Dosis Kebaikan
Oleh : Akhid Nur Setiawan, S.Kep.
"Nambah satu halaman lagi ya Mas."
"Nggak Tadz, satu halaman aja. Nggak boleh sama ibuku."
"Nggak boleh kenapa Mas, takut stress ya?"
"Iya. Nanti ndak stress. Aku sehari cuma boleh satu halaman sama ibuku. Nanti ndak kaya temenku. Temenku di rumah itu dia stress kebanyakan tugas sekolah."
Anak itu bacaannya bagus, lancar, tartil. Jika ada kesalahan bacaan ia langsung "ngeh" saat dikoreksi. Anehnya, ia tidak pernah mau membaca lebih dari satu halaman dalam sehari. Dua kali pernah dipaksa gurunya, dua kali juga ia berhenti membaca di baris pertama.
Sebagaimana obat, membaca Al Quran juga ada dosisnya. Ada muslim yang menikmati khatam sebulan sekali. Ada juga di antara mereka yang mampu khatam sepekan sekali. Bahkan ada ahlul quran yang khatam setiap hari di bulan Ramadhan. Bagi pemula, sehari bisa membaca satu atau setengah halaman tentu sudah sangat membahagiakan.
Seorang anak balita diberi makan sesuap-sesuap. Suapan mereka dengan suapan orang dewasa tentu tidak sama. Lembut kerasnya makanan juga berbeda untuk tiap tahapan usia. Orang dewasa umumnya bisa makan sendiri. Porsi yang harus dihabiskan juga sudah ia kenali.
Kondisi orang sakit mengharuskan ia mendapatkan asupan diet khusus. Sama-sama orang sakit pun diet nya bisa berbeda. Tak hanya tentang makan, dalam minum seorang muslim juga dianjurkan meminum air seteguk demi seteguk. Seseorang yang tergesa makan atau minum bisa tersedak bahkan muntah.
Inilah yang diinginkan syetan: orang-orang yang beramal sholih memuntahkan kembali amalnya karena salah dosis. Untuk memalingkan seorang mukmin dari kebaikan, syetan tak melulu mengajak kepada keburukan atau memberi buaian kemalasan. Terkadang syetan justru membisikkan kepada manusia agar segera menambah takaran kebaikan yang ia kerjakan. Ketika dengan lugu ia mengikuti ajakan syetan itu, ia akan mengalami overdosis. Setelah itu kemungkinan yang terjadi padanya ialah keberpalingan secara total dari kebaikan yang sedang coba ia dawamkan.
Seorang muslim dipanas-panasi dengan ketidakpuasan terhadap amal yang sedikit. Dipoles oleh syetan seakan-akan amalnya kurang banyak, kurang hebat, kurang wah, di bawah standar, hanya standar, tidak menonjol, dan sebagainya. Ia lupa bahwa taufiq Allah yang dikaruniakan kepadanya sehingga bisa beramal sedikit itu jauh lebih layak disyukuri daripada mengejar jumlah amal yang fantastis.
Amal dahsyat yang tidak sesuai dosis bisa menjadi kesempatan bagi syetan untuk melakukan tackling. Dalam kecepatan tinggi, benturan kecil bisa membuat seseorang jatuh terpental lebih jauh dibanding saat ia berkecepatan normal. Maka, nikmatilah amal sesuap demi sesuap. Sabarlah dalam ketaatan selangkah demi selangkah. Biarkan syetan gigit jari melihat hamba Allah melaksanakan perintah Nabi, ”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang ajeg walaupun sedikit.”
Akhid Nur Setiawan, S.Kep., Pendidik di Hidayatullah Yogyakarta
Post a Comment