Hijrah Titik Tolak Perubahan

LANGKAH pertama Rasulullah SAW dalam mengawali perjuangannya disamping berdoa yang berisi permohonan sumber daya insani yang unggul adalah mencari lingkungan yang memungkinkan benih-benih keislaman menjadi pohon peradaban yang rindang.

Sekalipun sudah bermujahadah di Makkah selama 13 tahun, yang bisa direkrut untuk menjadi penggerak inti gerakan dakwah tidak lebih dari 200 orang. Karena lingkungan sosialnya tidak mendukung bahkan memusuhi pertumbuhan dakwah.

Tetapi, ketika Rasulullah dan para sahabatnya melakukan hijrah secara total (hijrah maknawiyyah dan hijrah makaniyyah), dalam waktu 10 tahun, umat Islam di Madinah tercatat berjumlah 10.000 orang. Berarti selama setahun bisa merekrut 1000 orang. Subhanallah, wal hamdulillah walaa ilaaha illallahu wallahu akbar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الأرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kalian takut orang-orang (Mekah) akan menculik kalian, maka Allah memberi kalian tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kalian kuat dengan pertolongan~Nya dan diberi-Nya kalian rezeki dari yang baik-baik agar kalian bersyukur” (QS. Al Anfal : 26).

Ayat di atas Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin (komitmen dengan syariat Islam) terhadap nikmat yang tak terhingga terutama yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dan kebajikan-Nya kepada mereka.

Pada awal perintisan dakwah Islam mereka berjumlah minoritas. Pujangga Arab mengatakan: Al Qalilu huwal ‘adam (sedikit dianggap tidak ada). Keberadaannya sama dengan tidak adanya (wujuduhum ka’adamihim), meminjam ungkapan pujangga Arab.

Karena tidak memiliki pengaruh yang signifikan (atsarun fa’aal) dalam dimensi ideologi, politik, kebudayaan, pertahanan keamanan, dll. Kemudian Allah menjadikan mereka sebagai golongan mayoritas; dan pada mulanya mereka lemah lagi dalam keadaan dicekam rasa takut, kemudian Allah menguatkan mereka dan menolong mereka.

Mereka pun pada mulanya miskin lagi papa, kemudian Allah memberi mereka rezeki dari barang-barang yang baik (halal). Kemudian Allah memerin­tahkan mereka untuk bersyukur kepada-Nya, menaati-Nya, dan mengerjakan semua yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala rangan-Nya kepada mereka.

Demikianlah keadaan dan kondisi orang-orang mukmin dalam periode Mekah. Mereka minoritas, dicekam oleh rasa takut, tertindas, dan selalu dibayangi oleh rasa takut diculik oleh orang-orang musyrik dari berbagai kawasan, baik mereka orang musyrik ataupun orang Majusi atau orang Romawi, karena semuanya adalah musuh-musuh mereka. Kekafiran itu agama (al kufru millatun wahidah). Demikian itu karena jumlah kaum muslim sedikit dan tidak mempunyai cadangan kekuatan. Disamping minoritas, pula berada di pinggir dalam memberikan peran dan kontribusi.

Demikianlah keadaan mereka selama itu, hingga Allah mengizinkan mereka untuk hijrah ke Madinah, lalu Allah memberikan tempat tinggal kepada mereka di Madinah, dan menjadikan penduduknya senang kepada mereka, memberikan tempat, dan menolong mereka dalam Perang Badar dan peperangan lainnya. Bahkan penduduk Madinah berbagi harta dengan mereka serta rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam surat Ad Dhuha

وَالضُّحَى (١) وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى (٢) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (٣)وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأولَى (٤) وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (٥) أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى (٦)وَوَجَدَكَ ضَالا فَهَدَى (٧) وَوَجَدَكَ عَائِلا فَأَغْنَى (٨) فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلا تَقْهَرْ (٩)وَأَمَّا السَّائِلَ فَلا تَنْهَرْ (١٠) وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (١١)

“1. Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), 2. Dan demi malam apabila telah sunyi, 3. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, 4. Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. 5. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas. 6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu), 7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, 8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. 9. Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. 10. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya). 11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).”

Qatadah ibnu Di’amah As-Sudusi rahimahullah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah). (Al-Anfal: 26) Kabilah Arab ini pada mulanya adalah manusia yang paling rendah, kehidupannya melarat, perutnya lapar, dan miskin pakaian serta paling jelas kesesatannya.

Orang yang hidup di antara mereka kehidupannya celaka dan melarat, dan orang yang mati dari mereka dijerumuskan ke dalam neraka; mereka dimakan dan tidak mendapat makan. Demi Allah, kami belum pernah mendengar bahwa di masa itu ada penduduk bumi yang lebih buruk kedudukannya daripada mereka. Kemudian hal itu berakhir setelah Allah menurunkan agama Islam kepada mereka.

Maka berkat agama Islam itulah Allah menguatkan mereka hingga dipengaruhi di seluruh negeri, dan melalui Islamlah Allah meluaskan rezeki mereka serta menjadikan mereka raja-raja di atas semua manusia. Berkat Islam pula Allah memberikan banyak hal kepada mereka, seperti yang kalian lihat sendiri.

Karena itu, bersyukurlah kalian kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya karena sesungguhnya Tuhan kalian Yang memberikan nikmat suka kepada perbuatan bersyukur, dan orang-orang yang bersyukur selalu beroleh tambahan nikmat dari Allah (Tafsir Ibnu Katsir).

Tadabburul Ayat

Fenomena politik islam yang dimenangkan oleh Anwar Ibrahim di negara jiran dan kemenangan Erdogan di Turki serta kocar-kacirnya barisan istana, dihapusnya paham wahabi di KSA, lahirnya Front Persaudaran Islam dengan asas islam aswaja dan asas kebangsaan Pancasila, memberikan angin segar kebangkitan Islam. Dan kebangkitan islam itu dipicu dari timur (Indonesia).

Semua itu tidak bisa dilepaskan dari rekayasa ilahi yang menunjukkan kepada umat ini bahwa istiqamah dalam menguatkan identitas keislaman adalah kunci untuk mengundang pertolongan dan rizki dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah SWT sendiri yang menghadapi para musuh-musuh Islam. Merujuk ayat 11 pada surat Al Muzzammil & Al Muddatsir.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ذَرۡنِي وَمَنۡ خَلَقۡتُ وَحِيدًا

“Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya,” (QS. Al-Muddassir 74: Ayat 11).

وَذَرۡنِي وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِي ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا

“Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar.” (QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 11).

Allah SWT yang paham betul keadaan musuh.

وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِأَعۡدَآئِكُمۡ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ نَصِيرًا

“Dan Allah lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu).” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 45)

Sumber www.hidayatullah.or.id

Powered by Blogger.
close