfud.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu malam (1/10) usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya. Ketika setelah laga lanjutan Liga 1 itu berakhir, ada sejumlah suporter turun ke lapangan dan dihalau aparat gabungan.

Aparat kemudian menembakkan gas air mata yang beberapa di antaranya ke arah tribun penonton. Akibatnya para suporter di tribun panik menghindari gas air mata dan berdesak-desakan ke pintu keluar yang terbatas.*

Rep: Fida A.
Editor: Bambang S

Powered by Blogger.
close