Beginilah Gelapnya Fitnah Akhir Zaman
Fitnah seperti malam gulita
Para ulama kita memberi nasehat, bahwa agar kaum muslimin tetap memenuhi seruan taqwa kepada Allah di mana saja dan kapan saja. Sebab anjuran taqwa selalu disampaikan oleh Rasulullah hampir dalam setiap kesempatan.
Dan, hendaknya waspada serta berhati-hati terhadap fitnah baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Berhati-hatilah terhadap hal-hal yang bisa memalingkan dari agamamu yang lurus ini. Baik berupa harta, keluarga, maupun anak-anak.
“Dan ketahuilah bahwasanya harta-harta kalian, anak-anak kalian adalah fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah terdapat pahala yang agung” (QS Al-Anfal: 28)
Sudah tahu fitnah sebagai ujian, namun banyak yang tidak berhati-hati dengannya, dan acuh tak acuh. Betapa banyak yang justru cuek dengan fitnah, bahkan menjerumuskan diri ke dalam fitnah harta, anak-anak dan keluarga.
Saking cintanya kepada harta banyak orang berani spekulasi, akhirnya terjerat korupsi, gara-gara cintanya akan anak dan istri banyak manusia terjangkit bakhil, terlibat kriminaitas. Maka berhati-hatilah akan fitnah!
Berhati-hatilah di zaman yang penuh fitnah ini, yakni terhadap fitnah perkataan. Telah banyak orang-orang menjelek-jelekkan ulama’ dengan ucapannya, berceloteh dengan mudahnya tentang menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, menghujat kebenaran al-Qur’an dan As-Sunnah dengan ilmunya yang dangkal, lisannya banyak mengucapkan kebatilan, ghibah, namimah, dusta, kutukan dan sungguh ajaib jika sebagai lisan muslim.
Takutlah pula akan fitnah amalan. Telah menyebarnya perselisihan, berpecah-belah, dan bercerai berai, menjadi saling berkelompok-kelompok dan masing-masing kelompok berbangga diri dengan yang ada pada kelompoknya. Telah akutnya wabah cinta dunia, gila ketenaran, hasad, kedzoliman, dan beraneka ria kejahatan.
Seorang muslim hendaknya mewaspadai perkembangan aqidahnya, menjaga diri dari kontaminasi pemikiran-pemikiran sesat, dari aqidah yang melenceng, dari seruan orang-orang yang menjungkir balikkan Islam dari kemurniannya, dan kesemuanya agar seorang muslim tetap mengembalikan urusan kepada Allah dan rasul-Nya, agar supaya beribadah dengan ikhlas karena Allah, serta sesuai dengan sunnah-sunnah Rasulullah.
Waspadailah di zamanmu kini akan kenyataan yang buruk, karena semua itu bisa memalingkanmu dari agama dan dapat mendatangkan kehancuran bagimu. Sesungguhnya nabi telah mengabarkan kepada umatnya tentang kenyataan-kenyataan yang bakal terjadi sampai hari kiyamat.
Dengan kasih sayangnya, nabi mengabarkan tentang fitnah-fitnah itu semua, bahwa fitnah itu meliputi segala hal, bagai gelapnya malam kelam yang artinya seorang muslim sulit keluar darinya. Maka kita diperintahkan untuk lekas-lekas beramal sholih, yaitu amal perbuatan yang bersesuaian dengan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pagi hari dalam keadaan beriman, sore hari menjadi kafir
Dahsyatnya fitnah yang terjadi seakan-akan menjerat siapapun tak terkecuali, dan nyaris tiada yang mampu menghindari jeratannya yang membinasakan. Termasuk memalingkan keimanan menjadi kekafiran.
