Antioksidan dalam Al-Quran
Penelitian menemukan bahwa Al-Quran telah mengulas masalah antioksidan dalam kelompok yang disebut secara khusus; sereal, daging, buah-buahan dan sayuran, banyak diulas di Surat Makiyyah dan Madaniyah
Oleh: Muhammad Abdul Aziz
Dikutip dari Hidayatullah.com | ANTIOKSIDAN merupakan suatu zat yang memiliki peranan penting bagi tubuh yang berfungsi untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas berlebih. Biasanya zat ini bisa didapatkan secara alami pada makanan, buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan, serta dalam bentuk suplemen.
Antioksidan berperan penting dalam melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas (Molan, 2012). Zat antioksidan memiliki kemampuan untuk menangkal radikal bebas yang berbahaya (al-Mustafa & al-Thunibat, 2008; Atrooz, 2009; Bharti & Ahuja, 2012). Sejumlah besar literatur sudah pernah ditulis oleh para sarjana Muslim tentang pengobatan kenabian dan hadis tentang tanaman. Misalnya, Abdul Malik bin Habib al-Andalusi (238H/853M): al-Ṭibb al-Nabawi, Abu Bakar Muhd b. Zakaria al-Razī (313H/926M): al- Ṭibb al- Mulukī dan al-Ḥawī fi al-Ṭibb, Abu Bakar Ahmad b. Muhd al-Dainuri Ibn Sunni (363H/973M): al-Ṭibb al-Nabawi, Ibn Sina (428H/1037M): al-Qanun fi al-Ṭibb, Abu Nuaim al-Asbahani (430H/1038M): al-Ṭibb al-Nabawi, Abu al-Abbas Jaaʿfar al-Mustaghfiri (432H/1041M): al-Ṭibb al-Nabawi, Abdul Latif al-Baghdadi (629H/1232M): al-Ṭibb min al-Kitab wa al-Sunnah, Diyaʾ al-Din Muhd b. Abdul Wahid al-Maqdisi (646H/1248M): al-Ṭibb al-Nabawi, Ibnu Baitar (646H/1248M): Tuḥfah Ibn al- Baitar fi al-ʿIlaj bi al-Aʿshab wa al-Nabatat, Ibnu Nafis (687H/1288M): al-Mujaz fi al-Ṭibb, al-Turkimani (694H/1295): al-Muʿtamad fi al-Adwiyah al-Mufradah, Muhammad Syamsuddin al-Zahabi (748H/1348M): al-Ṭibb al-Nabawi, Ibn Qayyim al- Jauziyah (751H/1351M): al-Ṭibb al-Nabawi.
Beberapa penelitian seperti Lahwal (2009), Ranjbar dan lainnya (2013), Ghavamizadeh dan Mirzaie (2014) telah melaporkan bahwa buah-buahan yang ditunjukkan dalam Al-Quran, misalnya zaitun, anggur, delima, buah ara dan kurma, mengandung antioksidan, senyawa fenolik.
Antioksidan dalam Al-Quran dinyatakan dalam dua konteks ini dan mereka memiliki pola tertentu. Para ulama berbeda pendapat tentang arti Makkiyah dan Madaniyah.
Secara singkat, pendapat didasarkan pada tiga aspek ini; waktu wahyu baik sebelum atau sesudah Hijrah, tempat wahyu baik Makkah atau Madinah atau orang-orang yang telah disapa baik orang Makkah atau Madinah (al-Suyuá¹hi).
Antioksidan dalam Al-Quran
Temuan dari isi Al-Quran mengungkapkan bahwa antioksidan umum, misalnya sereal, dan antioksidan spesifik tertentu, seperti kurma, anggur, zaitun dan delima, sebagian besar terdapat dalam Surat Makkiyah; Surat al-Anʿam, Surat an-Naḥl, Surat ʿAbasa dan Surat al-Tīn dengan jumlah 16 ayat. Sedangkan di Surat al-Baqarah dan An-Nur yang merupakan Madani yang menunjukkan antioksidan tertentu dengan jumlah 8 ayat.
Berikut hasil temuan jumlah ayat antioksidan dari Makkiyah dan Madaniyah dalam bentuk tabel.
Antioksidan dan Ayat-ayat Makkiyah
a.Surat al-An’am. Al-An’am adalah surat keenam dari Al-Quran dan menurut sebagian besar ulama, itu diungkapkan dalam satu bagian pada malam hari di Makkah (al-BaghawÄ«, 1997; Ibnu KatsÄ«r, 1999; Taná¹awÄ«, 1997).
Hanya beberapa ayat yang Madani, menurut ulama tertentu (Taná¹awÄ«, 1997). al-AnÊ¿am 6:59 menggambarkan bahwa semua ciptaan Allah di alam semesta ini adalah milik-Nya.
b. Surah al-Naḥl. An-Naḥl adalah surat keenam belas dari Al-Quran. Menurut hampir semua pihak berwenang, surat ini diwahyukan di Makkah beberapa bulan sebelum Hijrah Nabi (PBUH) kepada Madinah (al-Qurá¹ubÄ«, 1964; Ibnu KatsÄ«r, 1999; Taná¹awÄ«, 1997).
