Mendidik Anak dengan Cinta dan Keteladanan


MENDIDIK
 tidaklah sama dengan membentuk. Mendidik arti dari kata-kata ‘allama-yu’alillmu-ta’liman” yang artinya mengajari, mentransfer ilmu dan mentransfer nilai, baik itu nilai baik atau nilai buruk.

Mendidik itu hanyalah usaha yang di dalamnya ada proses dan do’a dengan harapan anak yang dididik menjadi anak yang baik. Sebab kadang kala anak-anak didik kita ada juga yang hasilnya kurang baik

Bisa jadi kita mengajarkan kebaikan yang bersumber dari Al Qur’an dan hadits tetapi yang dilihat dan dicontoh justru malah kekurangan dan keburukan yang kita miliki

Pendidikan juga ada yang mengatakan berasal dari kata-kata addaba-yuaddibu-ta’diban yang bermakna menempatkan sesuatu kepada yang Allah kehendaki.

Yaitu mendidik manusia untuk bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya berdasarkan petunjuk dari Allah subhana wa ta’ala.

Pendidikan juga berasal dari kata-kata rabba yurabbu yang maknanya menata, menata alam kepada keseimbangannya

Atau menata poros pendidikan pada proses yang mengantar kembali kepada fitrah.

Sedangkan cinta itu adalah kata sifat yang bermakna pemberian. Jadi mencintai berarti memberi bukan menerima.

Hakikat cinta adalah kebaikan sehingga seluruh kebaikan adalah pancaran dari cinta itu sendiri

Sebaliknya seluruh keburukan adalah pancaran dari kebencian

Sehingga pendidikan yang melahirkan kebaikan adalah pendidikan yang dibangun di atas rasa cinta

Sedangkan keladanan tergambar di dalam Al Qur’an yang bisa kita jumpai dari kisah-kisah para nabi dan orang-orang shaleh.

Bagaimana keteladanan yang di contohkan Nabi Nuh yang mengajak dan mendidik kaumnya siang dan malam tanpa lelah meskipun demikian masih banyak juga yang ingkar bahkan anaknya sendiri juga ingkar

Keteladanan dari Nabi Ibrahim dan keluarganya, anaknya menjadi nabi, keluarganya tidak pernah merasa terbebani dengan dengan perintah Allah.

Keteladanan dari keluarga Nabi Imran, Lukmanul Hakim dan masih banyak lagi.

Betapa pentingnya mendo’akan, mengikhlaskan serta memaafkan kesalahan-kesalahan anak-anak apatalagi ketika hendak menuntut ilmu

Sebab bisa jadi dosa-dosa atau kekhilafan yang dilakukan itu yang menjadi penghalang untuk anak bisa menerima ilmu dengan baik.

Kunci mendidik dengan cinta dan keteladanan adalah saling memaafkan.

*) Ust. Dr. Khairun Misjaya, penulis adalah anggota Dewan Murrabi Wilayah Hidayatullah Sulsel. Disarikan oleh saudara Mansyur dari tausiyah pada Pengajian Orangtua Santri Pondok Tahfidz Ahlul Jannah Hidayatullah Takalar, Ahad (15/1/2023).
Sumber www.hidayatullah.or.id

Powered by Blogger.
close