Tiga Kelompok yang ‘Menungggu’ Ramadhan, Bagaimana Kita?
Ada kelompok yang tidak sabat datangnya Ramadhan dan menangisinya saat ia pergi, tapi ada pula yang gelisah datangnya Ramadhan, bahkan bahkan cemas karena kebururakanya menjadi terbatas
Dikutip dari Hidayatullah.com | RAMADHAN tinggal menghitung hari! Bulan yang penuh berkah akan datang!
Dengan beberapa hari lagi, individu Muslim di seluruh dunia menyadari apa yang mereka rasakan dan harapkan Ramadhan ini. Ada yang perasaannya campur aduk, ada yang senang.
Kegembiraan yang lahir bagaikan rasa sekuntum bunga di hati seorang kekasih yang menunggu cinta hatinya kembali ke pangkuannya. Ada rindu dendam yang perlu dilunasi, ada syair cinta yang perlu diutarakan.
Ramadhan sebagai Madrasah Taqwa
Sangatlah pantas bagi kita untuk menamakan Ramadhan sebagai ‘madrasah takwa’. Ini karena Ramadhan ibarat sebidang tanah pertanian yang luas untuk kita tabur ibadah dan ketaatan.
Di dalamnya juga terdapat pohon rindang untuk kita berteduh dari panasnya kemaksiatan. Dengan benih-benih yang berpedoman pada sunnah kenabian di tangan, maka benih-benih ibadah dan taqarrub sebanyak yang kita inginkan. In sya’-ALLAH kita akan menuai hasil ganda di akhirat.
Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga menegaskan kepada kita bahwa kewajiban puasa di bulan Ramadhan tidak lain adalah untuk meningkatkan ketakwaan kita. Kata itu berbunyi:
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Surah Al-Baqarah: 183]
Maka dapat dipahami bahwa Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan segala ibadah semaksimal mungkin, serta menjauhi segala larangan Allah SWT.
Sayyidina ‘Ali RA mendefinisikan kesalehan dalam ungkapan sederhana dan ringkas yang berbunyi:
الخوف من الجليل، والعمل بالتنزيل، والرضا بالقليل، والاستعداد ليوم الرحيل.
Artinya: “(Taqwa adalah) takut kepada Allah, beramal dengan Al-Qur’an, ridha dengan sedikit rahmat, dan bersiap untuk hari perpisahan.”
Kelompok yang Tidak Sabar
Siapa nih yang sudah tidak sabar menunggu datangnya Ramadhan? Jika pertanyaan ini ditanyakan kepada penulis, maka itu hanya pendapat penulis dan dengan rendah hati akan dijawab bahwa KITA SEMUA adalah kelompok yang tidak sabar menunggu datangnya bulan Ramadhan.
Namun, ada perbedaan dalam jenis ketidaksabaran yang kita semua miliki. Disini akan dijelaskan secara detail siapa kelompok tersebut dan apa saja perbedaannya.
Kelompok pertama
Inilah orang-orang yang tak sabar menanti datangnya Ramadhan seolah bulan mulia ini adalah buah hati penulis yang telah berpisah selama sebelas bulan. Mereka merasa pertemuan selama sebelas bulan terakhir belum dimanfaatkan secara maksimal.
Ada ‘puisi cinta’ yang tak terucapkan dan rindu ibadah. Kualitas tarawih buruk, ketulusan sedekah menyimpang, dan tadabbur Alquran kosong. Maka mereka harus bercita-cita dan bertekad untuk meningkatkan amal ketaatan mereka di bulan Ramadhan yang akan segera datang.
Mereka mendatangi bulan Ramadhan dengan bekal yang baik (azwidah shālihah) bersama dengan hati sanubari yang selamat (qulūb salīmah). Pasokan utama mereka adalah takwa.
BENAR! Mereka ingin meningkatkan ketakwaan dengan memperlengkapi ketakwaan pula. Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 197 yang berbunyi:
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَیۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ یَـٰۤأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
“dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS: Al-Baqarah: 197)
Kelompok kedua:
Orang-orang ini bisa disebut golongan menengah (muqtaṣid). Golongan ini adalah mereka yang tidak sabar memasuki Ramadhan karena dianggap sebagai bulan pembersih dosa.
Sebelas bulan berlalu dengan rasa bersalah dan kurang taqwa, kemudian dengan iman yang masih tersisa mereka berharap Ramadhan kali ini menjadi batu loncatan bagi mereka untuk berubah menjadi muslim yang lebih baik.
Cita-cita mereka harus dipuji. Namun demikian, masih ada kekhawatiran bahwa orang-orang tersebut bisa menjadi kelompok ‘Ramadhaniyyun’ yang rajin beribadah hanya di bulan Ramadhan namun lengah dan nakal di luar Ramadhan.
Seolah-olah Allah yang mereka sembah dan ditaati di bulan Ramadhan berbeda dengan Allah di luar Ramadhan.
Kelompok ketiga:
Yang terakhir adalah kelompok yang gelisah datangnya Ramadhan.Meraka bahkan cemas dan berharap Ramadhan segera berlalu.
Mereka tampak khawatir dan sedih saat bertemu dengan Ramadhan. Mereka sadar bahwa kebiasaan buruk yang mereka lakukan akan terbatas karena umat Islam lainnya sibuk mengejar pahala.
Rasa malu dan resah mungkin juga akan menyesakkan dada mereka karena melihat umat Islam lainnya berlomba-lomba menunaikan menjadi rajin beribadah, sehingga tiada teman bersamanya. Mereka menunggu dengan harap agar bulan Ramadahan cepat-cepat pergi.
Inilah golongan yang menuju kerugian dan malapetaka, sebagaimana dalam sebuah hadits bagaimana Jibril AS berdoa: “Celakalah orang yang bertemu Ramadhan dan berlalu tetapi orang itu tidak diampuni dosa-dosanya.’ Kemudian Nabi ﷺ menegaskan doa Jibril.”
Jika diberi umur panjang, kita semua tidak bisa menghindari bertemu Ramadhan. Namun pertanyaannya apakah kita sudah siap menyambut kedatangannya?
Kita berdoa semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam kelompok pertama. Semoga Allah mengampuni kita dan memberi kita kemampuan untuk memenuhi Ramadhan kali ini dengan ketaatan yang maksimal.
Semoga kita menyambut Ramadhan kali hingga kepergianya nanti dalam keadaan diampuni dosa-dosa kita seluruhnya, sehingga kita termasuk dalam golongan yang terhindar dari neraka (‘utaqā’). Wallāhu waliyyut-taufīq.*/Nasrullah Noh
Post a Comment