Tiada Hari Tanpa Al Qur'an di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta


Mata Pelajaran Alquran di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta memang diberi porsi lebih banyak dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Di kelas reguler, misalnya, ada alokasi 8 - 10 jam pelajaran Alquran setiap pekannya. Berbeda dengan kelas tahfizh, porsi jam Alquran bisa 2-3 kali lipat dibanding kelas reguler. Harapannya apa? Agar anak didik di sekolah ini bisa membaca dan hafal Alquran dengan baik dan benar. Agar anak-anak bisa cinta Alquran. Agar Alquran mendarah daging dalam jiwa dan raga mereka.
Daftar di SDIT Hidayatullah, KLIK DI SINI 
Anak-anak usia TK, SD, SMP, dan SMA di Sekolah Hidayatullah hafalan Alqurannya sudah sangat banyak jika dibandingkan dengan usia yang sebanding dengan mereka. Ada murid TK yang sudah hafal 1/2 juz 30, ada juga yang sudah hafal juz 30. Ada banyak anak usia SD yang hafal juz 30, ada juga yang hafal 2 juz, 3 juz, 4 juz, 5 juz, 6 juz. Ada di jenjang MTs-MA yang sudah hafal 21 juz dan tentu masih banyak anak-anak murid/santri yang hafalannya banyak. 

Metode Ummi di Sekolah Hidayatullah
Metode Ummi adalah metode membaca Alquran yang diterapkan di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta, mulai dari jenjang TK, SD, MTs, hingga MA menggunakan metode ini. 

Kelebihan metode ini adalah diikuti dengan manajemen yang bagus dari tim ummi, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. Metode ini sangat menjaga kualitas dari guru-gurunya, guru yang mengajar harus bersertifikat ummi, maka tidak heran ketika ada guru baru yang mengajar Alquran di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta ketika belum memiliki sertifikat metode ummi mereka bekerja keras untuk memperoleh sertifikat ini. 
Baca juga : Adab Sebelum Ilmu
Metode Ummi ini juga sangat ketat ketika menaikkan jilid kepada murid/santri peserta didiknya. Dari manajemen ummi ini harus memilih 1 koordinator di setiap lembaga pemakai metode ini. Nah koordinator inilah yang akan memutuskan ketika murid/santri apakah layak naik jilid atau tidak. Tentu, sebelum guru pengampu di masing-masing kelompok mendaftarkan naik jilid ke koordinator, pengampu ini juga sudah memprediksi, si anak layak untuk naik jilid.
Dengan perbandingan 1 guru mengampu maksimal 12 murid di metode ini, tentu membuat pembelajaran Alquran berjalan dengan efektif. Maka tidak akan didapati anak-anak yang berkeliaran ketika sedang belajar Alquran menggunakan metode ummi.

Dampak ke Orang Tua/Wali Murid
Ternyata dengan adanya metode ummi dipakai di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta ini dampaknya sampai juga kepada orang tua/wali murid. Ada banyak ortu murid yang akhirnya bersemangat belajar Alquran menggunakan metode ini.
Pada awalnya memang para ortu murid ini karena ingin bisa mengajari anaknya membaca Alquran dengan metode ini, sehingga mau tidak mau justru para ortu murid ini harus meluangkan waktunya tersendiri untuk belajar Alquran dengan metode ummi ini.
Animo semangat orang tua belajar Alquran Metode Ummi ini akhhirnya berdampak positif, karena 'gelombang' semangat belajar Alquran frekwensinya sama dengan yang digaungkan di sekolah.

Tiada hari tanpa Alquran
Karena porsi belajar Alquran ini memang lebih banyak dibanding mata pelajaran lainnya, maka sudah barang tentu di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta dikenal dengan sekolah 'TIADA HARI TANPA ALQURAN' sebuah sebutan yang patut kita banggakan. 
Setiap hari di sekolah ini dilaksanakan pembelajaran Alquran, setiap kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan dibimbing oleh 1 orang pengampu dalam setiap kelompoknya. Sehingga harapannya, ketika 1 guru ini mengelola kelompok kecil, maka KBM berjalan dengan efektif. Ketika jam pelajaran Alquran, maka semua lorong-lorong, teras-teras, kelas-kelas dipenuhi dengan kelompok-kelompok kecil ini. Riuh rendah para anak murid bersaut-sautan suara ketika belajar Alquran ini membuat suasana sekolah hidup.

Tiada hari tanpa Alquran di Sekolah Hidayatullah Yogyakarta ini tentu menjadi kebanggaan dan kelebihan tersendiri di sekolah ini.

#TMT
Powered by Blogger.
close