⁣𝐏𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐈𝐦𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐈𝐛𝐮


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Dari ‘Abdullah bin Umar radhiyaLlahu ‘anhuma, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ⁣
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ ⁣
“Seorang lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia bertanggung jawab terhadap mereka. Seorang wanita adalah pengatur bagi rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab terhadap mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). ⁣
Imam Malik bin Anas rahimahuLlah bercerita, “Sewaktu aku kecil, ibuku biasa mengenakanku pakaian dan memakaikan imamah untukku. Kemudian ia mengantarkanku kepada Rabi’ah bin Abi Abdirrahman. Ibuku mengatakan, ‘Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi’ah. Ambillah akhlak dan adabnya sebelum engkau mempelajari hadis dan fikih darinya’.” ⁣
Imam Malik adalah guru dari Imam Syafi’i. Termasuk yang berguru kepadanya antara lain Al-Auza’i, Sufyan ats-Tsauri, dan Sufyan bin Uyainah. Ada pula yang lebih tua dari Imam Malik, tetapi berguru kepadanya, semisal Ibnu Syihab az-Zuhri. Tetapi kaitannya dengan peran ibu dalam mendidik adab dan iman antara lain adalah guru yang beliau sebutkan namanya tadi, yakni Rabi’ah bin Abi Abdirrahman Al-Farrukh atau masyhur dengan sebutan Rabi’ah Ar-Ra’yi, ulama yang sangat disegani dari kalangan tabi’in. ⁣
Rabi’ah Al-Farrukh alias Rabi’ah Ar-Ra’yi lahir di Madinah ketika ayahnya berangkat berjihad. Sejak kecil ia tidak pernah berjumpa ayahnya, tidak pula memperoleh didikannya. Rabi’ah tumbuh dewasa dan menjadi salah satu ulama hadis terkemuka yang dikenal keistimewaan akhlaknya dengan keimanan yang sangat kokoh. Dan ini semua merupakan hasil didikan ibunya, sebab sang ayah tidak memungkinkan untuk hadir dalam proses tumbuh kembang anaknya. Al-Farrukh, sang ayah, baru pulang setelah anaknya dewasa dan menjadi seorang yang sangat tinggi ilmunya, menjadi panutan banyak orang. ⁣

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis buku-buku parenting 

Powered by Blogger.
close