Beberapa penafsir berpendapat bahwa tiga ayah terakhir termasuk dalam periode Madinah karena ada narasi dari Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair tentang masalah ini (al-Alusī 1994).
c. Surat Ê¿Abasa. Menurut sebagian besar ulama, surat kedelapan puluh ini diwahyukan di Makkah pada tahap yang sangat awal dari misi Nabi (PBUH) (al-Qurá¹ubÄ«, 1964). Surat Abasa 80:25-31 menyoroti sejumlah antioksidan setelah instruksi merenungkan dan merenungkan berbagai jenis makanan.
Ayat ini menunjukkan berbagai spesies buah dan tanaman yang tumbuh dengan air hujan. Dengan demikian, air hujan digambarkan terlebih dahulu dalam Surat Abasa 80:25 sebelum menunjukkan buah dan tanaman.
Setelah itu, antioksidan lain disebutkan seperti sereal dalam Surat Abasa 80:27, anggur dan herbal dalam Ê¿Abasa 80:28, zaitun dan kurma dalam Ê¿Abasa 80:29 dan buah-buahan dalam Ê¿Abasa 80:31.
d. Surah at-TÄ«n. Sebagian besar ulama menganggap surat ini adalah wahyu MakkÄ« (al-BaghawÄ« 1997; al-ZamakhsyarÄ«, 1986; al-RazÄ«, 1999; Ibnu KatsÄ«r, 1999). Ini adalah pendapat al-Hassan, Ikrimah, Ê¿Aá¹aʾ dan Jabir.
Menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, surah ini adalah Surat Madaniyah (al-Mawardi n.d). Ibnu KatsÄ«r, (1999) dan al-Qurá¹ubÄ«, (1964) juga menafsirkan kata tersebut sebagai Makkah.
Selain itu, isi surah ini menunjukkan bahwa itu milik periode paling awal Makkah. Isinya tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun untuk menunjukkan bahwa selama periode wahyunya, konflik apa pun telah dimulai antara Islam dan orang-orang.
Para sarjana telah menjelaskan penggunaan dan manfaat dari kedua buah tersebut dan banyak penelitian telah mengungkapkan kebajikan dan kualitas mereka.
Surat-surat Madaniyah
a. Surah al-Baqarah. Beberapa ayat dari surah ini mencantumkan buah-buahan baik secara umum atau spesifik. Al-Baqarah 2:22 menunjukkan kata buah-buahan (al-thamarat) secara umum. Ayat ini menunjukkan berbagai jenis tanaman dan buah-buahan sebagai rezeki yang bermanfaat bagi manusia (Ibnu Katsīr, 1999).
Sementara salam al-Baqarah 2:22 melambangkan buah-buahan dalam konteks duniawi sebagai rezeki, al-Baqarah 2:25 memanifestasikan pahala di Firdaus bagi mereka yang percaya dan melakukan perbuatan baik. Mereka akan diberi buah-buahan dan mereka akan berkata, ‘buah-buahan seperti itu disediakan bagi kita sebelumnya di bumi’ (MawdudÄ«, n.d).
Al-Baqarah 2:22 dan 2:25 saling terkait karena buah-buahan adalah karunia dari Sang Pencipta dalam kehidupan duniawi ini dan akhirat. Al-Baqarah 2:61 mengungkapkan antioksidan tertentu, misalnya, sayuran, mentimun, bawang putih, lentil dan bawang merah.
b. Surah an-Nur. Surat kedua puluh empat Al-Quran ini adalah surat Madani (Taná¹awÄ«, 1997). Al-Quran menyajikan analogi tentang tuntunan Allah bagi mereka yang Dia kehendaki dalam al-Nur 24:35 (Jalal al-DÄ«n, 2000).
Dalam analoginya, pohon zaitun tumbuh di tempat tertentu dan digambarkan sebagai pohon yang diberkati karena memiliki segudang manfaat (Mawdudī, n.d). Ayat ini menyoroti salah satu manfaat di mana minyaknya dapat menyalakan lampu dan bersinar meskipun api belum menyentuhnya karena kemurnian dan luminositasnya (al-Tabari 2000).
Istilah Khusus dari Al-Quran
Kesimpulannya, antioksidan telah ditemukan dalam beberapa surat di Al-Quran, dalam kelompok-kelompok tertentu yaitu: sereal, daging, buah-buahan dan sayuran. Sereal, daging ternak dan ikan, buah-buahan dan sayuran dinyatakan secara umum.
Al-Quran menggunakan istilah-istilah khusus untuk memperjelas beberapa contoh buah-buahan seperti kurma, anggur, zaitun, ara dan delima. Pola antioksidan dalam dua konteks menegaskan bahwa antioksidan sebagian besar dinyatakan dalam ayat Makkīyah daripada ayat Madaniyah.
Penelitian ini membuktikan konsistensi Al-Quran dalam penggunaan istilah-istilah tertentu seperti sereal sebagaimana konteks dalam ayat Makkīyah dan Madaniyah. Meski demikian masih penelitian lanjutan ini untuk mengungkap keajaibab (mukjizat) lain dari Al-Quran terkait ayat-ayat Makkīyah dan Madaniyah yang mengulas masalah antioksidan.*
Alumni Islamic University of Madinah, mahasiswa Pascasarjana IAIN Syeikh Nurjati Cirebon, azizalfarisy07@gmail.com
Post a Comment