Di antara yaitu; diangkatnya amanah dari pundak-pundak manusia, sehingga hampir tiada kita dapatkan orang-orang yang betul-betul menunaikan amanahnya. Rasulullah bersabda;
“Seseorang tidur sejenak sehingga diangkatlah amanah dari hatinya, dan manusia terus malakukan bisnis jual beli, dan hampir tidak ada di antara mereka yang menunaikan amanah”, maka dikatakan: “sesungguhnya di tempat Bani fulan terdapat orang yang amanah dan dikatakan padanya; alangkah berakalnya dia, alangkah beruntungnya dia, alangkah kuatnya dia, alangkah baiknya dia, padahal di dalam hatinya tidak ada keimanan walau sebesar biji dzarroh” (Muttafaqun alaih)
Benarlah apa yang dikabarkan Rasulullah, bahwa telah diambil sifat amanah dari hati manusia, sehingga kita saksikan suasana zaman yang banyak orang sudah tidak dapat dipercaya, yang dapat benar-benar diandalkan kejujurannya.
Demikian pula dalam hal kepemimpinan, ia merupakan amanah yang besar, Rasulullah bersabda;
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang digembalakannya” (HR. Bukhory)
Pemimpin yang adil dan sholih merupakan dambaan semua rakyat, yang tentunya ia adalah figur yang benar-benar faham terhadap hak dan kewajibannya, serta faham terhadap apa yang harus dilakukannya dalam membimbing, melayani, dan melindungi masyarakat lemah, yakni mengantarkan masyarakat yang mengikuti petunjuk kebenaran Islam, hidup aman sentausa, sejahtera, mentauhidkan Allah dan menjauhi kemusyrikan.
Namun apa faktanya? Masih ada yang menjadikan manusia bak sapi perah, sementara yang lain menjadi lintah darat, yang diberikan hanyalah tauladan cinta materi, kesyirikan diagungkan, dan semakin membuat keimanan masyarakat gonjang-ganjing.
Nabi mengabarkan tentang fitnah merajalelanya kebodohan, banyak diwafatkannya para ulama’ robbany, berpalingnya manusia dari ilmu yang bermanfaat, malah menekuni ilmu-ilmu yang hanya untuk mengumpul harta, dan melemahnya loyalitas keimanan.
Sungguh ilmu telah dicabut dan kian sedikit para ulama’ hakiki. Padahal ilmu syari’at adalah ilmu yang bermanfaat, yang akan menjadikan pemiliknya menjadi suri tauladan dalam perkara kebaikan, kezuhudan, kewaro’an, qona’ah, syukur, ridho, ikhlas, sabar, tawadhu’ dan dalam mengikuti keutamaan-keutamaan Rasulullah, para sahabat dan khulafaur rosyidin.
Dengan demikian, nyatalah kondisi yang banyak manusia tidak lagi mengingkari kemungkaran, tidak taslim kepada kema’rufan, dan hanya berkutat pada pelampiasan hawa nafsu. Kelalaian menjadi kendaraan dan syetan sebagai jurumudi.
Nabi mengabarkan tentang fitnah kerakusan, dan kekacauan. Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
Zaman telah mendekat, ilmu dicabut, muncul banyak fitnah, tersebar kebakhilan, banyak terjadi Al-Haraj. Para sahabat bertanya: “apakah Al-Haraj itu ya Rasulullah ?” Rasulullah menjawab: “Pembunuhan” (Muttafaqun alaihi)
“Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiyamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan merajalela, arak menjadi minuman biasa, zina semakin terang-terangan, jumlah kaum laki-laki menjadi sedikit, wanita menjadi banyak, hingga 50 waita berebut 1 pria” (HR. Bukhory)
Sungguh telah muncul beraneka fitnah dari berbagai sisi. Banyak munculnya pemimpin-pemimpin sufaha’ yang dipilih oleh orang-orang juhala’, banyaknya polisi (yang menandakan semakin banyaknya kejahatan), jual beli hukum, semakin banyaknya jumlah pasar-pasar hingga di trotoar-trotoar hingga penjual keliling, putusnya silaturahmi dan dijadikannya masjid untuk tempat nyanyian.
