3 Macam Kesyirikan di Bulan Muharram
1. Takut sial di Bulan Muharram
Anggapan bahwa bulan Muharram atau bulan Suro itu bulan keramat yang dapat membawa kesialan, sehingga tidak boleh mengadakan pernikahan atau hajatan maka termasuk syirik.
Syirik besar jika diyakini bisa mendatangkan kesialan dengan sendirinya, dan syirik kecil jika diyakini hanya sebagai sebab.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَة مِنْ حَاجَته ، فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang dihalangi oleh perasaan sial untuk melakukan hajatnya maka ia telah berbuat syirik.”
(HR. Ahmad dari 'Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihul Jaami’ 6264)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
الطِّيَرَةُ شِرْكالطِّيَرَةُ شِرْك وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Takut sial itu syirik, takut sial itu syirik, dan tidaklah dari kita kecuali merasa takut sial, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal.”
(HR. Abu Daud dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, Shahihut Targhib 3098)
2. Ngalap berkah dari benda-benda yang dianggap keramat
Ngalap berkah dari sesuatu yang tidak ada dalil yang menunjukkan keberkahannya termasuk syirik, bid’ah dan kebodohan.
Sahabat Nabi Al-Harits bin ‘Auf Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu’anhu berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا : ذَاتُ أَنْوَاط يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ ، فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاط كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاط ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سُبْحَانَ اللهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُم
“Bahwa ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berangkat menuju perang Hunain, beliau melewati sebuah pohon yang dijadikan tempat menggantungkan senjata-senjata oleh kaum musyrikin (untuk meminta berkah dari pohon tersebut). Pohon tersebut dinamakan dzatu amwath, maka kaum muslimin yang baru masuk Islam berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami dzatu amwath sebagaimana milik mereka”.
Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: "Subhanallah, perkataan kalian sama dengan perkataan kaumnya Musa kepada beliau: "Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana sesembahan-sesembahan mereka"
(Al-A'raf: 138).
Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan kaum sebelum kalian.”
(HR. At-Tirmidzi, Al-Misykah 5408)
3. Upacara sesajen adalah bid'ah dan syirik
Upacara sesajen termasuk bid’ah, dan terdapat padanya berbagai kesyirikan:
Meyakini setan-setan seperti 'ratu' Pantai Selatan dan 'kiai' sapu jagad di Gunung Merapi dapat memberikan keamanan atau melindungi dari bahaya adalah syirik besar yang menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari Islam.
Mendekatkan diri kepada setan-setan tersebut dengan memuliakannya dan mempersembahkan berbagai macam bentuk upacara dan sesajen, ini adalah syirik besar.
Menyembelih untuk selain Allah ta’ala, ini juga syirik besar, karena menyembelih itu ibadah, tidak boleh dipersembahkan untuk selain Allah ta’ala.
Harap dan tawakkal kepada setan-setan tersebut agar dianugerahkan kebaikan atau dilindungi dari bahaya, ini adalah syirik besar yang menyebabkan murtad.
Takut kepada setan-setan tersebut karena meyakini bahwa mereka dapat menimpakan bahaya tanpa izin Allah 'azza wa jalla, ini adalah syirik besar yang menyebabkan murtad.
Semoga bermanfa'at...
Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)
Post a Comment