Tazkiyatun Nafs, Obat Fitnah Dunia


Mensucikan hati dan jiwa (tazkiyatun nafs) salah satu obat menghindari dari banyaknya fitnah dunia

Dikutip dari Hidayatullah.com | DALAM kehidupan hampir pasti selalu diwarnai dengan cobaan dan ujian yang datang dan pergi silih berganti. Terlebih saat ini,  Ketika fitnah demi fitnah melanda umat manusia laksana gelombang lautan yang terus berganti.

Mulai dari fitnah syahwat; harta, wanita, tahta, atau fitnah syubhat; fitnah keraguan yang menjadikan seorang muslim berada dalam kebingungan dalam menyikapi urusannya. Dia tidak mengetahui dengan jelas wajah kebenaran pada masalah yang menghadang dirinya.

Orang yang terkena fitnah ini mengalami dua kemungkinan, terbawa arus fitnah tersebut atau tetap tegar dalam menghadapinya. Orang yang terbawa arus fitnah adalah mereka yang senantiasa menghambakan keinginan hawa nafsunya dengan tidak menghiraukan rambu-rambu syariat yang telah Allah tetapkan.

Sedangkan mereka yang tegar menghadapi arus fitnah, adalah mereka yang senantiasa berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan as-Sunnah dan menggunakan seluruh potensinya untuk ketaatan kepada Allah, karenanya ia bisa mensucikan dan membersihkan jiwanya dari sesuatu yang tercela dengan selalu bermuhasabah kepada Allah.

Teguh dalam badai

Rasulullah ﷺ bersabda:

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا ‌كَقِطَعِ ‌اللَّيْلِ ‌الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Bergegaslah kalian dalam beramal, karena fitnah-fitnah bagaikan potongan malam yang gelap-gulita, seseorang menjalani pada waktu pagi sebagai seorang mukmin, tetapi ketika memasuki waktu sorenya ia menjadi seorang kafir atau sebaliknya. Ia menjual agamanya dengan harta dari dunia.” (HR: Muslim, Shahih Muslim, hadist no. 186)

Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ menyebutkan dalam kitab Sunan at-Tirmidzi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ ‌كَالقَابِضِ ‌عَلَى ‌الجَمْرِ

Akan datang suatu zaman pada manusia yang mereka sabar diatas agamanya seperti memegang bara api.” .

Berpegang teguh terhadap identitas keislaman di zaman yang penuh fitnah ibarat memegang bara api, semakin ia pegang semakin terasa panasnya.

Muraqabatullah

Muraqabatullah merupakan pengetahuan atau keyakinan seorang hamba bahwasannya Allah mengetahui atau mengawasi segala gerak-gerik yang dilakukan oleh seorang hamba baik secara dzahir maupun batin.

Sehingga ketika seseorang sudah merasa diawasi oleh Allah  ia akan senantiasa menjaga perbuatan zhahirnya dengan melaksanakan segala perintah dari Allah . Begitupun dengan perbuatan batinnya, ia akan membersihkan segala kotoran yang ada didalamnya dan syahwatnya yang bertentangan dengan kehendak Allah. (Tahdzib Madarij as-Salikin, hal. 282)

Sifat merasa diawasi oleh Allah menjadikan jiwa seseorang terus takut kepada Allah  sehingga apapun fitnah yang melanda pada dirinya ia bisa tetap tegar tanpa mengikuti arus fitnah tersebut. Karena ia selalu merasa diawasi oleh Allah dan takut kepada-Nya yang kemudian ia menyibukan dirinya untuk beribadah kepada-Nya dan selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan.

Sebagaimana Allah berfirman:

إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS: al-Anbiya’ : 90)

Tazkiyatun Nafs

Adapun tazkiyatun nafs yang dimaksud adalah upaya penyucian atau pembersihan jiwa dari nafsu atau sifat-sifat tercela.

Allah memerintahkan untuk selalu mensucikan jiwa dengan meninggalkan apa-apa yang diharamkan dan melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Dan Allah menjamin keberuntungan terhadap orang yang sering mensucikan jiwanya. Allah berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Sesungguhnya beruntunglah bagi orang yang mensucikan jiwanya dan merugilah bagi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-syams : 9-10).

Sufyan bin Uyainah, Qatadah, dan selain keduanya mengatakan, “Beruntunglah bagi orang yang mensucikan jiwanya dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah dan amalan yang baik.” (Fashlun fi Tazkiyah an-Nafs, hal. 12)

Jiwa yang bersih akan melahirkan perilaku yang bersih pula, karena yang menentukan perbuatan baik atau buruk itu adalah jiwa. Maka mensucikan jiwa merupakan salah satu upaya untuk menghindari dari banyaknya fitnah yang ada.

Karena orang yang sering mensucikan jiwanya, ketika ia melakukan suatu dosa ia akan langsung memperbaikinya dengan melakukan amalan shaleh. Jiwanya tidak akan tergoyahkan dengan fitnah apapun karena jiwanya terus cenderung kepada kebaikan dan ketakwaan.

Seseorang yang hidup di zaman fitnah sementara dia komitmen dengan identitas keislamannya, akan berat terasa, bagai menggengam bara api. Cara agar bisa selamat dari fitnah dan ujian keimanan yang datang silih berganti adalah dengan melakukan muraqabatullah, berupaya untuk selalu dekat dengan Allah dengan melakukan ibadah wajib secara maksimal atau ditambah dengan amalan-amalan sunnah, dan melakukan tazkiyatun nafs, selalu berupaya membersihkan jiwanya dari nafsu atau sifat-sifat tercela.

Dengan itu ia akan tetap tegar diatas kebenaran, tidak terjerumus kepada kesesatan dan kehinaan. Wallahu a’lam.*/Megy S, Ma’had An-Nur

Rep: Admin Hidcom

Powered by Blogger.
close