Menjual agamanya dengan harga dunia yang murah
Ketika zaman sudah mengutamakan sisi materi, budaya hedonisme dan determinisme menjadi sisi pandang hampir semua orang. Kemajuan dan kesuksesan hanya diukur dari sisi perolehan ekonomi. Bukan dari agama. Akhirnya agama tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang urgen, kalau perlu dikorbankan saja demi ekonomi, agama dijadikan kedok-kedok saja, jika menghalangi progress pribadi dijual saja.
Maka tidak heran muncul celaan-celaan terhadap agama, bahkan datang dari kelompok yang mengatas namakan Islam. Banyak orang-orang yang memunculkan keragu-raguan di dalam Islam, dan menjadikan manusia berpaling darinya. Sehingga tercabutlah kecintaan para pemeluknya. Ini merupakan musibah yang besar.
Suatu ketika Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah apakah setelah kebaikan Islam ini akan muncul kejelekan?” Nabi menjawab: “ya!” Khudzaifah bertanya lagi: “apakah setelah kebaikan itu akan muncul kejelekan lagi?” Nabi: “ya!”, dan di dalamnya ada Dakhn”.
Khudzaifah bertanya lagi: “apakah Ad-Dakhn itu?” Nabi: “suatu kaum yang mengambil sunnah bukan dari sunnahku, mengambil petunjuk selain dari petunjukku, kalian mengetahui hal tersebut dari mereka dan kalian mengingkarinya”.
Khudzaifah bertanya lagi: “lalu apakah setelah itu akan muncul kejelekan lagi?” Beliau menjawab: “Ya, (yaitu) ada da’i-da’i yang berdiri di pinggir-pinggir pintu Jahannam, barangsiapa yang menerima ajakan mereka, akan ikut dicampakkan ke dalamnya”.
Lantaran sebab takutnya, Khudzaifah bertanya lagi: “Gambarkanlah ciri-ciri mereka ya Rasulullah!” Rasulullah menjawab: ”mereka adalah orang-orang seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita” (HR. Bukhory. HR Muslim no.1.847, semua dari Khudzaifah ibnu Yaman, Limadza ikhtartu minhajas-Salafy, syeikh Salim bin ‘ied al-Hilaly hal. 14)
Kemudian di antara fitnah yang besar adalah fitnah harta. Sangat sedikit manusia yang selamat dari fitnah ini. Hanya sedikit saja yang bisa mensyukurinya, yang sabar, yang bisa ikhlas, yang ridho, qona’ah, zuhud, dan dengan sebab yang halal dalam mendapatkannya, dan dengan cara yang benar dalam membelanjakannya.
Sungguh telah tertanam pada diri manusia di akhir zaman terjangkit sifat bakhil terhadap harta, dan teramat tamak terhadapnya. Sehingga banyak di antara mereka yang menolak untuk membayar zakat dan nafkah wajib.
Banyak orang yang serakah, yang berusaha sekuat tenaga untuk mendapati sesuatu yang sebenarnya dia tidak berhak, membelanjakannya bukan pada jalan yang haq, maka muncullah kekacauan dan keributan di kalangan mereka. Banyak peperangan dan pembunuhan karenanya.
Sungguh benar Rasulullah, bahwa manusia tidak lagi memperdulikan tentang hartanya, dari mana mendapatkannya, sehingga seolah-olah mereka hidup hanyalah untuk mengumpulkan harta dan kesenangan-kesenangan belaka.
Meski harus menghalalkan segala cara, entah syubhat entah riba’ entah apa, kalau perlu dengan cara berbuat curang, atau menipu, maling, pesugihan, korupsi, spekulasi, dan seterusnya. Sampai-sampai ada yang berprinsip; mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal. Wal-‘iyadzu billah.
