Soal Kehadiran Timnas ‘Israel’ di Indonesia, Pemerintah Bisa Tiru Soekarno Berani Menolak Keikutsertaan Penjajah
Dikutip dari Hidayatullah.com—Anggota Komisi I DPR RI Sukamta meminta pemerintah menolak kehadiran Timnas U-20 ‘Israel’ karena hal ini sebagai konsistensi berpegang kepada amanat Pembukaan UUD 1945, yang menolak segala bentuk penjajahan di dunia. Meski demikian, dirinya mengakui bahwa posisi Indonesia dihadapkan dengan pilihan yang sulit sebagai tuan rumah.
“Kalau menilik sejarah, saat penyelenggaraan Asian Games tahun 1962, Presiden Soekarno menolak kehadiran kontingen ‘Israel’. Soekarno beralasan ‘Israel’ telah melakukan penjajahan kepada Palestina,” ujar Sukamta.
Sikap tegas Soekarno ini menurutnya menyebabkan Komite Olimpiade Internasional (International Olympiad Committee/IOC) yang menarik diri sebagai pelindung Asian Games IV. Puncaknya Indonesia keluar dari IOC dan menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) di Jakarta, yang berjalan sukses dihadiri 48 negara, ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Pernyataan ini dia sampaikan terkait rencana kehadiran Timnas ‘Israel’ dalam ajang Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia menuai pro dan kontra.
Belum lama ini, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan, pemerintah menjamin keamanan kepada timnas dari berbagai negara Piala Dunia tersebut, termasuk ‘Israel’. Sementara beberapa lembaga mendesak pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah untuk menolak keikutsertaan ‘Israel’ dalam perhelatan tersebut.
Menurut dia, sikap Presiden Soekarno saat itu membawa Indonesia memiliki posisi politik yang kuat di lingkup internasional, dengan menjadi pemimpin negara-negara non blok.
Tentu, pemerintah Indonesia saat ini juga harus siap dengan konsekuensi politik atas sikap yang dipilih. Salah satu konsekuensi politik itu adalah dimungkinkan adanya pandangan Indonesia mempolitisasi ajang olahraga.
“Tentu kita setuju ajang olahraga dijauhkan dari tarik menarik politik, ajang olahraga menjadi wahana perdamaian dunia. Namun kenyataannya tidak jarang, organisasi olahraga dunia punya sikap standar ganda. Ini bisa terlihat saat ini, beberapa organisasi melarang atlet-atlet Rusia dalam berbagai event internasional, termasuk saat ini ada 30 negara yang menolak Rusia dalam ajang Olimpiade 2024 di Paris,” ujarnya.
Alasanya karena Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Tetapi sikap ini tidak berlaku untuk ‘Israel’ yang telah menjajah Palestina puluhan tahun.
“Ini kan jelas standar ganda, ada politisasi dalam ajang olahraga,” terang Sukamta.
Oleh sebab itu, Legislator Daerah Pemilihan Yogyakarta ini berharap pemerintah Indonesia jangan ragu dalam bersikap. Jika selama ini Indonesia senantiasa konsisten dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, terbebas dari penjajahan ‘Israel’.
Semestinya pemerintah juga berani bersikap untuk menolak keikutsertaan Timnas ‘Israel’ dalam ajang U-20 di Indonesia. “Pemerintah bisa melakukan diplomasi, menggalang dukungan dari berbagai negara untuk menolak keikutsertaan timnas ‘Israel’. Ada banyak negara yang menolak penjajahan ‘Israel’, tentu akan mendukung sikap Indonesia. Jika ini dilakukan tentu akan menjadi tekanan politik bagi ‘Israel’ dan membuka lebih kuat upaya untuk memerdekakan Palestina,” tutupnya.*
Post a Comment