Melihat dengan Benci


“Sekuat-kuatnya ikatan iman adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” 
HR. Abu Dawud dan Ahmad.

Membenci sesuatu, misalnya makanan, rasa, warna, bentuk, dan lainnya tentu sah-sah saja. Boleh saja saya membenci sayur pare, karena rasanya pahit, itu boleh, sah, dan tentunya tidak berdosa. Misalnya lagi, saya membenci warna merah, karena warna merah cenderung dengan penguasa negeri ini yang begini dan begitu, yaaa.... tentu ini boleh-boleh saja, misalnya lagi saya membenci bentuk lonjong karena ini dan itu, tentu boleh, sah, dan tidak berdosa. 

Lalu apakah dibolehkan membenci seseorang, misalnya saya benci si thorif, karena nek njilih duit ora tahu mbalekke, aku sengit karo thorif, soale nek turu ngorok, aku ora seneng karo thorif, soale nek teko mesthi telat. Bolehkah kita berbuat demikian? 

Jawaban tegas dalam syariat Islam adalah TIDAK BOLEH membenci pelaku/orang nya, yang boleh dibenci adalah PERILAKUNYA, jadi nggak boleh terus benci si thorif karena nek pinjam duit nggak nyaur, tapi dibolehkan membenci perilakunya yang suka pinjem duit nggak nyaur.

Sedikit mengambil manfaat dari "pembenci kita" adalah diri kita bisa mengetahui kelemahan yang ada pada diri kita, karena jarang sekali kekurangan kita disampaikan oleh orang yang mencintai kita, jarang. Nah, ini bisa jadi sedikit dari manfaat yang bisa didapatkan.

Tentu padangan para pembenci kepada diri kita ini manfaatnya sangat sedikit bagi diri kita, tetapi mudharatnya bisa dibilang banyak, karena dimana-mana, para pembenci tidak akan membiarkan diri kita duduk dengan nyaman, hidup dengan nyaman, tidur dengan nyaman. Mereka akan terus menerus mencari kesalahan-kesalahan kita, memunculkan ke permukaan setiap kesalahan-kesalahan kita, tentu dengan tujuan nama kita hancur, nama kita jelek. 

Apapun yang kita lakukan, di mata para pembenci kita tidak mereka baca sebuah kebaikan, sebuah prestasi, sesuatu hal yang bisa dibanggakan, tidak. Jika yang kita lakukan benar-benar berprestasi, maka mereka akan mencari celah kelemahannya di mana, jika yang kita lakukan bisa benar-benar dibanggakan, maka mereka akan mencari peluang titik terburuknya, itu memang tugas para pembenci.

Nah, mengutip dari hadits di atas, jika benci yang dilakukan kepada kita karena Allah SWT semata, maka inilah benci yang diridhoi Allah SWT, namun jika kebencian ini datang karena nafsu belaka, maka segeralah bertaubat.

Wallahu a'lam bishawab 

TMT
Powered by Blogger.
close