Manusia tidak lagi ingat bahwa Allah akan menghisab dan memintai pertanggung jawaban dari semua harta-hartanya. Maka berhati-hatilah wahai kaum muslimin. Waspadalah dari fitnah-fitnah ini semua yang selalu mengintai. Allah berfirman:
Maka kecelakaanlah bagi siapa saja yang mengalami fitnah Dajjal, sebab ini adalah fitnah terbesar. Kecuali yang tinggal di bentangan Makkah dan Madinah, yang jika dia mengelilingi bumi selama 40 hari, menyuruh langit hujan maka hujanlah, memerintah panas maka panaslah, 1 hari pada hari itu seperti setahun, sehari seperti sebulan, sehari seperti sepekan dan sisanya seperti hari-hari biasa. Dia menjanjikan surga padahal hakikatnya neraka, serta mengancam manusia dengan siksanya padahal hakikatnya surga.
Solusi agar terlindungi dari fitnah
Inti dari fitnah (:ujian) adalah menguji dan menyeleksi. Siapakah di antara semua manusia hamba-hamba Allah yang lulus ujian, siapakah di antara mereka yang tetap istiqomah dalam ketaatan kepada Allah ta’ala. Sebagaimana frman Allah;
“(Dialah, Allah) yang menciptakn kehidupan dan kematian agar menguji kalian, siapakah di antara kalian yang lebih baik amalannya” (Al-Mulk: 2)
‘Irbadz ibnu Sariyyah berkata: “jika zaman telah muncul dan menyebar api fitnah di sekelilingmu, maka cepat-cepat padamkan ia dengan taqwa”. Karena fitnah tersebut akan melibas semuanya.
Dan sungguh mereka yang lulus ujian adalah yang tetap sanggup bertaqwa, dan yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bertaqwa. Sebagaimana firman-Nya;
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha menyaksikan” (QS Al-Hujurot: 13)
Fitnah juga berarti adzab dan bencana, maka Rasulullah takut apabila angin bertiup kencang, apabila menyaksikan awan hitam bergulung-gulung, gerhana dan petir menyambar. Ketakutannya tampak pada wajahnya yang kemerah-merahan. Sebagaimana fitnah ini telah menghancurkan umat-umat terdahulu. Kaum ‘Aad yang diterpa angin kencang selama 7 malam 8 hari, kaum Tsamud yang disambar petir dari angkasa, kaum Nuh yang dibinasakan dengan banjir bandang, kaum Sodom yang hancur diterpa hujan batu, Fir’aun dan kaum yang ditenggelamkan. Dan seeterusnya. 12) (Ket. QS. Al-Qomar dan awal QS. Al-Haaqqoh)
Sebab lebih banyak manusia yang menyembah kepada selain Allah, dan apabila telah muncul kekejian demi kekejian, bencana demi bencana (di darat, air dan udara), serta tenggelamnya kebaikan demi kebaikan, maka kecelakaanlah bagi orang Arab maupun ‘Ajam jika kelak dibuka benteng Ya’juj dan Ma’juj walaupun sebesar lobang jemari tangan. 13)
“Dan takutlah terhadap fitnah yang tidak menimpa orang yang dholim di antara kalian semata, dan ketahuilah bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih” (QS Al-Anfal: 25)
Fitnah akan terus ada sampai hari kiyamat nanti. Dan dengan kasih sayangnya Rasulullah memberikan jalan keluar kepada umatnya agar terhindar dari fitnah tersebut. Yaitu sebagaimana yang kita baca setiap saat tahiyat akhir dalam sholat, yakni dengan meminta perlindungan kepada Allah dari empat macam fitnah, yaitu; fitnah api neraka jahannam, fitnah siksaan kubur, fitnah kehidupan dunia, dan fitnah kematian.
Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita dan kaum muslimin semuanya dari segala macam fitnah, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan semoga Dia membukakan bagi kita pintu-pintu kebaikan sehingga kita mengikutinya. Dan menunjukkan kepada kita pintu-pintu kejelekan sehingga kita bisa menjauhinya. Amiin.
Ust. Mardiansyah
Sumber www.hidayatullah.or.id
Post a Comment