Beginilah Islam Memuliakan Pembantu
Dalam hadis qudsi, Allah memberi ancaman keras bagi hamba-Nya yang tidak membayar upah pekerja atau pembantu
Dikutip dari Hidayatullah.com | ISLAM telah mengatur bukan saja hubungan antara manusia dan Allah, tapi juga antara sesama manusia dan alam. Seorang muslim diwajibkan untuk berbuat baik kepada siapapun tanpa melihat status sosialnya, hatta dia seorang pembantu.
Sebagai agama yang anti terhadap diskriminasi, Islam tidak memandang kelas sosial seseorang. Setiap manusia dipandang sama kecuali takwanya, dan diberikan hak dan tanggung jawab masing-masing. Tak terkecuali hak dan kewajiban seorang majikan terhadap pelayan atau pembantu.
Oleh karena itu, meski seorang pembantu bertugas untuk membantu dan melayani beberapa kebutuhan majikan, bukan berarti seorang majikan bebas memperlakukannya. Selain memiliki kewajiban, mereka pun memiliki hak-hak yang harus selalu dipenuhi oleh tuannya. Adapun hak-hak mereka adalah sebagai berikut:
Wajib dibayar
Dibayar adalah hak yang harus dipenuhi seorang majikan pada pembantunya. Perbuatan tidak membayar seorang pembantu sesuai dengan perjanjian adalah termasuk perbuatan zalim.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ
“Menunda membayar hutang bagi seorang bagi orang yang kaya (mampu) adalah kezaliman.” (HR: Bukhari no 2287).
Jika Rasulullah ﷺ menyebut menunda untuk membayar utang atau upah terhadap orang yang berhak menerimanya adalah sebuah kezaliman, apalagi jika tidak membayarnya, atau membayar tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam hadis qudsi, Allah mengancam dengan ancaman keras bagi hamba-Nya yang tidak membayar upah pekerja. Rasulullah bersabda ﷺ:
قَالَ اللَّهُ ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ، وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ، وَلَمْ يُعْطِ أَجْرَهُ
Allah berfirman, “Aku akan menentang tiga golongan di hari kiamat, (pertama) orang yang berinfaq kemudian dia menariknya kembali, (kedua) orang yang menjual orang merdeka kemudian memakan uangnya, (ketiga) orang yang mempekerjakan pekerja dan telah mendapatkan hasilnya, tetapi tidak memberikan upah.” (HR. Bukhari no. 2227).
Tidak melakukan kekerasan
Dikisahkan bahwa sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari ra. pernah mencambuk pembantunya kemudian datang Rasulullah ﷺ di belakangnya tapi dia tidak sadar, kemudian beliau ﷺ bersabda, “wahai Abu Mas’ud ketahuilah, ketahuilah, sungguh Allah lebih mampu untuk menghukummu, dibanding kemampuanmu untuk menghukumnya.”
Setelah menoleh dan sadar bahwa yang mengatakan hal tersebut adalah Rasulullah ﷺ, Abu Mas’ud langsung ingin membebaskan budaknya karena mengharap ridha Allah.
“Wahai Rasulullah ﷺ, dia (budaknya) merdeka demi mengharap wajah Allah” kata Abu Mas’ud.
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda pada Abu Mas’ud:
أَمَا إِنَّكَ لَوْ لَمْ تَفْعَلْ لَلَفَعَتْكَ النَّارُ
“Niscaya jika kamu tidak melakukan hal itu, maka kamu akan dilahap api neraka.” (HR. Abu Dawud no. 5159).
Memberi makan, pakaian, dan tidak membebani pekerjaan di luar kemampuan
Begitu dimuliakannya seorang pembantu dalam Islam. Bahkan dalam soal pakaian dan makanan pun, mereka berhak menerima pakaian sebagaimana majikan pakai, dan makanan sebagaimana majikan makan.
Selain itu, seorang majikan juga tidak boleh memberi pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan oleh pembantunya. Mengenai hal ini, diceritakan oleh Ma’rur bin Suwaid, dia melihat sahabat Rasulullah ﷺ Abu Dzar Al-Ghifari ra. dan budaknya sama-sama mengenakan jubah, lalu kemudian dia ditanya mengenai hal itu, mengapa mereka memakai pakaian yang sama padahal status mereka adalah majikan dan budak.
Abu Dzar kemudian bercerita bahwa dulu dia pernah menghina seseorang dengan mencela ibunya, maka kemudian Rasulullah ﷺ menegurnya seraya bersabda:
أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ ”. ثُمَّ قَالَ ” إِنَّ إِخْوَانَكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَأَعِينُوهُمْ.
“Apakah kamu menghina dia dengan mencela ibunya? sesungguhnya kamu masih memiliki sifat jahiliyah. Saudara-saudara kalian adalah budak dan pembantu kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah kekuasaan kalian. Maka siapa saja yang saudaranya berada di bawah kekuasaannya, hendaklah ia memberinya makanan dari apa-apa yang ia makan, memberi jenis pakaian yang ia pakai, dan janganlah kalian membebani mereka suatu hal yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka.” (HR. Bukhari no. 2545).
Sungguh beruntung mereka yang menjadi pembantu seorang majikan yang beriman. Islam telah memberi batasan jelas apa saja yang berhak mereka terima dari tuannya.
Jangan sampai karena kita salah bersikap terhadap pembantu di rumah, kantor, baik dimanapun, membuat kita jauh dari rahmat Allah bahkan sampai membuat kita masuk neraka.
Jika pun dirasa kita pernah melakukan kesalahan terhadap pembantu, maka sungguh tidak terhina bahkan menurunkan derajat kita jika kita meminta maaf pada mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ، فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
“Siapa saja yang perna menzalimi saudaranya, maka hendaknya ia meminta maaf (sebelum kematiannya), karena sesungguhnya (di akhirat) tidak ada dinar maupun dirham. Ia harus meminta maaf pada saudaranya di dunia sebelum pahala kebaikannya diberikan kepada saudaranya (yang dizalimi), atau jika sudah tidak ada lagi pahala kebaikan, maka dosa saudaranya akan dibebankan terhadapnya.” (HR. Bukhari no 6534).
Maraknya kasus penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (ART) akhir-akhir ini, bisa jadi karena kurangnya ilmu dan tidak adanya tuntunan yang harus diikuti dalam hidup. Bisa jadi pula hal itu terjadi karena kerasnya hati dan pudarnya rasa kemanusiaan.
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai tuntunan hidup dalam berperilaku termasuk terhadap pembantu. Selain itu, dengan merenungi dan meresapi segala akhlak Rasulullah ﷺ dalam sirahnya, semoga bisa melembutkan hati dan mengembalikan rasa kemanusiaan kita.
Karena bagaimanapun, Rasulullah ﷺ adalah sebaik-baik teladan. Dalam hal berurusan dengan pembantu pun, beliau adalah orang yang terbaik dalam memperlakukan mereka. Sayyidah Aisyah ra. berkata:
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ خَادِمًا لَهُ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ ضَرَبَ بِيَدِهِ شَيْئًا
“Rasulullah ﷺ tidak pernah memukul seorang pembantu maupun seorang perempuan dan juga tidak pernah tangannya memukul sesuatu.” (HR. Ibnu Majah no. 1984). Wallahu a’lam bi ash-shawab.* artikel diambil dalam laman KESAN
Rep: Admin Hidcom
Post a Comment